MACAM -
MACAM PENYAKIT INFEKSI DAN BUKAN INFEKSI
Penyakit
infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya bibit penyakit. Biasanya
penyakit infeksi menular ke orang lain. Orang sehat harus dihindarkan dari
orang - orang yang menderita penyakit dari golongan ini.
Sedangkan
penyakit bukan infeksi adalah penyakit yang tidak menular ke orang lain dan
bukan disebabkan oleh bibit penyakit.
A. Penyakit Hepatitis C
Penyakit
Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan
oleh virus Hepatitis C (HCV= Hepatitis C virus). Virus Hepatitis C masuk ke sel
hati, menggunakan mesin genetik dalam sel untuk menduplikasi virus Hepatitis C,
kemudian menginfeksi banyak sel lainnya. 15% dari kasus infeksi Hepatitis C
adalah akut, artinya secara otomatis tubuh membersihkannya dan tidak ada
konsekwensinya.
Sayangnya 85% dari kasus, infeksi
Hepatitis C menjadi kronis dan secara perlahan merusak hati bertahun-tahun.
Dalam waktu tersebut, hati bisa rusak menjadi sirosis (pengerasan hati),
stadium akhir penyakit hati dan kanker hati.
Hepatitis berarti pembengkakan pada
hati.Banyak macam dari virus Hepatitis C. Dalam banyak kasus, virus yang masuk
ke dalam tubuh, mulai hidup di dalam sel hati, mengganggu aktivitas normal dari
sel tersebut, lalu menggunakan mesin genetik dalam sel untuk menduplikasi virus
Hepatitis C kemudian menginfeksi sel lain yang sehat. Jika anda penderita
Hepatitis C, sangat penting untuk mengkonsumsi makanan sehat dan menghindari
alkohol.
B. Penyakit Ataksia
Ataksia
sering muncul ketika bagian dari sistem saraf yang mengendalikan gerakan
mengalami kerusakan. Penderita ataksia mengalami kegagalan kontrol otot pada
tangan dan kaki mereka, sehingga menghasilkan kurangnya keseimbangan dan
koordinasi atau gangguan gait (Glucosamine/chondroitin Arthritis Intervention
Trial).
Ataksia
Friedreich merupakan penyakit menurun yang menyebabkan kerusakan progresif
terhadap sistem saraf sehingga menyebabkan gangguan gait dan masalah berbicara
sampai penyakit jantung. Penyakit ini dinamakan seperti dokter Nicholaus
Friedreich, yang pertama kali mendeskripsikan kondisi tersebut pada tahun 1980.
Ataksia
yang merupakan gangguan koordinasi seperti kikuk atau gerakan canggung dan
tidak kokoh, muncul pada banyak penyakit dan kondisi.
Ataksia
Friedreich disebabkan kemunduran jaringan saraf pada urat saraf tulang belakang
(spinal cord) dan saraf yang mengendalikan gerakan otot pada lengan dan kaki.
Urat saraf menjadi tipis dan sel-sel saraf kehilangan serabut myelin.
Ataksia
Friedriech, meskipun jarang merupakan ataksia yang paling sering diturunkan dan
terjadi pada wanita dan pria dengan risiko yang sama.
Sebagian besar gangguan yang menghasilkan
ataksia menyebabkan bagian dari otak yang disebut serebelum (otak kecil)
memburuk atau atrofi. Kadang urat saraf tulang belakang (spinal cord) juga
terpengaruh. Degenerasi serebelar dan spinosereberal digunakan untuk
mendeskripsikan perubahan yang terjadi pada sistem saraf manusia, namun bukan
diagnosa yang spesifik. Degenerasi serebelar dan spinosereberal memiliki banyak
penyebab.
Gejala dan waktu onset tergantung dari
tipe ataksia. Bahkan terdapat banyak variasi dalam keluarga yang sama dengan tipe
ataksia yang sama. Kelainan resesif umumnya menyebabkan gejala yang dimulai
sejak masa kanak-kanak dibandingkan dewasa.
C.
Demam berdarah
Salah satu gejala demam berdarah adalah munculnya ruam pada kulit.
Demam berdarah (DB) adalah penyakit
demam akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui
gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes
albopictus.[1] Terdapat empat
jenis virus dengue berbeda, namun berelasi dekat, yang dapat menyebabkan demam
berdarah.[2]
Virus dengue merupakan virus dari genus Flavivirus,
famili Flaviviridae.[3] Penyakit demam
berdarah ditemukan di daerah tropis dan subtropis di berbagai belahan dunia,
terutama di musim hujan yang lembap.[2]
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan setiap tahunnya terdapat 50-100
juta kasus infeksi virus dengue di seluruh dunia.
D. Flu burung
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A yang menyebar
antar unggas. Virus ini kemudian ditemukan mampu pula menyebar ke spesies lain
seperti babi, kucing, anjing, harimau, dan manusia.
Virus influenza tipe A memiliki beberapa subtipe yang ditandai
adanya Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N). Ada 9 varian H dan 14 varian N.
Virus flu burung yang sedang berjangkit saat ini adalah subtipe H5N1 yang
memiliki waktu inkubasi selama 3-5 hari.
Burung liar dan unggas domestikasi (ternak) dapat menjadi sumber
penyebar H5N1. Di Asia Tenggara kebanyakan kasus flu burung terjadi pada jalur
transportasi atau peternakan unggas alih-alih jalur migrasi burung liar.
Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui
makanan, minuman, dan sentuhan. Namun demikian, virus ini akan mati dalam suhu
yang tinggi. Oleh karena itu daging, telur, dan hewan harus dimasak dengan
matang untuk menghindari penularan. Kebersihan diri perlu dijaga pula dengan
mencuci tangan dengan antiseptik. Kebersihan tubuh dan pakaian juga perlu
dijaga.
Virus dapat bertahan hidup pada suhu dingin. Bahan makanan yang
didinginkan atau dibekukan dapat menyimpan virus. Tangan harus dicuci sebelum
dan setelah memasak atau menyentuh bahan makanan mentah.
Unggas sebaiknya tidak dipelihara di dalam rumah atau ruangan tempat
tinggal. Peternakan harus dijauhkan dari perumahan untuk mengurangi risiko
penularan.
Tidak selamanya jika tertular virus akan menimbulkan sakit. Namun
demikian, hal ini dapat membahayakan di kemudian hari karena virus selalu
bermutasi sehingga memiliki potensi patogen pada suatu saat. Oleh karena itu,
jika ditemukan hewan atau burung yang mati mendadak pihak otoritas akan membuat
dugaan adanya flu burung. Untuk mencegah penularan, hewan lain di sekitar
daerah yang berkasus flu burung perlu dimusnahkan.dan dicegah penyebarannya
Gejala umum yang dapat terjadi adalah demam tinggi, keluhan pernapasan
dan (mungkin) perut. Replikasi virus dalam tubuh dapat berjalan cepat sehingga
pasien perlu segera mendapatkan perhatian medis.
Penanganan medis maupun pemberian obat dilakukan oleh petugas medis
yang berwenang. Obat-obatan yang biasa diberikan adalah penurun panas dan anti
virus. Di antara antivirus yang dapat digunakan adalah jenis yang menghambat
replikasi dari neuramidase (neuramidase inhibitor), antara lain Oseltamivir (Tamiflu) dan Zanamivir. Masing-masing
dari antivirus tersebut memiliki efek samping dan perlu diberikan dalam waktu
tertentu sehingga diperlukan opini dokter.
E.
Rabies
Salah satu ciri anjing
yang terkena rabies adalah terus-menerus mengeluarkan air liur. Rabies adalah penyakit infeksi
tingkat akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies. [1]
Penyakit ini bersifat zoonotik, yaitu dapat ditularkan dari hewan ke manusia.
[1]
Virus rabies ditularkan ke manusia melalu gigitan hewan misalnya oleh anjing, kucing, kera, rakun, dan kelelawar.
[1]
Rabies disebut juga penyakit anjing gila.
Rabies disebabkan oleh virus rabies yang
masuk ke keluarga Rhabdoviridae dan genus
Lysavirus. Karakteristik utama virus keluarga Rhabdoviridae
adalah hanya memiliki satu utas negatif RNA
yang tidak bersegmen. Virus ini hidup pada beberapa jenis hewan yang berperan
sebagai perantara penularan. Spesies hewan perantara bervariasi pada berbagai
letak geografis. Hewan-hewan yang
diketahui dapat menjadi perantara rabies antara lain rakun
(Procyon lotor) dan sigung
(Memphitis memphitis) di Amerika Utara,
rubah
merah (Vulpes vulpes) di Eropa,
dan anjing di Afrika,
Asia,
dan Amerika Latin.
Afrika,
Asia, dan Amerika Latin memiliki tingkat rabies yang masih tinggi Hewan perantara menginfeksi inang yang bisa
berupa hewan lain atau manusia melalui gigitan.
Infeksi juga dapat
terjadi melalui jilatan hewan perantara pada kulit yang terluka.
Setelah infeksi, virus akan masuk melalui saraf-saraf menuju ke sumsum tulang belakang dan otak dan
bereplikasi di sana. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke
jaringan non saraf, misalnya kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur. Hewan
yang terinfeksi bisa mengalami rabies buas/ ganas ataupun rabies jinak/ tenang.
[8] [9] Pada rabies buas/
ganas, hewan yang terinfeksi tampak galak, agresif, menggigit
dan menelan segala macam barang, air liur terus menetes, meraung-raung gelisah
kemudian menjadi lumpuh dan mati. [8][9] Pada rabies
jinak/tenang, hewan yang terinfeksi mengalami kelumpuhan lokal atau kelumpuhan
total, suka bersembunyi di tempat gelap, mengalami kejang dan sulit bernapas,
serta menunjukkan kegalakan.
No comments:
Post a Comment