KESENIAN KHAS GARUT
1.
Dodombaan
Kecamatan :
Bayongbong
Atraksi seni yang menggunakan tetabuhan seperangkat kendang pencak silat
dengan beberapa orang pendukungnya. Satu atau dua orang melakukan ibing pencak
silat, juga terdapat delapan orang yang mengusung dua buah patung domba dari
kayu yang bisa ditunggangi anak-anak dan dewasa.
Kesenian ini
lahir di Desa Panembong Kec. Bayongbong dan dipimpin oleh Bapak SAJIDIN.
2. Surak Ibra
Kecamatan :
Wanaraja
Seni
tradisional Surak Ibra dikenal juga dengan nama lain Boboyongan Eson. yang
berdiri Sejak Tahun 1910 di Kampung Sindang Sari, Desa Cinunuk, Kecamatan
Wanaraja Kabupaten Garut. Kesenian Tersebut Hasil Ciptaan Raden Djajadiwangsa
Putra Dari Raden Wangsa Muhammad (Dikenal Dengan Nama Lain Raden Papak).
Kesenian ini merupakan suatu sindiran (simbol﴿ atau semboyan tidak setuju terhadap Pemerintahan Belanda pada waktu itu yang bertindak sewenang-wenang kepada masyarakat jajahan. Khususnya di daerah Desa Cinunuk dan umumnya daerah Kabupaten Garut.
Kesenian ini memiliki tujuan untuk memupuk motivasi masyarakat agar mempunyai pemerintahan sendiri hasil gotong royong bersama untuk mencapai tujuan cita-cita bangsa Indonesia.
Selain itu juga untuk memupuk rasa persatuan dan kesatuan antara pemerintah dan masyarakatnya, demi menunjang keadilan dan kebijaksanaan pemerintah secara mandiri dengan penuh semangat bersama.
Kesenian ini merupakan suatu sindiran (simbol﴿ atau semboyan tidak setuju terhadap Pemerintahan Belanda pada waktu itu yang bertindak sewenang-wenang kepada masyarakat jajahan. Khususnya di daerah Desa Cinunuk dan umumnya daerah Kabupaten Garut.
Kesenian ini memiliki tujuan untuk memupuk motivasi masyarakat agar mempunyai pemerintahan sendiri hasil gotong royong bersama untuk mencapai tujuan cita-cita bangsa Indonesia.
Selain itu juga untuk memupuk rasa persatuan dan kesatuan antara pemerintah dan masyarakatnya, demi menunjang keadilan dan kebijaksanaan pemerintah secara mandiri dengan penuh semangat bersama.
3.
Lais
Kesenian
Lais Diambil Dari Nama Seseorang Yang Sangat Terampil Dalam Memanjat Pohon
Kelapa Yang Bernama ?Laisan? Yang Sehari-Hari Di Panggil Pak Lais. Lais ini
Sudah Dikenal Sejak Aman Penjajahan Belanda. Tempatnya di Kampung Nangka Pait,
Kecamatan Sukawening. Atraksi yng ditontonkan mula-mula pelais memanjat bambu
lalu pindah ke tambang sambil menari-nari dan berputar di udara tanpa
menggunakan sabuk pengaman, sambil diiringi tetabuhan seperti dog-dog, gendang,
kempul dan terompet.
4.
Bangkulung
Kesenian
Bangklung merupakan perpaduan dua buah kesenian tradisional, yakni Kesenian
Terebang dan Kesenian Angklung Badud.
Kesenian
Bangklung merupakan hasil prakarsa Bapak Rukasah selaku Kepala Seksi Bidang
Kesenian Depdikbud Kabupaten Garut, telah menetapkan perpaduan jenis kesenian
Terebang dan Angklung pada tanggal 12 Desember 1968 di Desa Cisero Kecamatan
Cisurupan Kabupaten Garut.
5.
Badeng
Kecamatan : Malangbong
Kesenian
tradisional BADENG diciptakan pada tahun 1800 yaitu di jaman Para Wali,
kesenian ini mula-mulanya diciptakan oleh seorang tokoh penyebar agama Islam
bernama ARFAEN NURSAEN yang berasal dari daerah Banten yang kemudian terus
menetap di Kampung Sanding Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut, beliau dikenal
masyarakat disana dengan sebutan LURAH ACOK.
6.
Debus
Kecamatan :
Pameungpeuk
DEBUS adalah salah satu jenis kesenian tradisional
rakyat jawa Barat yang terdapat didaerah pamempeuk Kabupaten Garut ini tercipta
kira ?kira di abad ke 13 oleh seorang tokoh penyebar agama islam ,pada waktu
itu di daerah tersebut masih asing dan belum mengenal akan ajaran islam secara
meluas. Tokoh penyebar agama islam disebut Mama ajengan .
Nama ajengan berpikir dalam hatinya bagai manakah caranya untuk dapat menyebar luaskan atau mempopulerkan ajran agama islam karena pada waktu itu sangat sulit sekali karena banyak kepercayaan-kepercayaan dan agama lain yang di anut oleh masyarakat setempat. sedangkan ajaran agama islam pada waktu itu masih belum dipahami dan di mengerti maknanya .
Nama ajengan berpikir dalam hatinya bagai manakah caranya untuk dapat menyebar luaskan atau mempopulerkan ajran agama islam karena pada waktu itu sangat sulit sekali karena banyak kepercayaan-kepercayaan dan agama lain yang di anut oleh masyarakat setempat. sedangkan ajaran agama islam pada waktu itu masih belum dipahami dan di mengerti maknanya .
Pada tengah
malam bulan purnama si Mama Ajenganmengumpulka para santrinya untuk
bersama-sama menciptakan sambil dengan belajar menabuh seperangkat alat-alat
yang terbuat dari pohon pinang dan kulit kambing sehingga dapat mengeluarkan
bunyi dengan irama yang sangat unik sekali yang kemudian kesenian tersebut
dinamakan DEBUS. Dengan cara menyajikan kesenian ini, diharapkan dapat menarik
masa yang banyak.
Untuk menjaga hal ?hal yang tidak diinginkan dalam menjalankan tugas menyebarluaskan ajaran agamanya nanti dan mungkin akan banyak rintangan-rintangannya maka disamping belajar kelihaian menabuh alat-alatnya diajarkannya pula ilmu-ilmu kebatinan baik rohani maupun jasmani dipelajarinya pula ilmu-ilmu kekebalan /kekuatandalam dirnya masing-nasing umpamanya tahan pukulan benda-benda keras seperti batu bata , kayu, kebal terhadap golok-golok tajam dsb. Menjalani dan mendalami berbagai ilmu ?ilmu kebatinan tersebut untuk menjaga apabila terjadi dikemudian hari sewaktu mereka mempopulerkan ajaran agamanya .
Didalam rangka mempertunjukan kesenian DEBUS tersebut mama Ajengan dan para santrinya yanh telah mahir dan dibekali oleh ilmu-ilmunya masuk, keluar kampung bahkan ke berbagai kota mengumpulkan tokoh-tokoh masyarakat umaro tua muda, laki-laki perempuan sambil memasukkan pengaruh ajaran agamanya lewat kesenian yang dipertunjukannya itu dengan membawakan lagu-lagu solawatan dan berjanji yang mengambil dari kitab suci Al-qur?an yang isinya mengajak masyarakat banyak untuk dapat memahami dan melaksanakan ajaran agama islam .
Untuk menjaga hal ?hal yang tidak diinginkan dalam menjalankan tugas menyebarluaskan ajaran agamanya nanti dan mungkin akan banyak rintangan-rintangannya maka disamping belajar kelihaian menabuh alat-alatnya diajarkannya pula ilmu-ilmu kebatinan baik rohani maupun jasmani dipelajarinya pula ilmu-ilmu kekebalan /kekuatandalam dirnya masing-nasing umpamanya tahan pukulan benda-benda keras seperti batu bata , kayu, kebal terhadap golok-golok tajam dsb. Menjalani dan mendalami berbagai ilmu ?ilmu kebatinan tersebut untuk menjaga apabila terjadi dikemudian hari sewaktu mereka mempopulerkan ajaran agamanya .
Didalam rangka mempertunjukan kesenian DEBUS tersebut mama Ajengan dan para santrinya yanh telah mahir dan dibekali oleh ilmu-ilmunya masuk, keluar kampung bahkan ke berbagai kota mengumpulkan tokoh-tokoh masyarakat umaro tua muda, laki-laki perempuan sambil memasukkan pengaruh ajaran agamanya lewat kesenian yang dipertunjukannya itu dengan membawakan lagu-lagu solawatan dan berjanji yang mengambil dari kitab suci Al-qur?an yang isinya mengajak masyarakat banyak untuk dapat memahami dan melaksanakan ajaran agama islam .
Demikianlah
yang dilakukan setiap hari, setiap minggu dan setiap bulan oleh mama Ajengan
dengan para santrinya dalam rangka mempopulerkan ajaran agama islam lewat
kesenian ?DEBUS? sehingga berhasil meningkatkan para prngikutnya hampir
diseluruh daerah dengan didirikannya pesantren-pesantren, mesjid-mesjid/ surau
untuk menampung pengikutnya .
Sampai sekarang secara turun temurun kesenian ?DEBUS? masih dipergunakan sebagai media untuk menghibur para tamu yang datang ke daerah tersebut disamping itu sering disajikan pada acara hajatan (kenduri) umpamanya hajat chitana ,hajat perkawinan atau upacara hari besar Umat Islam, yang sangatunik sekali sampai sekarang masih diperingati tiap terang bulan purnama tanggal 14 oleh keturunan mama Ajengan.
Sampai sekarang secara turun temurun kesenian ?DEBUS? masih dipergunakan sebagai media untuk menghibur para tamu yang datang ke daerah tersebut disamping itu sering disajikan pada acara hajatan (kenduri) umpamanya hajat chitana ,hajat perkawinan atau upacara hari besar Umat Islam, yang sangatunik sekali sampai sekarang masih diperingati tiap terang bulan purnama tanggal 14 oleh keturunan mama Ajengan.
7. Gesrek
Kecamatan :
Pamulihan
Seni Gesrek
disebut juga Seni Bubuang Pati (mempertaruhkan nyawa). Bila dikaji dengan
teliti, seni Gesrek dapat dikatakan juga bersifat religius. Dengan ilmu-ilmu,
mantra-mantra yang berasal dari ayat Al Qur?an pelaku seni ini bisa tahan
pukulan, tidak mempan senjata tajam atau tidak mempan dibakar. Demi
keutuhan/mengasah ilmu yang dimiliki pemain Gesrek perlu mengadakan pemulihan
keutuhan ilmu dengan jalan ngabungbang (kegiatan ketuhanan yang dilaksanakan
tiap malam tanggal 14 Maulud) yaitu mengadakan mandi suci tujuh muara yang
menghadap sebelah timur sambil mandi dibacakan mantra-mantra sampai selesai
atas bantuan teman atau guru apabila masih ada. Jadi dengan adanya Seni Gesrek
kegiatan ritual bisa dilaksanakan secara rutin sebagai rasa persatuan dan
kesatuan sesama penggemar seni yang dirasa masih langka. Setelah terciptanya
Seni Gesrek timbul gagasan untuk mengkolaborasikannya dengan seni yang
berkembang juga di wilayah ini yaitu seni Abah Jubleg. Seni ini dikatakan
khowarikul adat (di luar kebiasaan) karena Abah Jubleg dapat mengangkat benda
yang beratnya lebih dari 1 (satu) kwintal dengan menggunakan kekuatan gigi,
dapat mengubah kesadaran manusia menjadi tingkah laku binatang
(Babagongan/Seseroan) dan memakan benda yang tidak biasa dimakan oleh
manusia.
8.
Hadro
HADRO adalah
jenis kesenian perpaduan antara budaya Parahyangan dengan budaya Parsi atau
Arab. Seni ini diperkenalkan oleh Kyai Haji Sura dan Kyai Haji Achmad Sayuti
yang berasal dari Kampung Tanjung Singuru Samarang Kabupaten Garut sekitar
tahun 1917. kehadirannya tentu saja mendapat sambutan hangat dari masyarakat
Desa Bojong. Maka tidak heran apabila perkembangannya sungguh sangat
menggembirakan.
Jenis kesenian ini memiliki ciri tertentu dalam gaya dan lagunya. Gaya/laga adalah gerak geriknya yang diambil dari jurus-jurus pencak silat yang menggambarkan kepatriotan.
Lagu / liriknya diambil dari sajak pujangga Islam Syech Jafar Al Banjanji. Alat pengiringnya terdiri dari : Rebana, Tilingtit, Kempring, Kompeang, Bangsing, Tarompet dan Bajidor.
Jenis kesenian ini memiliki ciri tertentu dalam gaya dan lagunya. Gaya/laga adalah gerak geriknya yang diambil dari jurus-jurus pencak silat yang menggambarkan kepatriotan.
Lagu / liriknya diambil dari sajak pujangga Islam Syech Jafar Al Banjanji. Alat pengiringnya terdiri dari : Rebana, Tilingtit, Kempring, Kompeang, Bangsing, Tarompet dan Bajidor.
9.
Pencak Ular
Merupakan
kesenian tradisional dari Kec. Samarang. Pencak silat ini tidak jauh berbeda
dengan pencak silat yang ada, hanya selain mendemontrasikan jurus-jurus silat,
pesilat itu membawa ular berbisa dalam atraksi. Kelebihan lain pesilat bisa
menjinakan ular-ular itu bahkan kebal terhadap gigitannya.
10.
Cigawiran
Kecamatan :
Selaawi
Seni tradisional Cigawiran termasuk kelompok cabang
seni Karawitan Sekar, bukan seni petunjukan .Seni tradisional ini hampir sama
dengan Beluk, Cianjuran Sumedang dan Kawih (Karawitan Sekar).
Tembang Cigawiran lahir di Desa Cigawiran, Kecamatan Selaawi.
Tembang Cigawiran lahir di Desa Cigawiran, Kecamatan Selaawi.
11. Rudat
Kecamatan :
Pameungpeuk
Merupakan
seni pertunjukan atraksi kekebalan tubuh. Selain di Pameungpeuk, berkembang
juga secara aktif di Cikajang dan Singajaya, dan berkembang secara kurang aktif
di Kecamatan Leles.
No comments:
Post a Comment