ARTI SEBUAH PERSAHABATAN
JONI: pemuda usia 20th, anak kuliahan
BUDI: pemuda usia 21th, anak kuliahan yang juga bekerja sebagai penjaga warnet
HASAN: pemuda usia 25th, pekerja kantoran
RONI: pria berusia 32th, sudah berkeluarga, pengusaha rental mobil
ANDI: pria berusia 30th, sudah berkeluarga, karyawan swasta
Persahabatan kelima orang diatas berawal dari kesamaan hobi dan kegemaran akan
burung berkicau dimana sebelumnya mereka sering berkumpul dalam event - event
lomba hingga pada akhirnya mereka sering bertemu hanya untuk sekedar ngobrol
ataupun hang out bareng. Hingga pada suatu saat Budi mengalami kecelakaan
sepeda motor sehingga mengakibatkan luka yang cukup serius di bagian kepala dan
mengalami koma selama hampir 10 hari.
Joni: kasihan betul teman kita ini..keluarganya dari Sumatra pun kesulitan
datang kesini karena terkendala biaya
Andi: yah untuk sementara kita bergantian menjaga Budi sampai keluarganya datang
Hasan: kemarin pagi saat aku menjaga Budi, ada tagihan dari pihak rumah sakit, hingga kemarin jumlah biaya yang harus dikeluarkan sudah mencapai 20jt
Roni: kelihatannya masih membutuhkan proses recovery yang lumayan lama karena ternyata pendarahan di otak sudah sampai mengenai beberapa syaraf penting
Joni: keluarganya pun pasti tak akan sanggup membiaya biaya rumah sakit ini..sebelum kecelakaan, Budi curhat tentang uang semester yang belum terbayar
Roni: aku mau jual si-Ronggeng ah. Nanti uangnya biar dipake untuk biaya rumah sakit Budi. Ngga tega aku melihat dia terbaring koma tanpa daya
Joni: yang bener Ron? si-Ronggeng kan pernah ditawar juragan tembakau 250jt. waktu itu aja dirimu ngga mau dengan alasan masih seneng sama si-Ronggeng
Roni: ngga apa-apa..Budi sahabat baikku. aku harus melakukan sesuatu untuk meringankan bebannya
Hasan: kalau mengadakan charity saat event piala Raja minggu depan? kan banyak peserta yang mengenal Budi
Andi: jangan ah. Belum tentu semua orang rela dan suka menyumbang. Kita usahakan dari kita dulu saja. kalau ternyata masih kurang, baru kita pikirkan jalan yang lain
Hasan: kalau begitu, aku mau jual beberapa sangkar buatan Solo yang antik - antik. Biar bisa buat tambahan biaya rumah sakit juga
Joni: kalau aku mau jual 3 pasang burung cucakrowo yang aku punya..lumayan kan nilainya
Andi: aku ngga punya burung jagoan, ngga punya sangkar yang bagus juga. Tapi bulan depan bonus dari kantor akan keluar. Aku coba bicarakan dengan istriku, semoga dia ikhlas menyisihkan sebagian uang bonus untuk Budi
Roni: siipp..kalian semua memang sahabat sejati. Oke kita segera action ya biar langsung kelihatan berapa jumlah yang bisa terkumpul.
Andi: yah untuk sementara kita bergantian menjaga Budi sampai keluarganya datang
Hasan: kemarin pagi saat aku menjaga Budi, ada tagihan dari pihak rumah sakit, hingga kemarin jumlah biaya yang harus dikeluarkan sudah mencapai 20jt
Roni: kelihatannya masih membutuhkan proses recovery yang lumayan lama karena ternyata pendarahan di otak sudah sampai mengenai beberapa syaraf penting
Joni: keluarganya pun pasti tak akan sanggup membiaya biaya rumah sakit ini..sebelum kecelakaan, Budi curhat tentang uang semester yang belum terbayar
Roni: aku mau jual si-Ronggeng ah. Nanti uangnya biar dipake untuk biaya rumah sakit Budi. Ngga tega aku melihat dia terbaring koma tanpa daya
Joni: yang bener Ron? si-Ronggeng kan pernah ditawar juragan tembakau 250jt. waktu itu aja dirimu ngga mau dengan alasan masih seneng sama si-Ronggeng
Roni: ngga apa-apa..Budi sahabat baikku. aku harus melakukan sesuatu untuk meringankan bebannya
Hasan: kalau mengadakan charity saat event piala Raja minggu depan? kan banyak peserta yang mengenal Budi
Andi: jangan ah. Belum tentu semua orang rela dan suka menyumbang. Kita usahakan dari kita dulu saja. kalau ternyata masih kurang, baru kita pikirkan jalan yang lain
Hasan: kalau begitu, aku mau jual beberapa sangkar buatan Solo yang antik - antik. Biar bisa buat tambahan biaya rumah sakit juga
Joni: kalau aku mau jual 3 pasang burung cucakrowo yang aku punya..lumayan kan nilainya
Andi: aku ngga punya burung jagoan, ngga punya sangkar yang bagus juga. Tapi bulan depan bonus dari kantor akan keluar. Aku coba bicarakan dengan istriku, semoga dia ikhlas menyisihkan sebagian uang bonus untuk Budi
Roni: siipp..kalian semua memang sahabat sejati. Oke kita segera action ya biar langsung kelihatan berapa jumlah yang bisa terkumpul.
Gimana, baguskan hehehe.. yang punya
tugas bikin naskah, mungkin bisa membantu buat kalian okay...
MASA PUBER
Suasana panggung terlihat suram dengan setting sebuah
kamar tidur dan terdapat seoang gadis remaja sedang menangis sambil menutup
kedua telinganya dengan bantal. Dia adalah Wati, gadis remaja berumur 17th. Di
luar kamar terdengar suara pecahan piring dan makian dari Bapak dan Ibunya
Wati.Tidak lama kemudian Wati mengambil handphone-nya dan mencoba menghubungi
Sita, sabahat karibnya sejak mereka duduk di Bangku SD. Setelah berbicara
melalui handphone, Wati mengambil sebuah tas dan mengemasi pakaian dan
buku-buku sekolahnya. Dengan keluar melalui jendela kamar, Wati mencoba kabur
dari rumahnya.
Suasana panggung berubah menjadi setting sebuah ruang tamu. Tampak 2 orang remaja putri yang sedang berbincang. Mereka adalah Wati dan Sita.
Wati: Sita, aku sudah benar-benar tidak tahan. Hampir setiap hari dan setiap saat aku mendengar bapak dan ibuku bertengkar
Sita: Kamu yang sabar ya. Mungkin memang saat ini bapak dan ibumu sedang ada masalah. Berdoa ya semoga masalah beliau segera bisa diatasi
Wati: Hatiku hancur waktu mendengar ibuku minta cerai. Seandainya mereka benar-benar bercerai, aku harus ikut siapa? aku malu, malu sekali Sita.
Sita: Aku mengerti sekali perasaanmu, tapi kamu juga jangan sampai terlalu sedih karena aku khawatir kalau kamu terlalu sedih nanti malah akan mempengaruhi sekolahmu. Kita sebentar lagi mau menghadapi Unas lho
Wati: Ah biarlah, seandainya aku tidak lulus juga mungkin orang tuaku tidak peduli.
Sita: Tidak ada orang tua yang tidak peduli dengan anaknya. Hanya mungkin saat ini mereka berdua sedang ada masalah jadi terlihat seperti mereka sedang sibuk dengan urusan mereka sendiri
Wati: Percuma aku punya orang tua kalau setiap hari isinya bertengkar saja. Apa mereka berdua tidak malu dengan tetangga yang sudah pasti mendengar suara mereka bertengkar?
Dari ruangan dalam rumah keluarlah seorang ibu-ibu sambil membawa pisang goreng dan teh manis.. Ibu itu adalah Ibu Dibyo, Ibunya Sita.
Ibu Dibyo: Tidak baik bicara seperti itu Wati. Apapun yang terjadi, mereka berdua adalah orang tuamu. Banyak anak-anak di luar sana yang sangat menginginkan mempunyai orang tua
Wati: (sambil menunduk dan menangis) Saya harus bagaimana bu?
Ibu Dibyo: Bersikaplah seperti biasa, tetap menjadi anak yang penurut. Bila ada kesempatan yang tepat, cobalah bicara dengan bapak ibumu, sampaikan bahwa kamu merasa sangat tidak nyaman bila mereka berdua bertengkar.
Wati: akan saya coba bu..
Sita: Nah, kamu jangan sedih lagi ya. Ayo donk tersenyum lagi (sambil mengusap air mata Wati dan membelai rambut Wati)
Wati: terima kasih Sita, terima kasih bu. Sita, beruntung sekali kamu memiliki Ibu yang sabar.
Sita: Lho sejak dulu kan kamu sudah dianggap bagian dari keluargaku. jadi ibuku juga ibumu lho. Benar kan bu?
Ibu Dibyo: Iya benar. wati sudah ibu anggap seperti anak ibu sendiri
Wati: Bu, malam ini saya boleh menginap disini?
Ibu Dibyo: Boleh, tapi kamu harus telp ke rumah dulu. Beritahu Bapak dan Ibumu kalau kamu menginap disini supaya mereka berdua tidak bingung mencarai kamu ada dimana
Wati: iya bu, terima kasih
Suasana panggung berubah menjadi setting sebuah ruang tamu. Tampak 2 orang remaja putri yang sedang berbincang. Mereka adalah Wati dan Sita.
Wati: Sita, aku sudah benar-benar tidak tahan. Hampir setiap hari dan setiap saat aku mendengar bapak dan ibuku bertengkar
Sita: Kamu yang sabar ya. Mungkin memang saat ini bapak dan ibumu sedang ada masalah. Berdoa ya semoga masalah beliau segera bisa diatasi
Wati: Hatiku hancur waktu mendengar ibuku minta cerai. Seandainya mereka benar-benar bercerai, aku harus ikut siapa? aku malu, malu sekali Sita.
Sita: Aku mengerti sekali perasaanmu, tapi kamu juga jangan sampai terlalu sedih karena aku khawatir kalau kamu terlalu sedih nanti malah akan mempengaruhi sekolahmu. Kita sebentar lagi mau menghadapi Unas lho
Wati: Ah biarlah, seandainya aku tidak lulus juga mungkin orang tuaku tidak peduli.
Sita: Tidak ada orang tua yang tidak peduli dengan anaknya. Hanya mungkin saat ini mereka berdua sedang ada masalah jadi terlihat seperti mereka sedang sibuk dengan urusan mereka sendiri
Wati: Percuma aku punya orang tua kalau setiap hari isinya bertengkar saja. Apa mereka berdua tidak malu dengan tetangga yang sudah pasti mendengar suara mereka bertengkar?
Dari ruangan dalam rumah keluarlah seorang ibu-ibu sambil membawa pisang goreng dan teh manis.. Ibu itu adalah Ibu Dibyo, Ibunya Sita.
Ibu Dibyo: Tidak baik bicara seperti itu Wati. Apapun yang terjadi, mereka berdua adalah orang tuamu. Banyak anak-anak di luar sana yang sangat menginginkan mempunyai orang tua
Wati: (sambil menunduk dan menangis) Saya harus bagaimana bu?
Ibu Dibyo: Bersikaplah seperti biasa, tetap menjadi anak yang penurut. Bila ada kesempatan yang tepat, cobalah bicara dengan bapak ibumu, sampaikan bahwa kamu merasa sangat tidak nyaman bila mereka berdua bertengkar.
Wati: akan saya coba bu..
Sita: Nah, kamu jangan sedih lagi ya. Ayo donk tersenyum lagi (sambil mengusap air mata Wati dan membelai rambut Wati)
Wati: terima kasih Sita, terima kasih bu. Sita, beruntung sekali kamu memiliki Ibu yang sabar.
Sita: Lho sejak dulu kan kamu sudah dianggap bagian dari keluargaku. jadi ibuku juga ibumu lho. Benar kan bu?
Ibu Dibyo: Iya benar. wati sudah ibu anggap seperti anak ibu sendiri
Wati: Bu, malam ini saya boleh menginap disini?
Ibu Dibyo: Boleh, tapi kamu harus telp ke rumah dulu. Beritahu Bapak dan Ibumu kalau kamu menginap disini supaya mereka berdua tidak bingung mencarai kamu ada dimana
Wati: iya bu, terima kasih
KAU MILIKKU DAN
JUGA MILIKNYA
Bejo: Sayang, minggu depan ada acara ulang tahun sepupuku. Aku mau ajak kamu datang ke pesta itu
Winda: (mencoba mengingat - ingat, apakah dia juga ada janji kencan dengan Amir, pacarnya yang satu lagi)..hhmm..pengen siy, tapi lihat nanti ya. Aku belum tahu minggu depan di kantor ada lembur atau tidak.
Bejo: (yang sebenarnya sudah tahu kalau Winda ada kencan dengan Amir)..duuh..diusahain donk. Kan aku juga pengen ngenalin kamu ke keluarga besarku.
Winda: Iya..aku usahain..(tak lama kemudian HP Winda pun berdering. Winda melirik layar HP nya dan ternyata Amir yang menelepon)
Bejo: Kok ngga diangkat say?
Winda: ah ngga penting..dari temenku kok. Nanti aku telp balik saja (sambil berusaha menyembunyikan kegugupannya)
Bejo: eh pinjam HP nya donk..aku mau sms temen kantorku (sambil senyum - senyum usil)
Winda: pulsaku habis juga tuh (sudah mulai merasa tidak nyaman)
Bejo: oh ya sudah lah..yuuk kita pulang saja. Sudah sore nih
Winda: (merasa belum mendapatkan barang apapun hari itu, dia berpikir keras tentang bagaimana caranya bisa mengajak Bejo ke mall) kita ke mall dulu yuuk..ngadem bentar gitu..sambil lihat-lihat
Bejo: oh pengen ke mall? ayoo..
(kemudian mereka berdua jalan ke mall karena jarak antara taman dan mall yang dekat)
(Setelah sampai di mall)
Winda: (sibuk memilih - milih baju dan sebuah di sebuah butik)..bagus ngga say? pantes ngga aku pakai ini? (sambil bergaya bak foto model)
Bejo: oh bagus..makin cantik aja kamu (Bejo yang tahu akal bulus Winda yang selalu morotin uangnya mulai pasang strategi)
Winda: udah ini aja..setelah bayar kita pulang biar ngga kemalaman (sambil membawa barang - barang belanjaannya ke kasir)
(Bejo yang biasanya langsung mengikuti winda ke kasir, saat itu terlihat anteng di dekat kamar ganti dan pura-pura tidak mendengar ajakan Winda)
Winda: (berteriak untuk kesekian kalinya)..Sayang..ini lho sudah selesai dihitung belanjaannya
Bejo: (sambil jalan mendekat) ya udah..tinggal dibayar kan
Winda: kok kamu gitu..kan biasanya kamu yang bayarin (sambil marah teriak - teriak)
(tak lama kemudian Amir pun mendekat ke meja kasir)
Amir: oh ini juga yang biasa membayari barang - barang belanjaanmu?
Winda: (dengan ekspresi yang kaget setengah mati) eh..hmm...anu..kok kamu bisa disini?
Amir: aku memang sengaja datang kesini. Aku dan Bejo sudah tahu polah tingkahmu mempermainkan kamu
Bejo: sudah puas kan kamu menghabiskan uang kami berdua selama ini?
(petugas kasir mengingatkan Winda untuk segera membayar barang belanjaannya karena jumlah orang yang antri semakin banyak)
Winda: (dengan tertunduk malu) maaf mbak, saya tidak jadi beli semua barang-barang ini (kemuddian terdengar teriakan cemooh orang - orang yangs edang antri di belakang Winda)
Amir & Bejo: enak ya dibikin malu seperti sekarang. Kena batunya kan sekarang.
(tanpa menjawab, Winda kemudian lari meninggalkan Bejo dan Amir
Bejo: Sayang, minggu depan ada acara ulang tahun sepupuku. Aku mau ajak kamu datang ke pesta itu
Winda: (mencoba mengingat - ingat, apakah dia juga ada janji kencan dengan Amir, pacarnya yang satu lagi)..hhmm..pengen siy, tapi lihat nanti ya. Aku belum tahu minggu depan di kantor ada lembur atau tidak.
Bejo: (yang sebenarnya sudah tahu kalau Winda ada kencan dengan Amir)..duuh..diusahain donk. Kan aku juga pengen ngenalin kamu ke keluarga besarku.
Winda: Iya..aku usahain..(tak lama kemudian HP Winda pun berdering. Winda melirik layar HP nya dan ternyata Amir yang menelepon)
Bejo: Kok ngga diangkat say?
Winda: ah ngga penting..dari temenku kok. Nanti aku telp balik saja (sambil berusaha menyembunyikan kegugupannya)
Bejo: eh pinjam HP nya donk..aku mau sms temen kantorku (sambil senyum - senyum usil)
Winda: pulsaku habis juga tuh (sudah mulai merasa tidak nyaman)
Bejo: oh ya sudah lah..yuuk kita pulang saja. Sudah sore nih
Winda: (merasa belum mendapatkan barang apapun hari itu, dia berpikir keras tentang bagaimana caranya bisa mengajak Bejo ke mall) kita ke mall dulu yuuk..ngadem bentar gitu..sambil lihat-lihat
Bejo: oh pengen ke mall? ayoo..
(kemudian mereka berdua jalan ke mall karena jarak antara taman dan mall yang dekat)
(Setelah sampai di mall)
Winda: (sibuk memilih - milih baju dan sebuah di sebuah butik)..bagus ngga say? pantes ngga aku pakai ini? (sambil bergaya bak foto model)
Bejo: oh bagus..makin cantik aja kamu (Bejo yang tahu akal bulus Winda yang selalu morotin uangnya mulai pasang strategi)
Winda: udah ini aja..setelah bayar kita pulang biar ngga kemalaman (sambil membawa barang - barang belanjaannya ke kasir)
(Bejo yang biasanya langsung mengikuti winda ke kasir, saat itu terlihat anteng di dekat kamar ganti dan pura-pura tidak mendengar ajakan Winda)
Winda: (berteriak untuk kesekian kalinya)..Sayang..ini lho sudah selesai dihitung belanjaannya
Bejo: (sambil jalan mendekat) ya udah..tinggal dibayar kan
Winda: kok kamu gitu..kan biasanya kamu yang bayarin (sambil marah teriak - teriak)
(tak lama kemudian Amir pun mendekat ke meja kasir)
Amir: oh ini juga yang biasa membayari barang - barang belanjaanmu?
Winda: (dengan ekspresi yang kaget setengah mati) eh..hmm...anu..kok kamu bisa disini?
Amir: aku memang sengaja datang kesini. Aku dan Bejo sudah tahu polah tingkahmu mempermainkan kamu
Bejo: sudah puas kan kamu menghabiskan uang kami berdua selama ini?
(petugas kasir mengingatkan Winda untuk segera membayar barang belanjaannya karena jumlah orang yang antri semakin banyak)
Winda: (dengan tertunduk malu) maaf mbak, saya tidak jadi beli semua barang-barang ini (kemuddian terdengar teriakan cemooh orang - orang yangs edang antri di belakang Winda)
Amir & Bejo: enak ya dibikin malu seperti sekarang. Kena batunya kan sekarang.
(tanpa menjawab, Winda kemudian lari meninggalkan Bejo dan Amir
NATAL
Narrator:
Hari Natal, hari dimana semua orang merasa bahagia. Kue, baju baru, pohon Natal yang gemerlap berwarna-warni, dan nyanyian lagu Natal. Keluarga berkumpul, saling berbagi hadiah.
Pemeran 1 masuk, terlihat murung dan sedih. Berjalan gontai dan duduk di kursi. Menarik napas panjang dan berat, menggelengkan kepala dan tertunduk lesu.
Pemeran 1:
Natal, Natal...
(diam)
Semua orang berbahagia di hari Natal. Semua orang senang. Semua orang gembira.
Tapi aku tidak...
Natal... untuk apa Natal?!!!
(kembali diam dan merenung)
Pemeran 2 masuk, menatap Pemeran 1 dari jauh, kemudian berjalan pelan menghampiri.
Pemeran 2:
Kenapa kau bersedih?
Pemeran 1:
(tak langsung menjawab)
Aku sedih karena ini hari Natal.
Pemeran 2:
Bukankah kau seharusnya bergembira di hari Natal?
Pemeran 1:
Tidak, aku tidak gembira!
Semua orang gembira di hari Natal, tapi aku tidak!
(terdiam sesaat, kemudian berdiri)
Lihatlah! Semua orang tertawa bersama teman-temannya, sedangkan aku...
Aku tak punya kawan!
(kembali duduk dan menutup wajahnya dengan tangan)
Pemeran 2:
Sadarkah kau bahwa aku selalu menjadi kawanmu?
Pemeran 1:
Benarkah?
Pemeran 2:
Saat kau senang, aku tertawa bersamamu. Saat kau sedih, aku menghiburmu dengan penuh kasih. Saat kau tersesat, membuka jalan bagimu. Saat kau berada dalam kegelapan, aku menjadi lilin bagimu.
Pemeran 1:
(seperti tersadar, kemudian menangis)
Kau begitu baik dalam hidupku, tapi aku tak pernah sekalipun mengingatmu.
Apa yang dapat kuberikan kepadamu, sedangkan aku tak punya apa-apa.
Pemeran 2:
Kau akan memberikan hal yang paling berharga bagiku.
(Pemeran 2 berjalan keluar meninggalkan panggung)
Pemeran 1:
(termenung)
Hal yang paling berharga?
Apa hal yang paling berharga yang bisa kuberikan?
Setelah merenung sesaat, Pemeran 1 melihat keranjang di bawah pohon Natal. Ia kemudian berjalan pelan dengan pandangan mata tertuju pada keranjang tersebut. Perlahan, ia masuk ke dalam keranjang itu.
Narrator:
Saudara-saudara, diri kita adalah pemberian yang paling berharga, sebab sang Juruselamat telah memberikan dirinya untuk menyelamatkan kita.
Hari Natal, hari dimana semua orang merasa bahagia. Kue, baju baru, pohon Natal yang gemerlap berwarna-warni, dan nyanyian lagu Natal. Keluarga berkumpul, saling berbagi hadiah.
Pemeran 1 masuk, terlihat murung dan sedih. Berjalan gontai dan duduk di kursi. Menarik napas panjang dan berat, menggelengkan kepala dan tertunduk lesu.
Pemeran 1:
Natal, Natal...
(diam)
Semua orang berbahagia di hari Natal. Semua orang senang. Semua orang gembira.
Tapi aku tidak...
Natal... untuk apa Natal?!!!
(kembali diam dan merenung)
Pemeran 2 masuk, menatap Pemeran 1 dari jauh, kemudian berjalan pelan menghampiri.
Pemeran 2:
Kenapa kau bersedih?
Pemeran 1:
(tak langsung menjawab)
Aku sedih karena ini hari Natal.
Pemeran 2:
Bukankah kau seharusnya bergembira di hari Natal?
Pemeran 1:
Tidak, aku tidak gembira!
Semua orang gembira di hari Natal, tapi aku tidak!
(terdiam sesaat, kemudian berdiri)
Lihatlah! Semua orang tertawa bersama teman-temannya, sedangkan aku...
Aku tak punya kawan!
(kembali duduk dan menutup wajahnya dengan tangan)
Pemeran 2:
Sadarkah kau bahwa aku selalu menjadi kawanmu?
Pemeran 1:
Benarkah?
Pemeran 2:
Saat kau senang, aku tertawa bersamamu. Saat kau sedih, aku menghiburmu dengan penuh kasih. Saat kau tersesat, membuka jalan bagimu. Saat kau berada dalam kegelapan, aku menjadi lilin bagimu.
Pemeran 1:
(seperti tersadar, kemudian menangis)
Kau begitu baik dalam hidupku, tapi aku tak pernah sekalipun mengingatmu.
Apa yang dapat kuberikan kepadamu, sedangkan aku tak punya apa-apa.
Pemeran 2:
Kau akan memberikan hal yang paling berharga bagiku.
(Pemeran 2 berjalan keluar meninggalkan panggung)
Pemeran 1:
(termenung)
Hal yang paling berharga?
Apa hal yang paling berharga yang bisa kuberikan?
Setelah merenung sesaat, Pemeran 1 melihat keranjang di bawah pohon Natal. Ia kemudian berjalan pelan dengan pandangan mata tertuju pada keranjang tersebut. Perlahan, ia masuk ke dalam keranjang itu.
Narrator:
Saudara-saudara, diri kita adalah pemberian yang paling berharga, sebab sang Juruselamat telah memberikan dirinya untuk menyelamatkan kita.
TRALALA TRILILI
Seiring
dengan tingginya pencarian contoh teks drama pendek di situs ini maka
beberapa rekan pembaca pun mencarikan referensi untuk menolong rekan-rekan yang
lain. Dari beberapa contoh teks drama pendek yang kami dapatkan di
internet, berikut ini contoh teks drama pendek yang dibuat oleh
seseorang bernama Wahyu.
Pagi
hari di sekolah didalam kelas ada 3 orang anak murid yang sedang
berbincang-bincang. Anak-anak ini mempunyai geng yang bernama tralalatrilili
yang anggotanya ada 4 orang. Yaitu Tra, Lala, Tri, Lili. Maka dari itu mereka
menamakan gengnya itu “Tralalatrilili”
Tra
: (Ceria) ”Pagi Sobat….!!”
Lala,
Tri : “Pagi Tra…”
Tra
: “Ngomong-ngomong kayanya ada yang kurang deh !”
Lala
: “Iya, yah…”
Tri
: “ya, iyalah ada yang kurang. Orang Lili belum datang.”
Tra
: “Oh… Iya Lili. Pantas saja sepi banget biasanyakan dia yang paling bawel …!”
Tiba-tiba
Lili datang, dengan wajah termenung tanpa senyum. Sedikitpun Langsung duduk
ditempat duduknya.
Lala
: “Tumben banget nona bawel baru datang ?”
Tri
: “ Iya nih kesiangan ya ?”
Lili
: “Iya… (sambil termenung)”
Tra
: “Kamu kenapa Li ? Gak biasanya kamu seperti ini ? biasanya kamu pagi-pagi
udah buat kita bertiga ketawa.”
Lala
: “Iya nih ! kamu sakit Li, kayanya kamu lesu banget.”
Tri
: “Tau nih ditanya aku aja jawabannya singkat banget.”
Lili
: “Gak kok…. Teman aku gak kenapa-napa cuma lagi malas ngomong aja….”
Tra
: “Ya udah Li kalau memang kamu gak kenapa-napa kita Cuma takut auja kalau kamu
lagi ada masalah atau kamu sedang sakit tapi gak mau cerita.”
Lili
: “Ya… pokoknya aku gak kenapa-napa. Kalian gak usah takut.
(Bel
masuk pun berbunyi)
Pak
Darmo pun masuk ke dalam kelas karena pada hari ini jam mengajar Pak Darmo
dikelas ini. Ia ini salah satu guru yang aneh di sekolah.
Pak
Darmo : “Pagi…. anak-anak ?”
Anak-anak
: (Menjawab Serentak) “PAGI…”
Pak
Darmo : “Baik pada hari ini kita akan melanjutkan materi yang minggu lalu Bapak
berikan, sebelumnya kumpulkan tugas kalian !!”
Anak-anak
: “IYA PAK”
Lili
: “Pak buku tugas saya tertinggal dirumah !”
Pak
Darmo : “ TERTINGGAL… ? kamu tidak membawa tugasnya, apa tidak membuatnya ?”
Lili
: “Saya tidak membawanya pak. Sungguh, saya tidak berbohong.”
Pak
Darmo : “Ya sudah kalau begitu kamu tidak dapat nilai seperti teman-teman
kamu…!”
Tri
: (berbisik-bisik) Li… kamu gak bawa tugasnya ? Gak biasanya kamu kaya gini…..
Lili
: “Iya tri aku lupa. Semalam aku tidur malam banget !!! Jadi aku lupa memasukan
kedalam tasku.”
Pak
Darmo : Bapak akan berikan selembaran kertas yang isiunya materi-materi penting
untuk kalian pelajari..”
Pak
Darmo membagikan kertas lembaran itu, anak-anak pun membacanya dan memahaminya.
Lalu ia memeriksa tugas yang dikumpulkan tadi.
Tiba-tiba
bapak kepala sekolah datang dan masuk kedalam kelas.
Kepala
Sekolah : “Permisi Pak Darmo… Saya minta waktu sebentar.”
Pak
Darmo : “Silahkan bapak kepala sekolah !!! Memang jam mengajar saya juga sudah
habis.”
Kepala
Sekolah : “Anak-anak maaf bapak mengganggu kalian belajar. Sebentar, bapak
kesini mau memanggil anak yang bernama Lili. Yang bernama Lili acungkan
tangan.”
Lili
: (Mengancungkan Tangan) “SAYA PAK !”
Kepala
Sekolah : “Ikut keruang bapak sebentar ada y7ang bapak mau bicarakan !”
Lili
: “Baik Pak.”
Sampainya
diruang Bapak Kepala Sekolah, Lili duduk tegang di handapan bapak kepala
sekolah.
Lili
: “ Ada apa ya pak sampaui saya di panggil keruang bapak ?”
Kepala
Sekolah : “Begini, apa benar kamu sudah menunggak SPP 3 bulan ?”
Lili
: “Iya pak memang saya belum membayar uang spp selama 3 bulan.”
Kepala
Sekolah : “Kenapa ? kamu sampai menunggak 3 bulan apa sebenarnya kamu di kasih
uangnya sama orang tua kamu cuma pakai ?”
Lili
: “Tidak pak memang saya belum dikasih uangnnya sama orang tua saya karna orang
tua saya belum punya uang.”
Kepala
Sekolah : “Ya sudah, kalau begitu…. bapak sarankan kekamu secepatnya kamu
lunasi karena sebentar lagi kamu akan UAN.
Lili
: “Baik pak. Secepatnya saya akan melunasinya.”
Kepala
Sekolah : “Iya… Kembalilah kekelasmu!”
Lili
: “Terima kasih pak. Permisi !”
Akhirnya
Lili kembali kekelas. Didalam kelas, Tra, Lala, dan Tri sedang asik mengobrol.
Lala
: “Li, Bapak Kepala Sekolah ngomong apa sam kamu ? ada masalah ya ?
Lili
terpaksa berbohong dengan sahabat-sahabatnya karena dia tidak mau sahabtanya
jadi tahu masalah dia dan ikut kedalam masalahnya.
Lili
: “Gak kok ! Gak ada masalah apa-apa cumangobrol masalah perpisahan aja….. aku
kan ketua panitia.”
Lala
: “Oh… dikira kau kenapa ?”
Tra
: “Teman, tar pulang sekolah antar aku ya ke toko buku ? Soalnya aku mau beli
novel-novel terbaru sekalian kita shopping.
Lala,Tri
: “IYAA !!”
Tra
: “Li kok kamu diam, apa kamu gak mau ikut ?”
Lili
: “Iya Tra kayanya aku gak ikut soalnyakan kamu tahu sendiri ayahku lagi sakit.
Belum Sembuh, jadi aku harus membantu ibu menjaga ayah.”
Tra
: “Ya… sudah kalau begitu !
Bel
Istirahat berbunyi
Tra
: “Sudah istirahat, kita kekantin yuk.. Laper nih !!”
Lala,
Tri : “Yuk…. kita juga laper!”
Lili
: “Teman, aku gak ikut ya soalnya aku gak laper dan lagi males kekantin. Kalian
saja ya…. ?”
Tra,
Lala, Tri : “Ya sudah kalau kamu gak mau ikut. Kita ke kantin dulu ya ?”
Lili
Terpaksa harus berbohong lagi padahal dia bukan tidak lapar tapi tidak mempunyai
uang dan tiba-tiba tersirat di pikiran Lili untuk mengambil uang Tra yang ada
didalam tas. Uang itu akan digunakan Tra untuk membeli Novel dan Shopping nanti
sepulang sekolah.
Lili
: “Aku bingung nih harus membayar SPP tapi gak punya uang. Minta sama ibu kan
ibu lagi gak punya habis untuk ayah kerumah sakit. Apa aku ambil saja uang Tra
yang katanya mau dibeluikan novel dan shopping pasti uangnya cukup ! Tapi kan
dia sahabat aku sendiri. Maafin aku ya Tra. Gak ada jalan lain … Karena aku
harus secepatnya melunasi uang SPP.”
Tanpa
Lili Sadari ada yang melihat kelakuannnya itu yaitu Fauzia dia ank kelas itu
juga. Fauzia tidak sengaja mengintip Luili di pintu kelas.
Fauzia
: “Apa yang dilakukan Lili itu kan tasnya Tra kok dia mengambil uangnya ?”
Fauzia
pun langsung kedalam kelas dan pura-pira tidak tahu. Bel Masuk kelas pun
berbunyi . Tra, Lala, dan Tri masuk kedalam kelas.
Tri
: “Sedang apa kamu Li ?”
Lili
: “Aku lagi baca buku saja.”
Lala
: “kamu istirahat Cuma dikelas aja ? gak bosen Li ?”
Lili
: “Gak, aku kan sudah bilang aku males.”
Tra
: “Udah… kok jadi dipermasalahin sih.. ?!”
Tra
belum menyadari kalau uangnnya hilang. Setelah dia membuka tasnya dan melihat
dompetnya terbuka dia langsung kaget karena uangnya hilang…..
Tra
: “Teman, uang aku hilang semua !”
Lala,
Tri : “HILANG ?!?”
Tri
: “Kamu lupa kali Tra. Coba cari Lagi.”
Tra
: “Aku gak lupa tadi aku simpan disini uangnya. Kemana ya ?”
Lala
: “Apa ada yang MENCURI uang kamu Tra !!?”
Tra
: “Bisa jadi, kalau tidak ada yang mencuri gak mungkin uang aku hilang.”
Tri
: “Siapa yang mencuri ya kok tega banget sih !!?”
Tra
: “LI… ! Kok kamu diam saja sih ? Bantuan aku donk ! uang aku hilang nih !!
Lili
: “Bukan Aku Tra yang mencuri !!”
Tra
: “Siapa yang bilang kamu yang mencuri. Aku kan Cuma minta dibantuin cari.”
Tri
: “Li…. kok kamu ngomong gitu ? bukannya aku nuduh kamu ya dari tadikan Cuma
kamu yang ada dikelas ini sampai istirahat selesai.”
Lili
: “Tapi bukan aku Tri yang ngambil uang Tra. Benar bukan. Aku kan sahabat Tra
dan Kalian.”
Lala
: (Jutek) “Biarpun kamu sahabat kita mungkin ajakan. Ya udah biar kita gak
salah nuduh kita periksa tas kamu, Cuma membuktikan saja.”
Lili
: “Jangan kumohon JANGAN !! Bukan aku yang ambil.”
Tiba-tiba
Fauzia bicara dengan mereka.
Fauzia
: “Hei… Sebelumnya aku minta maaf kalau aku ikut campur urusan kalian. Aku Cuma
mau bilang tadi aku lihat Lili membuka tas kamu Tra dan mengambil sesuatu
sepertinya ya…. UANG.”
Tra
: “Kamu gak bohong kan Fauzia ?”
Fauzia
: “Iya aku gak bohong aku lihat dengan mata kepalaku sendiri. Maafin aku Li,
aku gak mau menutupi kejahatan. Jadi, aku ngomong apa yang aku lihat tadi.”
Lili
: ”Fauzia…. aku sama sekali gak tau kalau tadi kamu melihat apa yang aku
lakukan. Tra, memang aku yang mengambil uang kamu. Fauzia benar. Tapi aku
terpaksa Tra !!! Aku bukan bermaksud Jahat.”
Tra
: “Jadi… kamu Li yang ambil uang aku ! Ya ampun Li…. Aku gak nyangka banget !!!
Kamu terpaksa kenapa ???”
Lili
: “Aku terpaksa karna aku belum bayar uang SPP 3 bulan. Orang tua ku gak punya
uang kan kamu tahu sendiri ayahku sedang sakit.”
Tra
: “Tapi kamu gak harus seperti ini Li….”
Lala
: “Iya Li kenapa kamu gak jujur ada sama kita. Kalau kamu jujur kita pasti akan
bantu kamu.
Tri
: “Bener banget !!! Jadi kamu dari tadi pagi sudah berbohong kamu bilang kamu
lagi males aja ternyata kamu ada masalah ?”
Lili
: “Tra, Lala, Lili aku menyesal udah gak jujur sama kalian. Aku seperti ini
karna aku gak mau menyusahkan kalian terus. Aku minta maaf sama kalian.
Terutama Tra.”
Tra
: “Aku maafin kamu Li. Karena aku tahu kamu dalam keadaan terdesak melakukan
semua ini.”
Lili
: “Kamu memang sahabat aku yang paling baik Tra, aku sangat menyesal sekali.”
Lala
: “Bagaimanapun seseorang sahabat dia tetap menjadi seorang sahabat !
Tri
: “Kamu salah La… diralat ya ? Bagaimanapun kesalahan seorang sahabat kita
harus memaafkannya karena manusia pasti membuat kesalahan dan tidak selalu
benar. Jadi kita harus tetqap jadi sahabat sejati.”
Lili
: “Makasih ya sahabat-sahabat ku kalian memang sahabat yang paling baik dan
yang paling aku sayang . Makasih kalian sudah mau maafin aku dan masih mau jadi
sahabat aku .
Tra,
Lala, Tri : “IYA DONK HARUS !!!”
Tra
: “ya udah Li Uangku untuk kamu saja karena aku tahu kamu sangat m
embutuhkannnya daripada aku.”
Lili
: “Benar Tra ? Makasih sekali lagi aki ucapkan untuk kamu sampai kapan pun juga
aku gak akan melupakan kebaikan kamu.”
Tra
: “Iya…. Li. Kamu makasih juga donk sama fauzia karena dia sudah buat kejujuran
untuk kamu.”
Lili
: “Fauzia, terima kasih ya… ? Atas kejujuran kamu !”
Fauzia
: “Iya Li sama-sama.”
Tra
: “Ya sudah kalau seperti ini kan jadinya enak. Tralalatrilili tidak hancur.
Tra…”
Lala
: “lala…..”
Tri
: “Tri…..”
Lili
: “lili…..”
Tralalatrilili
: “YEEEEEEEEE…….”
TAMAT
TERHEBAT
Suasana di depan sekolah pada suatu siang sepulang sekolah. Terlihat
seorang anak sekolah bernama Deri membeli beberapa kantung kacang dari sebuah
warung.
Ia
segera pulang ke rumahnya.
Suasana rumah Deri. Deri membuka sepatu dan kaus kakinya. Ia meletakkannya begitu saja di belakang pintu rumahnya. Ia lalu segera pergi ke kamarnya. Ibunya melihat tindakan Deri.
Ibu : (marah) “Deri, sepatumu jangan diletakkan sembarangan. Kan, sudah ibu sediakan rak khusus untuk menyimpan sepatu.”
Deri : (menyeka keringat di keningnya) “Deri kan capek, Bu. Hari ini rasa nya gerah banget. Lagian, kan ada Bi Surti.”
Ibu : “Bi Surti pulang kampung selama tiga hari. Lagian, kenapa kamu menanyakan Bi Surti?”
Deri : “Biasanya kan Bi Surti yang suka membereskan sepatuku.”
Ibu : (kesal) “Untuk hal seperti ini, Ibu rasa kamu bisa me ngerjakannya sendiri.”
Deri : (segera mengambil sepatu dan kaus kakinya yang ber serakan) “Aahh… Ibu.”
Deri segera masuk ke kamarnya. Suasana berganti menjadi kamar Deri. Di kamar, terdapat sebuah tempat tidur kecil, kipas angin, meja belajar, dan sebuah tempat sampah. Deri merebahkan diri di atas tempat tidurnya. Ia melemparkan tasnya ke samping bawah meja belajarnya. Ia belum mengganti baju seragamnya. Lalu, ia menyalakan kipas angin.
Deri : (sambil membaca buku yang diambilnya dari meja belajar) “Ahh… begini kan lebih enak….”
Deri membuka bungkus kacang yang ia beli tadi. Ia membuka satu per satu dan melemparkan begitu saja kulit-kulit kacang ke bawah tempat tidurnya.
Suasana malam. Deri tidak bisa tidur. Ia mendengar suara-suara aneh.
Ciiitttt… cit… cittt…. Deri ketakutan. Dari kolong tempat tidurnya, keluar seekor tikus.
Deri kaget. Ia paling takut pada tikus. Tidak berapa lama kemudian, beberapa ekor tikus keluar dari kolong tempat tidurnya. Deri mengambil sapu ijuk.
Deri : (mencoba mengusir tikus-tikus) “Ukhhh… mengganggu saja!” (memukul seekor tikus)
Beberapa tikus malah menghampiri Deri.
Deri : (ketakutan dan menjerit-jerit) “Ibu, Ibu tolongin Deri!”
Ibu : (membuka pintu kamar Deri) “Ada apa kok kamu teriak-teriak?”
Deri : (wajahnya pucat) “Ibu, banyak si Jerry!”
Ibu : “Jerry, siapa itu Jerry?”
Deri : (menunjuk ke bawah tempat tidurnya) “Maksud Deri banyak tikus kecil.”
Ibu : (kebingungan) “Di mana?”
Deri : “Itu di bawah tempat tidur Deri!
Deri takut. Deri tidak mau tidur di kamar Deri.”
Ibu : “Ya sudah, malam ini kamu tidur bersama kakakmu saja.”
Suasana pagi hari. Ibu masuk ke kamar
Deri. Ia kaget melihat sampah-sampah berserakan di bawah tempat tidur Deri.
Ibu : (berteriak, mukanya cemberut)
“Derii…sini!”
Deri : (memakai seragam sekolah) “Ya ada apa, Bu?”
Ibu : “Lihat!” (menunjuk ke sampah yang berserakan) “Kamu jorok sekali. Pantas banyak tikus di kamarmu.”
Deri : (malu dan tertunduk) “Habis bagaimana dong?”
Ibu : “Lho kok, malah tanya. Mulai sekarang kamu harus menjaga kebersihan kamarmu. Kamu jangan membuang sampah sembarangan lagi. Kan, sudah ibu sediakan tempat sampah di kamarmu (menunjuk ke tempat sampah).
Apa perlu Ibu membuatkan plang peringatan di sini?”
Deri : “Ibu bisa saja. Deri janji tidak akan membuang sampah sembarangan lagi.
Deri kapok sama si Jerry-Jerry nakal.”
Ibu : (tersenyum) “Ya sudah, sekarang kamu pergi sekolah. Pulang sekolah nanti, kamu harus membersihkan kamar mu.”
Deri : “Baik, Bu!”
Sejak saat itu, Deri selalu menjaga kebersihan kamar nya
Suasana rumah Deri. Deri membuka sepatu dan kaus kakinya. Ia meletakkannya begitu saja di belakang pintu rumahnya. Ia lalu segera pergi ke kamarnya. Ibunya melihat tindakan Deri.
Ibu : (marah) “Deri, sepatumu jangan diletakkan sembarangan. Kan, sudah ibu sediakan rak khusus untuk menyimpan sepatu.”
Deri : (menyeka keringat di keningnya) “Deri kan capek, Bu. Hari ini rasa nya gerah banget. Lagian, kan ada Bi Surti.”
Ibu : “Bi Surti pulang kampung selama tiga hari. Lagian, kenapa kamu menanyakan Bi Surti?”
Deri : “Biasanya kan Bi Surti yang suka membereskan sepatuku.”
Ibu : (kesal) “Untuk hal seperti ini, Ibu rasa kamu bisa me ngerjakannya sendiri.”
Deri : (segera mengambil sepatu dan kaus kakinya yang ber serakan) “Aahh… Ibu.”
Deri segera masuk ke kamarnya. Suasana berganti menjadi kamar Deri. Di kamar, terdapat sebuah tempat tidur kecil, kipas angin, meja belajar, dan sebuah tempat sampah. Deri merebahkan diri di atas tempat tidurnya. Ia melemparkan tasnya ke samping bawah meja belajarnya. Ia belum mengganti baju seragamnya. Lalu, ia menyalakan kipas angin.
Deri : (sambil membaca buku yang diambilnya dari meja belajar) “Ahh… begini kan lebih enak….”
Deri membuka bungkus kacang yang ia beli tadi. Ia membuka satu per satu dan melemparkan begitu saja kulit-kulit kacang ke bawah tempat tidurnya.
Suasana malam. Deri tidak bisa tidur. Ia mendengar suara-suara aneh.
Ciiitttt… cit… cittt…. Deri ketakutan. Dari kolong tempat tidurnya, keluar seekor tikus.
Deri kaget. Ia paling takut pada tikus. Tidak berapa lama kemudian, beberapa ekor tikus keluar dari kolong tempat tidurnya. Deri mengambil sapu ijuk.
Deri : (mencoba mengusir tikus-tikus) “Ukhhh… mengganggu saja!” (memukul seekor tikus)
Beberapa tikus malah menghampiri Deri.
Deri : (ketakutan dan menjerit-jerit) “Ibu, Ibu tolongin Deri!”
Ibu : (membuka pintu kamar Deri) “Ada apa kok kamu teriak-teriak?”
Deri : (wajahnya pucat) “Ibu, banyak si Jerry!”
Ibu : “Jerry, siapa itu Jerry?”
Deri : (menunjuk ke bawah tempat tidurnya) “Maksud Deri banyak tikus kecil.”
Ibu : (kebingungan) “Di mana?”
Deri : “Itu di bawah tempat tidur Deri!
Deri takut. Deri tidak mau tidur di kamar Deri.”
Ibu : “Ya sudah, malam ini kamu tidur bersama kakakmu saja.”
Suasana pagi hari. Ibu masuk ke kamar
Deri. Ia kaget melihat sampah-sampah berserakan di bawah tempat tidur Deri.
Ibu : (berteriak, mukanya cemberut)
“Derii…sini!”
Deri : (memakai seragam sekolah) “Ya ada apa, Bu?”
Ibu : “Lihat!” (menunjuk ke sampah yang berserakan) “Kamu jorok sekali. Pantas banyak tikus di kamarmu.”
Deri : (malu dan tertunduk) “Habis bagaimana dong?”
Ibu : “Lho kok, malah tanya. Mulai sekarang kamu harus menjaga kebersihan kamarmu. Kamu jangan membuang sampah sembarangan lagi. Kan, sudah ibu sediakan tempat sampah di kamarmu (menunjuk ke tempat sampah).
Apa perlu Ibu membuatkan plang peringatan di sini?”
Deri : “Ibu bisa saja. Deri janji tidak akan membuang sampah sembarangan lagi.
Deri kapok sama si Jerry-Jerry nakal.”
Ibu : (tersenyum) “Ya sudah, sekarang kamu pergi sekolah. Pulang sekolah nanti, kamu harus membersihkan kamar mu.”
Deri : “Baik, Bu!”
Sejak saat itu, Deri selalu menjaga kebersihan kamar nya
.
MALING
Suatu hari, di malam hari, di
perkampungan yang begitu sepi. Seseorangan yang mirip seperti maling sedang
mencari target untuk mencuri barang warga. Saat itu, dia sedang beruntungnya
menemukan rumah warga yang jendelanya tidak di tutup.
Maling : “Wah jendelanya terbuka
nih... beruntung dapat barang berharga”
Saat maling itu sedang masuk kedalam
rumah seseorang. Maling itu ingin mencuri TV (fasilitas di padepokan tas milik
saya yang berat). Tapi TV itu berada dekat dengan pemilik rumah yang sedang
tidur di kasur (fasilitas di padepokan tirai biru). Dengan nekadnya, Maling itu
mengambil TV itu secara diam-diam. Saat berhasil mengambil TV itu, pemilik
rumah bangun, dan si maling kaget.
Pemilik Rumah : “Huah.....
nyam,nyam,nyam (si maling kaget)”
Maling : (Segera berlari dengan
pelan-pelan)
Pemilik Rumah : (Berkata lemas)
“Hey..... kamu siapa ?”
Maling : “Kamu sendiri siapa ?”
Pemilik Rumah : (Berkata lemas)“Saya
pemilik rumah ini”
Maling : “Oh kalau begitu saya
maling”
Pemilik Rumah “ (Berkata lemas)
“Kamu disini mau ngapain ?”
Maling : “Saya mau ngambil TV ini”
Pemilik Rumah : (Berkata memelas)
“Oh silahkan, saya ingin tidur dulu”
Maling : “Oh, ya terima kasih”
(Berjalan lari)
Saat Pemilik Rumah itu kembali tidur
lagi, tiba – tiba ia sadar bahwa TV-nya telah Raib digondol maling. Pemilik
Rumah itu langsung mengejar maling itu dengan mengatakan kata MALING. Sementara
itu di Pos Ronda.
Penjaga Ronda : “Aduh ngapain ya,
cuma jaga pos sendirian, gak ada apa-apanya”
Maling berlari – lari dan melewati
Penjaga Ronda. Tetapi, maling itu tersandung batu (fasilitas di padepokan
pentungan) hingga jatuh. Dan berlari lagi. Lalu Pemilik Rumah itu menemui
Penjaga Ronda.
Penjaga Ronda : “Pak, kenapa anda
lari-lari ?!”
Pemilik Rumah : “Ada maling malingin
TV saya !!!”
Penjaga Ronda : “Orangnya seperti
apa ?”
Pemilik Rumah : “Dia menutupi
dirinya pakai sarung tapi dia memakai kacamata bulat tapi di salah satu
kacamatanya retak kaya ontohod”
Penjaga Ronda : “Oh ya udah ayo kita
kejar dia !!”
Sementara itu, si Maling sedang
berlari dan bersembunyi di semak kecil karena maling itu sedang ingin buang air
kecil. Tiba-tiba, Penjaga Ronda dan Pemilik Rumah menghampiri Maling itu.
Penjaga Ronda : (Sambil memukul bahu
maling)“Eh.. kamu lagi ngapain ?”
Maling : “Lagi Pipis”
Pemilik Rumah : “Hey !! ini kan TV
saya !!! Kau Maling !!!”
Penjaga Ronda : “Mendingan Hajar aja
nih maling selagi dia masih kencing, Tu Wa Ga !”
Maling tersebut di hajar massa.
Setelah di hajar, maling itu dibawa ke kantor polisi. Polisi sedang menyelidiki
maling itu dan, polisi itu menyuruhnya membuka sarung itu (Peran Polisi ialah
Pak Idris).
Penjaga Ronda : “Pak Polisi, Ini
maling yang telah mencuri TV pemilik rumah ini“
Pemilik Rumah : “Ya pak tolong
selidiki”
Polisi : “Saya periksa terlebih
dahulu” (Sambil memeriksa maling)
Polisi : “Coba anda buka sarung
maling ini”
Pemilik Rumah : (Membuka Sarung
maling)
Penjaga : (Kaget) “Loh, ini kan JONO
?! Banci Kaleng yang keliling di perkampungan kita ?!”
Itulah Akhit drama/teater ini.
Hasilnya adalah 8. Untuk kelompok lain ? Hasilnya sama juga, rata-rata
drama/teater. Kenapa, kebanyakan ada unsur humor / lawakan. Ya gitu lah....
hahahahahahahahahahahahahah :)
ANAK KUPER , NGGA SELALU BURUK
Ada satu genk di
salah satu sekolah swasta yang terletak dekat persawahan. Genk ini, tergolong
popular di sekolahnya. Bagaimana tidak? Anggotanya saja selalu mementingkan
gaya daripada pendidikannya. Dan jika sudah terlanjur menjadi anggota
genk itu, dilarang bermain dengan teman lain yang bukan bagian dari anggota
anggota. Diwaktu hari
masih pagi, Reny salah seorang anggota genk tersebut tiba-tiba datang dengan
wajah kesal.
Reny : “Aduhh. . . !! Tugas apa’an sih ini?
gila! Banyak benget! Mana susah lagi!
Eh Dita, lu udah belom tugas bahasa nya?”
(sambil menjatuhkan buku yang dibawanya)
Dita : “Ha? Tugas apa ren?
(Bingung)
Reny : “Aduh Dita...! Lola banget sih!
Ini nih, tugas bahasa yang kemarin! Emang lu nggak tau?”
Lalu Ratih dan Sandra menghampiri Reny yang sedang marah-marah.
Ratih : “Hey..hey..hey..
Ada apa sih rebut-ribut? Nyantai dong..
Sandra : “Nggak taut tuh...
Masih pagi tau! Jangan bikin ribut napah?
Reny : “Ini nih, ada tugas bahasa. Masalahnya gue nggak ngerti.
Apalagi harus dikumpulin sekarang. Ah..pusing!”.
Sandra : “Halah..nyante aja kali.
Tugas begini masa lu nggak bisa?”
Ratih : “Ih...masih pagi begini udah mikirin tugas.
Mending kita ke kantin deh, Yuk...!”
(Mengajak Reny dan Sandra ke kantin)
Saat berjalan menuju kantin, Sandra,Reny dan Ratih bertemu dengan Valencia yang nampaknya baru datang. Valencia adalah anak yang selalu menjadi ejekan karena dianggap cupu dan kuper. Padahal, Valencia adalah anak yang lebih mementingkan pendidikan daripada penampilan atau gaya.
Reny : “Eh, liat tuh.. siapa yang dateng?? Hahaha”.
Ratih dan Sandra : “Hahahaha...”(Ikut menertawakan Valencia)
Sandra : “Ah udah yuk ke kantin.!”
Sementara mereka ke kantin, Dita yang nampaknya masih bingung dengan tugas tersebut,menyempatkan diri untuk bertanya pada Valencia.
Dita : “Pagi Valen..! kamu tugas bahasanya sudah belum?”.
Valencia : “Sudah kok, Dita.”
Dita : “Ehm...boleh nanya nggak?”
Valencia : “Boleh kok..”
(sambil tersenyum)
Belum sepempat bertanya, Reny,Ratih dan Sandra datang. Mereka tidsk senang Dita mendekati anak cupu itu.
Ratih : “Eh , Dita!
Sandra : “Berani ya kamu deket-deket sama anak ini?”.
Reny : “Inget dit, anak ini cupu. Ih...!?”
Dita : “Yah, kan aku cuman mau tanya tugas ke Valen.
Kok kalian jadi marah-marah sih?”
Sandra : “Tugas yang mana sih say? Yang ini?
(sambil membaca buku yang di meja)
Dita : “Iya. Memang kamu bisa san?”
Sandra : “Ehmm..., kalau cuman begini ya gampang lah dit!”
Dita : “Kamu bisa?? Coba kamu baca halaman 5.”
Sandra : “Ehm..., ya gitu deh...
Ehm..., gimana ya? Gimana sih dit? hehe”.
(Bingung dan ragu-ragu)
Reny : “Yah, kirain lu bisa san!”
Ratih : Bodoh amat lah!
Yauda mending gue pindah duduk di belakang daripada sebangku sama penghianat!”
(Menyindir Dita)
Waktu pelajaran sudah berlalu. Hingga tiba jam istirahat.
Ratih : “San, ngga ada salahnya ya kalau kita temenan sama Valen.
Biarpun kuper, Valen itu pinter lho san!
Sandra : “Ih..., ogah ah gue temenan sama anak kuper.
Pinter mana sama gue?”
Reny : “Ih gila. Lu ngremehin banget.
Gak tau ah. Lama-lama lu nyebelin.
Mending gue temenan sama Valen ketimbang sama loe.”
(Berjalan mendekati Dita dan Valen yang sedang ngobrol)
Sandra : “Yaudah sana! Gue gak butuh temen kaya lo! Gak penting.”
Ratih : “San, kayaknya bener apa kata Reny.
Ya, kalau lu tetep kaya gini mending gue gabung sama mereka. Maaf , San.”
(Berjalan menyusul Reny)
Sandra : “Oke! Minggir sana Lo! Gue gak butuh kalian!”
Tiba saatnya hasil UAS dibagikan. Teman-teman Sandra nampak senang dengan nilai ulangan mereka yang memuaskan. Sementara Sandra, terlihat murung karena nilainya pas-pasan.
Reny : “Yey...nilai gue 9!”
Ratih : “Haha iya sama nilai gue juga sembilan!
Makasih Valen, berkat kamu ini Len!”
Dita : “Wah, iya Valen hebat. Lihat nih len, nilaimu paling tinggi!”
Valencia : “Aku ikut seneng deh kalau nilai kalian bagus.
Oya, kira-kira nilai Sandra berapa ya?”
Dita : “Iya ya.. Coba kita samperin yuk!”
(Berdiri sambil menengok kea rah Sandra)
Reny dann Ratih : “Iya yuk..”
Mereka datang menghampiri Sandra yang nampaknya sedang murung.
Dita : “Hey Sandra, pasti nilai kamu bagus deh.”
(tersenyum ramah)
Sandra : “Apa? Ngapain kalian kesini? Penting nggak sih?”
Valen : “Yah., kan kita cuman pengen tau nilaimu San.”
Ratih : “Iya Sandra, maksud kita kesini itu baik.
Kok kamu ngomongnya gitu sih?”
(kecewa)
Reny : “Sudahlah, percuma juga kita kesini.
Sandra sudah nggak butuh siapa-siapa disini.”
Yaudah yuk, kita ke kantin aja.
(kecewa)
Ratih : “Iya yuk.. Sudah laper nih!”
(melirik ke arah Sandra yang masih terlihat acuh)
Dita dan Valen : “Okelah..”
Akhirnya mereka ke kantin, karena kecewa dengan perkataan Sandra yang angkuh. Tapi baru berjalan dua langkah, Sandra memanggil mereka.
Sandra : “Tunggu..!!”
(menyesal)
Valen,Ratih,Dita,Reny : “Iya ada apa san?”
(menengok sambil menjawab bersahut-sahutan)
Sandra : “Ehm.. maaf ya?”
Dita : “Maaf kenapa Sandra?”
Sandra : “Ya,, pokonya maaf.”
(Menyesal)
Ratih : “Iya Sandra. Kita maafin kok kalau kamu sudah minta maaf.”
Reny : “Nggak papa kali San. tapi asal kamu tau, Valen nggak seburuk yang kita kira. B uktinya dia mau bantu kita belajar.”
Sandra : “Iya aku tau. Mungkin aku cuman sirik sama Valen.
Yah, aku sadar deh, tanpa kalian aku bukan apa-apa.
Maafin aku ya sahabat-sahabat ku. Kita masih sahabat kan
Valen, maafin aku ya?”
Valen : “Nggak papa kok Sandra. Lagipula aku juga nggak mau musuhin kamu”.
Ratih : “Iya Sandra, kita masih sahabat kok. Senyum dong?”
Sandra : “Wah, ternyata kalian masih mau temenan sama aku. Padahal aku sudah egois. Aku nyesel sudah musuhin Valen.”
Reny,Dita : “Iya Sandra, kita juga minta maaf ya? Soalnya kita sudah diemin kamu,San”
(bersahut-sahutan)
Sandra : “Makasih..kalian memang sahabatku.”
Ratih : “Iya Sandra, aku juga ya San.”
Valen : “Akhirnya..kita jadi temenan deh. Hehe”
Reny : “Sudah-sudah.. jadi ke kantin gak nih? Laper tau!”
(menggoda teman-temannya)
Ratih,Dita,Valen,Sandra :”Hahahaha..”
Akhirnya,mereka tidak memusuhi Valen lagi. Karena mereka menyadari bahwa pendidikan itu jauh lebih penting daripada terlalu banyak bergaya. Dan yang lebih penting, manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Kini mereka menjadi sahabat dan melupakan kesalahan-kesalahan yang tlah lalu.
Reny : “Aduhh. . . !! Tugas apa’an sih ini?
gila! Banyak benget! Mana susah lagi!
Eh Dita, lu udah belom tugas bahasa nya?”
(sambil menjatuhkan buku yang dibawanya)
Dita : “Ha? Tugas apa ren?
(Bingung)
Reny : “Aduh Dita...! Lola banget sih!
Ini nih, tugas bahasa yang kemarin! Emang lu nggak tau?”
Lalu Ratih dan Sandra menghampiri Reny yang sedang marah-marah.
Ratih : “Hey..hey..hey..
Ada apa sih rebut-ribut? Nyantai dong..
Sandra : “Nggak taut tuh...
Masih pagi tau! Jangan bikin ribut napah?
Reny : “Ini nih, ada tugas bahasa. Masalahnya gue nggak ngerti.
Apalagi harus dikumpulin sekarang. Ah..pusing!”.
Sandra : “Halah..nyante aja kali.
Tugas begini masa lu nggak bisa?”
Ratih : “Ih...masih pagi begini udah mikirin tugas.
Mending kita ke kantin deh, Yuk...!”
(Mengajak Reny dan Sandra ke kantin)
Saat berjalan menuju kantin, Sandra,Reny dan Ratih bertemu dengan Valencia yang nampaknya baru datang. Valencia adalah anak yang selalu menjadi ejekan karena dianggap cupu dan kuper. Padahal, Valencia adalah anak yang lebih mementingkan pendidikan daripada penampilan atau gaya.
Reny : “Eh, liat tuh.. siapa yang dateng?? Hahaha”.
Ratih dan Sandra : “Hahahaha...”(Ikut menertawakan Valencia)
Sandra : “Ah udah yuk ke kantin.!”
Sementara mereka ke kantin, Dita yang nampaknya masih bingung dengan tugas tersebut,menyempatkan diri untuk bertanya pada Valencia.
Dita : “Pagi Valen..! kamu tugas bahasanya sudah belum?”.
Valencia : “Sudah kok, Dita.”
Dita : “Ehm...boleh nanya nggak?”
Valencia : “Boleh kok..”
(sambil tersenyum)
Belum sepempat bertanya, Reny,Ratih dan Sandra datang. Mereka tidsk senang Dita mendekati anak cupu itu.
Ratih : “Eh , Dita!
Sandra : “Berani ya kamu deket-deket sama anak ini?”.
Reny : “Inget dit, anak ini cupu. Ih...!?”
Dita : “Yah, kan aku cuman mau tanya tugas ke Valen.
Kok kalian jadi marah-marah sih?”
Sandra : “Tugas yang mana sih say? Yang ini?
(sambil membaca buku yang di meja)
Dita : “Iya. Memang kamu bisa san?”
Sandra : “Ehmm..., kalau cuman begini ya gampang lah dit!”
Dita : “Kamu bisa?? Coba kamu baca halaman 5.”
Sandra : “Ehm..., ya gitu deh...
Ehm..., gimana ya? Gimana sih dit? hehe”.
(Bingung dan ragu-ragu)
Reny : “Yah, kirain lu bisa san!”
Ratih : Bodoh amat lah!
Yauda mending gue pindah duduk di belakang daripada sebangku sama penghianat!”
(Menyindir Dita)
Waktu pelajaran sudah berlalu. Hingga tiba jam istirahat.
Ratih : “San, ngga ada salahnya ya kalau kita temenan sama Valen.
Biarpun kuper, Valen itu pinter lho san!
Sandra : “Ih..., ogah ah gue temenan sama anak kuper.
Pinter mana sama gue?”
Reny : “Ih gila. Lu ngremehin banget.
Gak tau ah. Lama-lama lu nyebelin.
Mending gue temenan sama Valen ketimbang sama loe.”
(Berjalan mendekati Dita dan Valen yang sedang ngobrol)
Sandra : “Yaudah sana! Gue gak butuh temen kaya lo! Gak penting.”
Ratih : “San, kayaknya bener apa kata Reny.
Ya, kalau lu tetep kaya gini mending gue gabung sama mereka. Maaf , San.”
(Berjalan menyusul Reny)
Sandra : “Oke! Minggir sana Lo! Gue gak butuh kalian!”
Tiba saatnya hasil UAS dibagikan. Teman-teman Sandra nampak senang dengan nilai ulangan mereka yang memuaskan. Sementara Sandra, terlihat murung karena nilainya pas-pasan.
Reny : “Yey...nilai gue 9!”
Ratih : “Haha iya sama nilai gue juga sembilan!
Makasih Valen, berkat kamu ini Len!”
Dita : “Wah, iya Valen hebat. Lihat nih len, nilaimu paling tinggi!”
Valencia : “Aku ikut seneng deh kalau nilai kalian bagus.
Oya, kira-kira nilai Sandra berapa ya?”
Dita : “Iya ya.. Coba kita samperin yuk!”
(Berdiri sambil menengok kea rah Sandra)
Reny dann Ratih : “Iya yuk..”
Mereka datang menghampiri Sandra yang nampaknya sedang murung.
Dita : “Hey Sandra, pasti nilai kamu bagus deh.”
(tersenyum ramah)
Sandra : “Apa? Ngapain kalian kesini? Penting nggak sih?”
Valen : “Yah., kan kita cuman pengen tau nilaimu San.”
Ratih : “Iya Sandra, maksud kita kesini itu baik.
Kok kamu ngomongnya gitu sih?”
(kecewa)
Reny : “Sudahlah, percuma juga kita kesini.
Sandra sudah nggak butuh siapa-siapa disini.”
Yaudah yuk, kita ke kantin aja.
(kecewa)
Ratih : “Iya yuk.. Sudah laper nih!”
(melirik ke arah Sandra yang masih terlihat acuh)
Dita dan Valen : “Okelah..”
Akhirnya mereka ke kantin, karena kecewa dengan perkataan Sandra yang angkuh. Tapi baru berjalan dua langkah, Sandra memanggil mereka.
Sandra : “Tunggu..!!”
(menyesal)
Valen,Ratih,Dita,Reny : “Iya ada apa san?”
(menengok sambil menjawab bersahut-sahutan)
Sandra : “Ehm.. maaf ya?”
Dita : “Maaf kenapa Sandra?”
Sandra : “Ya,, pokonya maaf.”
(Menyesal)
Ratih : “Iya Sandra. Kita maafin kok kalau kamu sudah minta maaf.”
Reny : “Nggak papa kali San. tapi asal kamu tau, Valen nggak seburuk yang kita kira. B uktinya dia mau bantu kita belajar.”
Sandra : “Iya aku tau. Mungkin aku cuman sirik sama Valen.
Yah, aku sadar deh, tanpa kalian aku bukan apa-apa.
Maafin aku ya sahabat-sahabat ku. Kita masih sahabat kan
Valen, maafin aku ya?”
Valen : “Nggak papa kok Sandra. Lagipula aku juga nggak mau musuhin kamu”.
Ratih : “Iya Sandra, kita masih sahabat kok. Senyum dong?”
Sandra : “Wah, ternyata kalian masih mau temenan sama aku. Padahal aku sudah egois. Aku nyesel sudah musuhin Valen.”
Reny,Dita : “Iya Sandra, kita juga minta maaf ya? Soalnya kita sudah diemin kamu,San”
(bersahut-sahutan)
Sandra : “Makasih..kalian memang sahabatku.”
Ratih : “Iya Sandra, aku juga ya San.”
Valen : “Akhirnya..kita jadi temenan deh. Hehe”
Reny : “Sudah-sudah.. jadi ke kantin gak nih? Laper tau!”
(menggoda teman-temannya)
Ratih,Dita,Valen,Sandra :”Hahahaha..”
Akhirnya,mereka tidak memusuhi Valen lagi. Karena mereka menyadari bahwa pendidikan itu jauh lebih penting daripada terlalu banyak bergaya. Dan yang lebih penting, manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Kini mereka menjadi sahabat dan melupakan kesalahan-kesalahan yang tlah lalu.
No comments:
Post a Comment