Berikut di bawah ini adalah contoh PTK, mudah-mudahan bermanfaat !!
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Gambaran
mengenai masalah-masalah pendidikan tidak bisa hanya dianalisis secara ilmiah,
tetapi justru memerlukan analisis filosofis. Setiap manusia telah
diberikan potensi oleh Allah yang
bersifat lahiriah dan batiniah. Potensi lahiriah diantaranya adalah panca indra sedangkan
potensi batiniah yaitu potensi yang kita miliki untuk merasakan sesuatu yang
berhubungan dengan hati, seperti kita sedih, bahagia dan lain-lain.
Disamping
potensi-potensi tersebut, satu hal yang paling berharga yang membedakan manusia
dengan mahluk lainnya adalah kita diberikan akal, pikiran, sehingga manusia
menjadi mahluk yang paling sempurna, dari mahluk tuhan yang lainnya. Dengan
pikiran kita mampu membuat peradaban yang terus berkembang, mampu meningkatkan
IPTEK yang sedikit demi sedikit dapat membuka rahasiah alam.
Potensi di atas bila
dapat dimanfaatkan dengan baik akan menjadi modal yang sangat besar bagi kemajuan bangsa dan negara. Dalam
mengembangkan potensi-potensi tersebut ilmu pendidikan menemukan solusi filodofis, sehingga ditemukan konsep yang perspektif
. Hal ini ditemukan pada diri setiap
manusia terdapat fitrah. Adapun komponen dasar fitrah sebagai berikut ;
1
Dari komponen di atas
terlihat tanggung jawab seorang pendidik tidak dituntut untuk mencetak anak
didiknya menjadi orang ini dan itu, tapi cukup dengan menumbuhkan dan
mengambangkan potensi dasarnya serta kecenderungan-kecenderungannya terhadap
sesuatu yang diminati sesuai dengan kemampuan dan bakat yang tersedia. Pendidik
hanya mengarahkan dan memfokuskan untuk menghilangkan serta mengganti
setidaknya mengurangi elemen-elemen yang dianggap buruk. Karena fitrah
merupakan potensi dasar anak yang dapat menghantarkan pada tumbuhnya daya
kreativitas dan produktivitas, serta komitmen terhadap nilai Ilahi dan insani.
Konsep fitrah memiliki tuntutan agar
pendidikan diarahkan untuk bertumpu
pada perkembangan pedagogic anak.
Implementasi dalam kelas melalui
pelajaran Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial / Sejarah, kegiatan pokoknya
adalah melakukan perbaikan pembelajaran dalam kelas. Perbaikan pembelajaran
dilakukan dua siklus untuk mata pelajaran
IPS / Sejarah, dengan fokus perbaikan “Membiasakan Berprilaku Yang
Bertanggung jawab dan Terpuji, mencintai tanah airnya dengan menghargai dan
mengaplikasikan jasa para pahlawannya dalam kehidupan sehari-hari”.
B.
Tujuan
Tujuan
melaksankannya proses perbaikan pembelajaran ini agar siswa dapat membiasakan
berperilaku terpuji, serta diharapkan dapat mengimplementasikannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Melalui
proses perbaikan pembelajaran ini, guru menemukan kekurangan-kekurangan selama
proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena bantuan dari observasi,
langkah-langkah yang dilakukan pada proses pembelajaran diperbaiki pada proses
perbaikan pembelajaran berikutnya. Dengan demikian guru selalu merefleksi diri untuk meningkatkan kinerjanya
melalui proses perbaikan pembelajaran yang terus menerus.
Diharapkan
dengan tertuangkannya kajian ini dapat dijadikan bahan renungan/pendidik yang
peduli akan masalah pendidikan, guru yang berhasil tidak akan merasa puas dengan apa yang
dilakukannya sehingga akan selalu terus mencari dan menciptakan ide baru untuk kemajuan anak didiknya.
C. Proses
Penulisan
Kajian
ini ditulis berdasarkan perencanaan, pelaksanaan observasi dan diskusi dengan
teman sejawat, dan supervisor. Perencanaan yang bersifat
2
khusus
seperti rencana pembelajaran dicantumkan
pada bagian lampiran dari laporan ini.
Proses perencanaan yang bersifat umum dimulai dari menentukan tempat,
menentukan jadwal dan menentukan obsever serta mempersiapkan renpel.
Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan jadwal dan rencana. Dalam langkah
observasi, pengamatan dilakukan oleh teman sejawat. Yang telah memahami PTK.
Diskusi dilaksanakan dengan teman sejawat, sepervisor dan rekan kerja.
Penulisan
kajian ini dimulai dari pemaparan masalah untuk mata pelajaran Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial / Sejarah.
D. Cakupan
Materi
Materi
pada penulisan laporan ini mencakup BAB I Pendahuluan, BAB II Perencanaan
Pelaksanaan, dan Hasil temuan Perbaikan Pembelajaran, BAB III Berisikan
Kesimpulan dan tindak lanjut. Pada bagian terakhir dicantumkan
lampiran-lampiran.
Bab
I berisikan latar belakang penulisan, tujuan penulisan, proses penulisan dan
cakupan materi. BAB II memaparkan perencanaan perbaikan, dilanjutkan pada
pelaksanaan sampai pada temuan dan hasil akhir penelitian. Pada BAB III
berisikan kesimpulan yang diperoleh
serta saran yang perlu diperhatikan dalam menghadapi permasalahan ini, dan
bagaimana tindak lanjutnya.
Perlu
diketahui juga bahwa kajian ini memaparkan perbaikan dari segi proses aplikasi
hasil pembelajaran tentang kompetensi
Personal ( kepribadian ), bukan dari
segi materi atau isi kurikulum yang mengacu pada Standar Kompetensi
Lulusan, Standar Isi, dan KKM yang harus ditunjang dengan konsekwensi
Standar Sarana dan Pra Sarana yang memadai sebagaimana dituangkan dalam
Perturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 untuk meningkatkan kualitas mutu
pendidikan pada Standar Nasional Pendidikan.
3
BAB
II
PERENCANAAN,
PELAKSANAAN, DAN HASIL
PERBAIKAN
PEMBELAJARAN
A. Mata
Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
1. Perencanaan
Perbaikan Pembelajaran
a. Identifikasi
masalah
Setelah
proses pembelajaran selesai, nilai yang diperoleh siswa cukup memuaskan. Tetapi
sebagai guru merasakan tidak puas karena
ketika kegiatan pembelajaran berlangsung, anak kurang aktif dalam melakukan
percobaan menyikapi masalah baik dilihat dari aktivitas maupun kreativitasnya
dalam belajar. Dari sekitar 23 anak, hanya 6 orang yang kelihatan aktif. Jadi
hanya sekitar 26,08% yang kelihatan
aktif dan menunjukkan pribadi dan kepribadian yang dewasa dalam belajar,
bersikap, bertutur kata serta bertindak . Hal ini menjadi tanda tanya bagi
guru, faktor apa yang menyebabkan anak
itu tidak aktif.
b. Analisis
dan perumusan masalah.
Banyak
faktor penyebab anak tidak mau aktif
dalam proses pembelajran. Anak tidak aktif dalam melakukan percobaan dan diskusi
bisa disebabkan berasal dari diri siswa
sendiri (intern), dapat pula disebabkan oleh factor dari luar diri siswa atau
lingkungan (ekstern).
Factor
yang berasal dari diri anak misalnya : intelegensi, minat, dan sikap anak.
Factor yang berasal dari luar anak misalnya : factor guru, lingkungan belajar,
sarana dan parasarana dan hal-hal lain yang mendukungnya.
Dari
hasil analisis di atas, saya mengambil kesimpulan kemungkinan penyebabnya
adalah guru kurang melibatkan anak tersebut dalam proses pembelajran. Oleh
karena itu dalam proses perbaikan pembelajaran ini, mengangkat permasalahan
bagaimana upaya guru dalam melibatkan anak untuk melakukan percobaan dan
diskusi, sehingga anak dapat terlibat secara maksimal.
4
c. Rencana
perbaikan
Menurut
teori konstruktivisme mengatakan bahwa pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan
secara utuh dari pikiran guru ke siswa , namun secara aktif membangun siswa
sendiri melalui pengalaman nyata. Senada dengan pernyataan ini peneliti
pendidikan sains mengungkapkan bahwa belajar sain merupakan proses konstruktif
yang menghendaki partisipasi aktif dari siswa ( Piaget ).
Berdasarkan
hasil diskusi dengan teman sejawat dan reperensi di atas maka diadakanlah rencana perbaikan pebelajaran dengan penekanan keterlibatan anak secara
penuh dalam proses kegiatan inti.. Dalam kegiatan inti ini, siswa yang tidak
aktif dalam proses pembelajaran, diberi peluang/kesempatan untuk aktif
memecahkan masalah ( problem solving ) serta mengemukakan pendapatnya secara
aktif dan kreatif ( Active Leaning II, Marlis, Belanda, Ilene Spink,Inggris,
1999 ).
Langkah utama
yang dilakukan guru pada siklus pertama ini antar lain :
1) Guru
menyiapkan materi untuk diskusi.
2) Guru
menjelaskan langkah-langkah kegiatan
dalam melakukan diskusi dan demontrasi
3) Guru
menyiapkan rew word ( hadiah ) bagi yang aktif dan kreatif
4) Siswa
berkumpul dalam kelompoknya masing-masing
5) Tiap
siswa melakukan demontrasi percoban di kelompoknya masing-masing untuk
memberikan contoh berperilaku terpuji.
6) Siswa
berdiskusi dan mencatat kesimpulan dan hasil, dari diskusinya salah satu
kelompok melaporkan hasilnya dan kelompok lain menanggapinya.
Pada
sisklus kedua, rencana perbaikan yang dilakukan hampir sama dengan siklus ke
satu, dengan tambahan memadukan dari pengamatan antara lain :
1) Kelompok
yang mendapat kesulitan diberi bimbingan.
2) Dengan
bimbingan guru kelompok yang kurang aktif, diberi kesempatan untuk memimpin
diskusi kelas.
5
d. Pelaksanaan
Perbaikan Pembelajaran
e. Tempat
dan waktu pelaksanaan.
1) Tempat : Di kelas V SDN
Talagasari III Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut
2) Waktu :
a)
Proses pembelajaran pertama hari Kamis, 6 Maret 2008.
b)
Siklus
pertama hari Senin, 10 Maret 2008
c.) Siklus ke dua hari Sabtu, 15 Maret 2008
f.
Prosedur Pelaksanaan
1) Prosedur
Umum
Rencana
perbaikan dibuat 2 siklus, membuat lembar obsevasi dan menentukan observasi,
pelaksanaan di kelas, serta evaluasi kegiatan dengan rekan kerja, teman
sejawat, dan supervisor.
2) Prosedur
khusus
Perbaikan
pembelajaran dilakukan, ketika kegiatan inti pada proses pembelajaran
berlangsung.
Pada siklus
pertama pelaksanaan perbaikan sesuai perencanaan. Sehari sebelumnya, guru
menugaskan semua anak untuk menghapal materi diskusi. Ketika proses
pembelajaran berlangsung, siswa mempersiapkan kelompoknya untuk berdiskusi, kemudian
mendiskusikannya. Dengan demikian anak terlihat aktif, baik ketika melakukan
diskusi kelompok. Hal ini diakui juga oleh observer ada peningkatan keaktifan
sampai 80%, atau sekitar 18 siswa yang kelihatan aktif dari jumlah siswa yang
hadir 21 anak. Tapi perlu diperhatikan kelompok yang kurang aktif dan mendapat
kesulitan, perlu mendapat bimbingan dan diberi kesempatan. Masukan ini
dijadikan landasan perbaikan pada siklus beikutnya.
Pada siklus
perbaikan ke dua, masukan dari obsever ditampilkan pada kegiatan inti dalam
proses perbaikan. Kelompok siswa yang mendapat kesulitan dan kelihatan kurang
aktif diberi bimbingan dan dorongan. Hasil pada siklus kedua ini cukup
memuaskan sehingga siklus berikutnya tidak dilakukan.
6
Keaktipan ini
dapat dilihat dari hasil pengamatan, yang menunjukan jumlah anak sekitar 19
anak dari 23 siswa yang hadir. Berarti prosentasenya meningkat.
g.
Hal-hal yang unik
Antara proses
dan hasil agak bertolak belakang, karena hasil nilai siswa cukup memuaskan
padahal keaktipan yang terlihat ketika proses pembelajaran justru tidak
memuaskan, karena belum dibarengi dengan kreatvitasnya, misalnya; membuat
laporan dengan segera, menulis catatan pribadinya dan sebagainya.
2.
Hasil yang Diperoleh
Dari
usaha guru untuk melakukan perubahan dalam proses belajar ini ada pengaruhnya.
bahkan berdasarkan pengamatan sangat mengagumkan, karena tingkat perubahannya cukup besar. Hal ini logis sebab
ketika guru yang demo, yang banyak aktif adalah guru. Tetapi ketika anak diberi
kesempatan yang luas, bahkan anak diberi keleluasaan untuk memilih alat atau
benda kemudian mengujinya sendiri, membuat semua anak aktif.
Berikut
ini Tabel 2.1.1 Perubahan Keaktipan anak Sebelum dan Sesudah Perbaikan.
keadaan
|
Banyak
Siswa
yang
Hadir
|
Banyak
Siswa yang Aktif
|
Prosentase
|
|
Sebelum
Perbakain
|
23
siswa
|
6
orang
|
26,08%
|
|
Sesudah
Perbaikan
|
Siklus
I
|
21
siswa
|
18
orang
|
80,00%
|
Siklus
II
|
23
siswa
|
19
orang
|
82,60%
|
Berdasarkan
tabel di atas, dapat dibaca sebagai beikut :
a. Ketika
keadaan sebelum diskusi dengan jumlah siswa 23 orang, banyak anak yang aktif
mengemukakan pendapatnya dan berdiskusi hanya sekitar 6 orang. Sehingga kalau
diprosentasekan ke aktipan kelas hanya 26,08%. Hal ini yang merupakan titik
awal persoalan, guru
merasa tidak puas, kemudian berdasarkan diskusi dengan teman sejawat dan
hasil membaca reperensi maka diadakan perbaikan pembelajaran.
7
b. Setelah
melakukan perbaikan, yaitu pada siklus ke I, ada perubahan aktipitas anak yang
cukup tinggi. Hal ini logis karena anak
diberi kesempatan luas. Pada perbaikan
siklus satu ini anak sangat aktif karena masing-masing ingin mengemukakan
pendapatnya. Diskusi kelompok pun menjadi lebih hidup, anak saling berargumen
hasil dari pelajaran Aqidah Akhlak tentang perilaku terpuji. keaktipan anak
mencapai 80 persen. Anak yang aktif berdasarkan pengamatan obsever ada 16 orang
dari 23 anak yang hadir.
c. Pada
perbaikan di siklus berikutnya, jumlah anak yang aktif hampir sama dengan
siklus ke dua. Dengan melakukan perbaikan, yaitu guru membimbing kelompok anak
yang mendapatkan kesulitan dan memberikan tugas kepada kelompok yang kurang
aktif, maka prosentasi keaktipan menjadi 82,60%. jumlah anak yang aktif berdasarkan
pengamatan sekitar 16 orang dari jumlah siswa yang hadir 23 orang.
Dengan adanya
proses perbaikan dalam pembelajaran, jelas telah ada perubahan kearah
peningkatan. Siswa yang tadinya tidak aktif menjadi aktif bahkan ada
peningkatan yang cukup memuaskan.
8
pada diagram
batang di atas jumlah aktipatas anak dapat dilihat dati tinggi batang hanya pada posisi di bawah 30%.
Sedangkan pada siklus ke I tinggi batang menunjukkan posisi 80%, dan pada
siklus ke II tinggi batang mencapai diatas 82,60%.
Berdasarkan
temuan di atas, adanya ketidak aktipan anak dalam proses pembelajaran dapat
dimodipikasi lagi dengan berbagai cara. antara lain. Guru memberikan kesempatan
yang seluas-luasnya kepada anak untuk
menggali potensi diri mencari contoh serta bahan sendiri . Dan pada akhirnya
anak mampu mencari bebrapa contoh
pemecahan masalah Ilmu Pengetahuan Sosial / Sejarah
Aktipitas di
atas sangat sesuai dengan model-model pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial /
Sejarah. Model pembelajaran kontruktivisme mengatakan bahwa pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan
secara utuh dari pikiran guru ke siswa namun secara aktif dibangun oleh siswa
sendiri melalui pengalaman nyata dimana anak menyusun dan memecahkan masalahnya
sendiri.
9
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari
hasil Rencana Perbaikan Pembelajaran untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial / Sejarah ada 2 siklus dan dapat
ditarik beberapa kesimpulan antara lain :
1.
Dengan melibatkan siswa secara
penuh, untuk melakukan diskusi.
2.
Upaya dan ihtiar guru untuk mengajak
dan melibatkan anak yang kurang aktif , dapat termotivasi menjadi aktif.
3.
Proses pembelajaran yang berakar
dari keaktipan anak dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan
kondusif.
4.
Wawasan pengalaman siswa lebih luas
dan tidak cepat lupa, karena melakukannya sendiri.
B. Saran
dan Tindak Lanjut.
Beberapa
saran yang harus diperhatikan dan ditindak lanjuti dari hasil temuan tersebut
antara lain :
1.
Dalam melaksankan pembelajaran di
kelas, guru bukan hanya sekedar melaksanakan tugas, tetapi harus diikuti dengan
senang membantu anak didik. Dengan demikian guru tidak akan merasa terbebani.
2.
Guru harus selalu berusaha mencari
jalan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dengan kajian
kelemahan-kelemahan apa saja yang ada ketika proses pembelajaran berlangsung.
3.
Guru harus memiliki kesabaran yang
tinggi tidak cukup menyerah dan putus asa serta harus terus-menerus berusaha
mencari jalan pemecahannya, sehingga proses pembelajaran yang diharapkan dapat
terwujud.
4.
Mempunyai keyakinan yang penuh bahwa
setiap permasalahan yang ada, pasti ada jalan keluarnya sepanjang kita mau
berusaha.
5.
Sesekali guru memberikan motivasi
melalui media Rew Woord berupa apa saja yang dapat merangsang minat siswa.
10
DAFTAR
PUSTAKA
Wardani, I.
G. A. K, Wihardit. K, dan Noehi Nasoetion (2002). Penelitian Tindakan
Kelas, Jakarta Universitas Terbuka.
Wardani,
I. G. A. K, Julaeha S, Marsinah, Ng. (2004)
Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta Universitas terbuka.
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjen Dikdasmen (1999). Petunjuk Pelaksanaan
Kegiatan Belajar Mengajar. Jakarta
Marlis
( Belanda ) dan Ilain Spink ( Inggris ) Loka Karya Active Learning II Kanwil
Departemen Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Puskur Pusat, dan British Council
Inggris, September 1999.
No comments:
Post a Comment