Sunday 15 July 2018

PTK mengembangkan kompetensi personal (kepribadian)

  Unknown       Sunday 15 July 2018

Berikut di bawah ini adalah contoh PTK,  mudah-mudahan bermanfaat !!


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Gambaran mengenai masalah-masalah pendidikan tidak bisa hanya dianalisis secara ilmiah, tetapi justru memerlukan analisis filosofis. Setiap manusia telah diberikan  potensi oleh Allah yang bersifat lahiriah dan batiniah. Potensi lahiriah  diantaranya adalah panca indra sedangkan potensi batiniah yaitu potensi yang kita miliki untuk merasakan sesuatu yang berhubungan dengan hati, seperti kita sedih, bahagia dan lain-lain.
Disamping potensi-potensi tersebut, satu hal yang paling berharga yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya adalah kita diberikan akal, pikiran, sehingga manusia menjadi mahluk yang paling sempurna, dari mahluk tuhan yang lainnya. Dengan pikiran kita mampu membuat peradaban yang terus berkembang, mampu meningkatkan IPTEK yang sedikit demi sedikit dapat membuka rahasiah alam.
Potensi di atas bila dapat dimanfaatkan dengan baik akan menjadi modal yang sangat besar bagi   kemajuan bangsa dan negara. Dalam mengembangkan potensi-potensi tersebut ilmu pendidikan  menemukan solusi filodofis,  sehingga ditemukan konsep yang perspektif .   Hal ini ditemukan pada diri setiap manusia terdapat fitrah. Adapun komponen dasar fitrah sebagai berikut ;











                                                                                                                                                  1
                    Dari komponen di atas terlihat tanggung jawab seorang pendidik tidak dituntut untuk mencetak anak didiknya menjadi orang ini dan itu, tapi cukup dengan menumbuhkan dan mengambangkan potensi dasarnya serta kecenderungan-kecenderungannya terhadap sesuatu yang diminati sesuai dengan kemampuan dan bakat yang tersedia. Pendidik hanya mengarahkan dan memfokuskan untuk menghilangkan serta mengganti setidaknya mengurangi elemen-elemen yang dianggap buruk. Karena fitrah merupakan potensi dasar anak yang dapat menghantarkan pada tumbuhnya daya kreativitas dan produktivitas, serta komitmen terhadap nilai Ilahi dan insani. Konsep fitrah   memiliki tuntutan agar pendidikan   diarahkan untuk bertumpu pada perkembangan pedagogic anak.
Implementasi dalam kelas melalui pelajaran Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial / Sejarah, kegiatan pokoknya adalah melakukan perbaikan pembelajaran dalam kelas. Perbaikan pembelajaran dilakukan dua siklus untuk mata pelajaran  IPS / Sejarah, dengan fokus perbaikan “Membiasakan Berprilaku Yang Bertanggung jawab dan Terpuji, mencintai tanah airnya dengan menghargai dan mengaplikasikan jasa para pahlawannya dalam kehidupan sehari-hari”.

B.     Tujuan

Tujuan melaksankannya proses perbaikan pembelajaran ini agar siswa dapat membiasakan berperilaku terpuji, serta diharapkan dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui proses perbaikan pembelajaran ini, guru menemukan kekurangan-kekurangan selama proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena bantuan dari observasi, langkah-langkah yang dilakukan pada proses pembelajaran diperbaiki pada proses perbaikan pembelajaran berikutnya. Dengan demikian guru selalu  merefleksi diri untuk meningkatkan kinerjanya melalui proses perbaikan pembelajaran yang terus menerus.
Diharapkan dengan tertuangkannya kajian ini dapat dijadikan bahan renungan/pendidik yang peduli akan masalah pendidikan, guru yang berhasil  tidak akan merasa puas dengan apa yang dilakukannya sehingga akan selalu terus mencari dan menciptakan  ide baru untuk kemajuan anak didiknya.

C.    Proses Penulisan
Kajian ini ditulis berdasarkan perencanaan, pelaksanaan observasi dan diskusi dengan teman sejawat, dan supervisor. Perencanaan yang bersifat
                                                                                                                                              
                                                                                                                                                  2
khusus seperti rencana  pembelajaran dicantumkan pada  bagian lampiran dari laporan ini. Proses perencanaan yang bersifat umum dimulai dari menentukan tempat, menentukan jadwal dan menentukan obsever serta mempersiapkan renpel. Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan jadwal dan rencana. Dalam langkah observasi, pengamatan dilakukan oleh teman sejawat. Yang telah memahami PTK. Diskusi dilaksanakan dengan teman sejawat, sepervisor  dan rekan kerja.
Penulisan kajian ini dimulai dari pemaparan masalah untuk mata pelajaran Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial / Sejarah.

D.    Cakupan Materi
Materi pada penulisan laporan ini mencakup BAB I Pendahuluan, BAB II Perencanaan Pelaksanaan, dan Hasil temuan Perbaikan Pembelajaran, BAB III Berisikan Kesimpulan dan tindak lanjut. Pada bagian terakhir dicantumkan lampiran-lampiran.

Bab I berisikan latar belakang penulisan, tujuan penulisan, proses penulisan dan cakupan materi. BAB II memaparkan perencanaan perbaikan, dilanjutkan pada pelaksanaan sampai pada temuan dan hasil akhir penelitian. Pada BAB III berisikan kesimpulan  yang diperoleh serta saran yang perlu diperhatikan dalam menghadapi permasalahan ini, dan bagaimana tindak lanjutnya.
Perlu diketahui juga bahwa kajian ini memaparkan perbaikan dari segi proses aplikasi hasil pembelajaran tentang  kompetensi Personal ( kepribadian ), bukan  dari segi materi atau isi kurikulum yang mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, dan KKM yang harus ditunjang dengan konsekwensi Standar Sarana dan Pra Sarana yang memadai sebagaimana dituangkan dalam Perturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan pada Standar Nasional Pendidikan.





                                                                                                                                                 3
BAB II
PERENCANAAN, PELAKSANAAN, DAN HASIL
PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A.    Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
1.      Perencanaan Perbaikan Pembelajaran
a.      Identifikasi masalah
Setelah proses pembelajaran selesai, nilai yang diperoleh siswa cukup memuaskan. Tetapi sebagai guru  merasakan tidak puas karena ketika kegiatan pembelajaran berlangsung, anak kurang aktif dalam melakukan percobaan menyikapi masalah baik dilihat dari aktivitas maupun kreativitasnya dalam belajar. Dari sekitar 23 anak, hanya             6 orang yang kelihatan aktif. Jadi hanya sekitar 26,08%  yang kelihatan aktif dan menunjukkan pribadi dan kepribadian yang dewasa dalam belajar, bersikap, bertutur kata serta bertindak . Hal ini menjadi tanda tanya bagi guru, faktor   apa yang menyebabkan anak itu tidak aktif.

b.      Analisis dan perumusan masalah.
Banyak faktor penyebab anak  tidak mau aktif dalam proses pembelajran. Anak tidak aktif dalam melakukan percobaan dan diskusi bisa disebabkan berasal dari  diri siswa sendiri (intern), dapat pula disebabkan oleh factor dari luar diri siswa atau lingkungan (ekstern).
Factor yang berasal dari diri anak misalnya : intelegensi, minat, dan sikap anak. Factor yang berasal dari luar anak misalnya : factor guru, lingkungan belajar, sarana dan parasarana dan hal-hal lain yang mendukungnya.
Dari hasil analisis di atas, saya mengambil kesimpulan kemungkinan penyebabnya adalah guru kurang melibatkan anak tersebut dalam proses pembelajran. Oleh karena itu dalam proses perbaikan pembelajaran ini, mengangkat permasalahan bagaimana upaya guru dalam melibatkan anak untuk melakukan percobaan dan diskusi, sehingga anak dapat terlibat secara maksimal.

                                                                                                                    4
c.       Rencana perbaikan
Menurut teori konstruktivisme mengatakan bahwa pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa , namun secara aktif membangun siswa sendiri melalui pengalaman nyata. Senada dengan pernyataan ini peneliti pendidikan sains mengungkapkan bahwa belajar sain merupakan proses konstruktif yang menghendaki partisipasi aktif dari siswa ( Piaget ).
Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat dan reperensi  di atas maka diadakanlah  rencana perbaikan pebelajaran  dengan penekanan keterlibatan anak secara penuh dalam proses kegiatan inti.. Dalam kegiatan inti ini, siswa yang tidak aktif dalam proses pembelajaran, diberi peluang/kesempatan untuk aktif memecahkan masalah ( problem solving ) serta mengemukakan pendapatnya secara aktif dan kreatif ( Active Leaning II, Marlis, Belanda, Ilene Spink,Inggris, 1999 ).
Langkah utama yang dilakukan guru pada siklus pertama ini antar lain :
1)      Guru menyiapkan materi untuk diskusi.
2)      Guru menjelaskan langkah-langkah  kegiatan dalam melakukan diskusi dan demontrasi
3)      Guru menyiapkan rew word ( hadiah ) bagi yang aktif dan kreatif
4)      Siswa berkumpul dalam kelompoknya masing-masing
5)      Tiap siswa melakukan demontrasi percoban di kelompoknya masing-masing untuk memberikan contoh berperilaku terpuji.
6)      Siswa berdiskusi dan mencatat kesimpulan dan hasil, dari diskusinya salah satu kelompok melaporkan hasilnya dan kelompok lain menanggapinya.
Pada sisklus kedua, rencana perbaikan yang dilakukan hampir sama dengan siklus ke satu, dengan tambahan memadukan dari pengamatan antara lain :
1)      Kelompok yang mendapat kesulitan diberi bimbingan.
2)      Dengan bimbingan guru kelompok yang kurang aktif, diberi kesempatan untuk memimpin diskusi kelas.


  5
d.     Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran

e.      Tempat dan waktu pelaksanaan.
1) Tempat            :     Di kelas V SDN Talagasari III Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut
2) Waktu              :
                              a) Proses pembelajaran pertama hari Kamis, 6 Maret 2008.
                              b)   Siklus   pertama hari Senin, 10 Maret 2008
                              c.)  Siklus ke dua hari Sabtu, 15 Maret 2008
f.        Prosedur Pelaksanaan
1)      Prosedur Umum
Rencana perbaikan dibuat 2 siklus, membuat lembar obsevasi dan menentukan observasi, pelaksanaan di kelas, serta evaluasi kegiatan dengan rekan kerja, teman sejawat, dan supervisor.

2)      Prosedur khusus
Perbaikan pembelajaran dilakukan, ketika kegiatan inti pada proses pembelajaran berlangsung.

Pada siklus pertama pelaksanaan perbaikan sesuai perencanaan. Sehari sebelumnya, guru menugaskan semua anak untuk menghapal materi diskusi. Ketika proses pembelajaran berlangsung, siswa mempersiapkan kelompoknya untuk berdiskusi, kemudian mendiskusikannya. Dengan demikian anak terlihat aktif, baik ketika melakukan diskusi kelompok. Hal ini diakui juga oleh observer ada peningkatan keaktifan sampai 80%, atau sekitar 18 siswa yang kelihatan aktif dari jumlah siswa yang hadir 21 anak. Tapi perlu diperhatikan kelompok yang kurang aktif dan mendapat kesulitan, perlu mendapat bimbingan dan diberi kesempatan. Masukan ini dijadikan landasan perbaikan pada siklus beikutnya.
Pada siklus perbaikan ke dua, masukan dari obsever ditampilkan pada kegiatan inti dalam proses perbaikan. Kelompok siswa yang mendapat kesulitan dan kelihatan kurang aktif diberi bimbingan dan dorongan. Hasil pada siklus kedua ini cukup memuaskan sehingga siklus berikutnya tidak dilakukan.
                                                                                                                                6
Keaktipan ini dapat dilihat dari hasil pengamatan, yang menunjukan jumlah anak sekitar 19 anak dari 23 siswa yang hadir. Berarti prosentasenya meningkat.          

g.            Hal-hal yang unik
Antara proses dan hasil agak bertolak belakang, karena hasil nilai siswa cukup memuaskan padahal keaktipan yang terlihat ketika proses pembelajaran justru tidak memuaskan, karena belum dibarengi dengan kreatvitasnya, misalnya; membuat laporan dengan segera, menulis catatan pribadinya dan sebagainya.

2.            Hasil yang Diperoleh
Dari usaha guru untuk melakukan perubahan dalam proses belajar ini ada pengaruhnya. bahkan berdasarkan pengamatan sangat mengagumkan, karena tingkat  perubahannya cukup besar. Hal ini logis sebab ketika guru yang demo, yang banyak aktif adalah guru. Tetapi ketika anak diberi kesempatan yang luas, bahkan anak diberi keleluasaan untuk memilih alat atau benda kemudian mengujinya sendiri, membuat semua anak aktif.
Berikut ini Tabel 2.1.1 Perubahan Keaktipan anak Sebelum dan Sesudah Perbaikan.
keadaan

Banyak Siswa
yang Hadir
Banyak Siswa yang Aktif
Prosentase

Sebelum Perbakain

23 siswa
6 orang
26,08%
Sesudah
Perbaikan

Siklus I
21 siswa
18 orang
80,00%

Siklus II
23 siswa
19 orang
82,60%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dibaca sebagai beikut :
a.      Ketika keadaan sebelum diskusi dengan jumlah siswa 23 orang, banyak anak yang aktif mengemukakan pendapatnya dan berdiskusi hanya sekitar 6 orang. Sehingga kalau diprosentasekan ke aktipan kelas hanya 26,08%. Hal ini yang merupakan titik awal  persoalan,  guru  merasa tidak puas, kemudian berdasarkan diskusi dengan teman sejawat dan hasil membaca reperensi maka diadakan perbaikan pembelajaran.

  7
b.      Setelah melakukan perbaikan, yaitu pada siklus ke I, ada perubahan aktipitas anak yang cukup tinggi. Hal ini  logis karena anak diberi kesempatan  luas. Pada perbaikan siklus satu ini anak sangat aktif karena masing-masing ingin mengemukakan pendapatnya. Diskusi kelompok pun menjadi lebih hidup, anak saling berargumen hasil dari pelajaran Aqidah Akhlak tentang perilaku terpuji. keaktipan anak mencapai 80 persen. Anak yang aktif berdasarkan pengamatan obsever ada 16 orang dari 23 anak yang hadir.
c.       Pada perbaikan di siklus berikutnya, jumlah anak yang aktif hampir sama dengan siklus ke dua. Dengan melakukan perbaikan, yaitu guru membimbing kelompok anak yang mendapatkan kesulitan dan memberikan tugas kepada kelompok yang kurang aktif, maka prosentasi keaktipan menjadi 82,60%. jumlah anak yang aktif berdasarkan pengamatan sekitar 16 orang dari jumlah siswa yang hadir 23 orang.
Dengan adanya proses perbaikan dalam pembelajaran, jelas telah ada perubahan kearah peningkatan. Siswa yang tadinya tidak aktif menjadi aktif bahkan ada peningkatan yang cukup memuaskan.
  














                                                                                                                                      8
pada diagram batang di atas jumlah aktipatas anak dapat dilihat dati tinggi  batang hanya pada posisi di bawah 30%. Sedangkan pada siklus ke I tinggi batang menunjukkan posisi 80%, dan pada siklus ke II tinggi batang mencapai diatas 82,60%.
Berdasarkan temuan di atas, adanya ketidak aktipan anak dalam proses pembelajaran dapat dimodipikasi lagi dengan berbagai cara. antara lain. Guru memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak   untuk menggali potensi diri mencari contoh serta bahan sendiri . Dan pada akhirnya anak mampu mencari bebrapa contoh  pemecahan masalah Ilmu Pengetahuan Sosial / Sejarah
Aktipitas di atas sangat sesuai dengan model-model pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial / Sejarah. Model pembelajaran kontruktivisme mengatakan bahwa  pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa namun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman nyata dimana anak menyusun dan memecahkan masalahnya sendiri.




















                                                                                                                                                 9
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN


A.      Kesimpulan
Dari hasil Rencana Perbaikan Pembelajaran untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial / Sejarah ada 2 siklus dan  dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain :
1.         Dengan melibatkan siswa secara penuh, untuk melakukan diskusi.
2.         Upaya dan ihtiar guru untuk mengajak dan melibatkan anak yang kurang aktif , dapat termotivasi menjadi aktif.
3.         Proses pembelajaran yang berakar dari keaktipan anak dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan kondusif.
4.         Wawasan pengalaman siswa lebih luas dan tidak cepat lupa, karena melakukannya sendiri.

B.       Saran dan Tindak Lanjut.
Beberapa saran yang harus diperhatikan dan ditindak lanjuti dari hasil temuan tersebut antara lain :
1.         Dalam melaksankan pembelajaran di kelas, guru bukan hanya sekedar melaksanakan tugas, tetapi harus diikuti dengan senang membantu anak didik. Dengan demikian guru tidak akan merasa terbebani.
2.         Guru harus selalu berusaha mencari jalan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dengan kajian kelemahan-kelemahan apa saja yang ada ketika proses pembelajaran berlangsung.
3.         Guru harus memiliki kesabaran yang tinggi tidak cukup menyerah dan putus asa serta harus terus-menerus berusaha mencari jalan pemecahannya, sehingga proses pembelajaran yang diharapkan dapat terwujud.
4.         Mempunyai keyakinan yang penuh bahwa setiap permasalahan yang ada, pasti ada jalan keluarnya sepanjang kita mau berusaha.
5.         Sesekali guru memberikan motivasi melalui media Rew Woord berupa apa saja yang dapat merangsang minat siswa.
                                                                                                                        10




DAFTAR PUSTAKA



Wardani, I. G. A. K, Wihardit. K, dan Noehi Nasoetion (2002). Penelitian Tindakan  
                Kelas, Jakarta Universitas Terbuka.

Wardani, I. G. A. K, Julaeha S, Marsinah, Ng. (2004) Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta Universitas terbuka.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjen Dikdasmen (1999). Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar. Jakarta

Marlis ( Belanda ) dan Ilain Spink ( Inggris ) Loka Karya Active Learning II Kanwil Departemen Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Puskur Pusat, dan British Council Inggris, September  1999.

logoblog

Thanks for reading PTK mengembangkan kompetensi personal (kepribadian)

Previous
« Prev Post

No comments:

Post a Comment