KERAGAMAN
INDONESIA
Bangsa kita terdiri
dari bermacam - macam suku bangsa. Di Indonesia ini terdapat lebih dari 300
kelompok suku bangsa. .Berikut ini contoh suku bangsa yang ada di Indonesia. Suku
Bangsa Aceh , Suku Bangsa Batak , Suku Bangsa Minangkabau , Suku Bangsa Melayu
, Suku Bangsa Kubu , Suku Bangsa Betawi , Suku Bangsa Sunda , Suku Bangsa
Banten , Suku Bangsa Baduy , Suku Bangsa Jawa , Suku Bangsa Madura ,Suku Bangsa
Bali , Suku Bangsa Sasak,Suku Bangsa Sumba ,Suku Bangsa Bima, Suku Bangsa Manggarai
, Suku Bangsa Bajawa, Suku Bangsa Ende, Suku Bangsa Rote, Suku Bangsa Dayak,
Suku Bangsa Banjar ,Suku Bangsa Minahasa, Suku Bangsa Bugis, Suku Bangsa
Toraja, Suku Bangsa Ambon, Suku Bangsa Ternate ,Suku Bangsa Papua.
Indonesia adalah negara yang memiliki keragaman budaya yang
lengkap dan bervariasi. Bangsa indonesia mempunyai bermacam-macam suku bangsa, dan setiap suku
bangsa mempunyai ciri-ciri kebudayaannya tersendiri yang sesuai dengan latar
belakang masing-masing.
Pada setiap daerah,
Indonesia mempunyai corak dan budaya masing-masing yang memperlihatkan ciri
khasnya. Hal ini bisa kita lihat dari berbagai bentuk kegiatan sehari-hari,
misalnya upacara ritual, pakaian adat, bentuk rumah, kesenian, bahasa, dan
tradisi lainnya. Contohnya adalah pemakaman daerah Toraja, mayat tidak dikubur
dalam tanah tetapi diletakkan dalam goa. Di daerah Bali, mayat dibakar(ngaben).
Kebudayaan daerah
adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat suatu daerah.
Pada umumnya, kebudayaan daerah merupakan budaya asli dan telah lama ada serta
diwariskan turun-temurun kepada generasi berikutnya. Kebudayaan kita sekarang
ini sebenarnya merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan masa
lampau.
Indonesia sebagai
Negara Kesatuan yang berdaulat, telah memiliki sejarah budaya yang cukup
panjang dan membanggakan, sejak proklamasi kemerdekaan tangal 17 Agustus 1945,
bangsa Indonesia dikenal di masyarakat dunia sebagai bangsa yang memiliki peradaban
dan budaya luhur.
1.
KERAGAMAN BUDAYA
Kita sudah mempelajari
keragaman suku bangsa di Indonesia. Tiap suku bangsa memiliki adat istiadat dan
budaya sendiri. Budaya dan adat istiadat daerah dapat kita jumpai dalam hidup
sehari - hari. Maka terbentuklah bermacam - macam adat istiadat dan budaya
sendiri. Mari kita bahas bentuk - bentuk keragaman budaya bangsa Indonesia
dalam aspek - aspek berikut.
a.
Bahasa Daerah
Setiap suku bangsa
mempunyai bahasa daerah yang khas. Ada bahasa Jawa, bahasa Minangkabau, bahasa
Sunda, bahasa Batak, bahasa Madura, dan sebagainya.
b. Adat Istiadatnya
Ada bermacam - macam
adat istiadat. Contohnya upacara adat yang dipakai waktu orang menikah, waktu
orang melahirkan, waktu orang meninggal, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Kadang - kadang, upacara - upacara ini dipadukan dalam agama yang dianut masyarakat.
Meskipun berbeda - beda, adat istiadat ini menunjukkan kekayaan budaya yang
sangat indah yang dimiliki bangsa Indonesia.
c.
Bentuk Rumah Adat
Bentuk rumah suku -
suku bangsa yang ada di Indonesia juga bermacam - macam. Misalnya:
- Rumah adat Sumatera Barat disebut Rumah Gadang.
- Rumah adat Jawa Tengah dan Yogyakarta disebut Rumah Joglo.
- Rumah adat Sulawesi Utara disebut Rumah Pewaris.
- Rumah adat suku Toraja disebut Rumah Tongkanan.
- Rumah Betang di Kalimantan Tengah.
- Rumah Lobo di Sulawesi Tengah.
d.
Kesenian Daerah
Ada bermacam-macam
kesenian daerah, misalnya alat musik, tarian, lagu, dan seni pertunjukan.
Berikut ini beberapa contoh alat musik daerah.
- Alat musik Gamelan (Jawa).
- Alat musik Kolintang (Minahasa).
- Alat musik Calung dan Angklung (Jawa Barat).
- Alat musik Sasando (Kupang).
- Alat musik Gambang Kromong (Betawi).
e. Pakaian Adat
Selain fungsi utamanya
sebagai penutup tubuh, pakaian juga menunjukkan budaya suatu daerah. Berbagai
suku bangsa memiliki pakaian tradisionalnya sendiri.
f.
Senjata Tradisional
Setiap daerah mempunyai
senjata tradisionalnya sendiri - sendiri. Misalnya:
- Badik, Golok, Trisula, Keris, dan Tombak sering dipakai orang Betawi
- Rencong adalah senjata tradisional dari Aceh
- Kujang adalah senjata tradisional dari Jawa Barat
- Keris adalah senjata tradisional dari Jawa
- Makanan khas orang Betawi antara lain Gado - gado, Ketoprak, Nasi
Uduk, dan Kerak Telor.
- Masyarakat Maluku memiliki makanan khas yang disebut Dabudabu Sesi.
- Masyarakat Yogyakarta memiliki makanan khas yang disebut Gudeg.
- Masyarakat Palembang memiliki makanan khas yang disebut Pempek.
- Masyarakat Sumatera Barat memiliki makanan khas yang disebut Rendang.
Setiap daerah di
nusantara ini memiliki berbagai lagu tradisional. Misalnya:
- Gambang Suling dan Ilir - ilir dari Jawa Tengah.
- Bubuy Bulan adalah lagu tradisional dari Jawa Barat.
- Injit - injit Semut adalah lagu tradisional dari Jambi.
- Sapu Tangan Bapuncu adalah lagu tradisional dari Kalimantan Selatan.
- Soleram adalah lagu tradisional dari Riau.
- Ampar - ampar Pisang dari Kalimantan Selatan.
- Kalayar dan Tumpi Wayu dari Kalimantan Tengah.
- Angin Mamiri dari Sulawesi Selatan.
- Apuse dan Yamko Rambe Yamko dari Papua
- Bungeng Jeumpa dari Nangroe Aceh Darussalam.
- Burung Tentiana dan O Ulate dari Maluku.
- Sinanggar Tulo dari Sumatera Utara.
- Kicir-kicir dan Keroncong Kemayoran dari Jakarta.
i. Cerita rakyat
Cerita rakyat merupakan
cerita yang berkembang turun temurun di masyarakat. Cerita rakyat ada yang merupakan
sejarah ada pula yang merupakan karangan. Cerita rakyat yang merupakan karangan
biasanya tidak diketahui pengarangnya. Contoh cerita rakyat antara lain
Sangkuriang (Jawa Barat), Malinkundang (Minangkabau), Putri Cendana (Nusa
Tenggara), Kleting Kuning dan Keong Emas (Jawa).
Potensi keberagaman budaya
Walaupun Indonesia
menurut Van Volenholen terdiri dari 19 hukum adat, tetapi pada dasarnya
Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa yang bermukim di wilayah yang
tersebar dalam ratusan pulau yang ada di Inonesia. Tiap suku bangsa ini
memiliki ciri fisik, bahasa, kesenian, adat istiadat yang berbeda. Dengan
demikian dapat dikatakan bangsa Indonesia sebagai negara yang kaya akan budaya.
Beberapa aspek keberagaman budaya Indonesia antara lain suku, bahasa, agama dan
kepercayaan, serta kesenian. Kekayaan budaya ini merupakan daya tarik
tersendiri dan potensi yang besar untuk pariwisata serta bahan kajian bagi
banyak ilmuwan untuk memperluas pengetahuan dan wawasan. Hal yang utama dari
kekayaan budaya yang kita miliki adalah adanya kesadaran akan adanya bangga
akan kebudayaan yang kita miliki serta bagaimana dapat memperkuat budaya
nasional sehingga “kesatuan kesadaran “ atau nation bahwa kebudayaan yang
berkembang adalah budaya yang berkembang dalam sebuah NKRI sehingga memperkuat
integrasi.
.Disatu sisi bangsa
Indonesia juga mempunyai permasalahan berkaitan dengan keberagaman budaya yaitu
adanya konflik yang berlatar belakang perbedaan suku dan agama. Banyak pakar
menilai akar masalah konflik ialah kemajemukan masyarakat, atau adanya dominasi
budaya masyarakat yang memilki potensi tinggi dalam kehidupan serta adanya
ikatan primordialisme baik secara vertikal dan horisontal. Disamping itu
kesenjangan antara dua kelompok masyarakat dalam bidang ekonomi, kesempatan
memperoleh pendidikan atau mata pencaharian yang mengakibatkan kecemburuan
sosial, terlebih adanya perbedaan dalam mengakses fasilitas pemerintah juga
berbeda (pelayanan kesehatan, pembuatan KTP, SIM atau sertifikat serta hukum).
Semua perbedaan tersebut menimbulkan prasangka atau kontravensi hingga dapat
berakhir dengan konflik.
Karakteristik budaya Ki Hajar Dewantara
mengemukakan kebudayaan nasional Indonesia
adalah puncak-puncak kebudayaan daerah, menurut
Koentjoroningrat kebudayaan nasional
Indonesia adalah kebudayaan yang didukung
sebagian besar rakyat Indonesia, bersifat khas
dan dapat dibanggakan oleh warga Indonesia. Wujud
budaya nasional.
a. Bahasa, yaitu bahasa Indonesia. Sebagai bahasa nasional berfungsi
sebagai lambang kebangga nasional, lambang identitas nasional, alat pemersatu
berbagai suku bangsa dan alat penghubung antardaerah dan antar budaya.
b. Seni berpakaian, contohnya adalah pakaian batik yang menjadi simbol
orang Indonesia dan non – Indonesia, serta pakaian kebaya.
c. Perilaku, misalnya gotong royong (walaupun tiap daerah mempunyai nama
yang berbeda, sambatan, gugur gunung,). Selain gotong royong juga ada
musyawarah, misalnya , sistem aipem pada masyarakat Asmat, atau adanya balai
desa tempat musyawarah tiap desa,atau honai, rumah laki-laki suku Dani serta
subak pada masyarakat Bali. Contoh yang lain adalah ramah tamah dan
toleransi.Menurut Dr Bedjo dalam tulisannya memaknai kembali Bhineka Tunggal
Ika dituliskan konsep Bhineka Tunggal Ika berdasarkan Peraturan Pemerintah No.
66 tahun 1951, juga merujuk pada sumber asalnya yaitu Kitab Sutasoma yang
ditulis oleh Empu Tantular pada abad XIV. Semboyan tersebut merupakan seloka
yang menekankan pentingnya kerukunan antar umat yang berbeda pada waktu itu
yaitu Syiwa dan Budha. Yang terpenting disini adanya wacana baru yang
dikemukakan penulis tentang semboyan bangsa. Bhineka Tunggal Ika juga
ditafsirkan sebagai “Ben Ika Tunggale Ika “ (baca: ben iko tunggale iko, Bahasa
Jawa – red). Kata ‘ben” artinya biarpun, kata ‘ika’ dibaca iko yang artinya
‘itu atau ini’ dengan menunjuk seseorang atau sekelompok orang didekatnya atau
di luar kelompoknya. Kata ‘tunggale’ artinya ‘sadulur’ atau ‘saudara’. Jadi
kalimat diatas dapat dimaknai menjadi: Biarpun yang ini/itu saudaranya yang
ini/itu dan lebih jauh lagi, makna dari Bhineka Tunggal Ika adalah paseduluran
atau persaudaraan. Dengan persaudaraan sebagai sebuah keluarga besar yang
dilahirkan oleh Ibu Pertiwi yang bermakna Indonesia. Jadi memang kerukunan dan
toleransi merupakan akar budaya nasional.nasional
d. Peralatan, banyak sekali peralatan, materi atau artefak yang menjadi
kebanggaan nasional misalnya Candi Borobudur dan Prambanan, Monas
PENTINGNYA PERSATUAN
DALAM KERAGAMAN
Banyaknya perbedaan
kebudayaan dalam suku bangsa bisa menjadi sunber-sunber untuk dapat menyebabkan
terjadinya konflik antara suku-suku bangsa dan golongan pada umumnya dalam
negara-negara yang berkembang seperti negara Indonesia, ada paling sedikit lima
macam:
1. Konflik bisa terjadi kalo warga dari dua suku-bangsa masing-masing bersaing
dalam hal mendapatkan lapangan mata pencaharian hidup yang sama.
2. Konflik bisa terjadi kalo warga dari satu suku-bangsa mencoba memaksakan
unsur-unsur dari kebudayaannya kepada warga dari suatu suku-bangsa lain.
3. Konflik yang sama dasrnya, tetapi lebih fanatik dalam wujudnya, bisa
terjadi kalo warga dari satu suku bangsa mencoba memaksakan konsep-konsep
agamanya terhadap warga dari suku-bangsa lain yang berbeda agama.
4. Konflik terang akan terjadi kalau satu suku-bangsa berusaha mendominasi
suatu suku-bangsa lain secara politis.
5. Potensi konflik terpendam ada dalam hubungan antara suku-suku bangsa yang
telah bermusuhan secara adat. Potensi untuk bersatu atau paling sedikit untuk
bekerjasama tentu ada dalam tiap-tiap hubungan antara suku bangsa dan golongan.
Potensi itu ada dua, yaitu:
Warga dari dua
suku-bangsa yang berbeda dapat saling bekerjasama secara sosial-ekonomis, kalu
mereka masing-masing bisa mendapatkan lapangan-lapangan mata pencaharian hidup
yang berbeda-beda dan yang saling lenglap-melengkapi. Dalam keadaan saling
butuh-membutuhkan itu, akan berkembang suatu hubungan , yang di dalam ilmu
antropologi sering disebut dengan hubungan simbiotik. Dalam hal itu sikap warga
dari satu suku-bangsa terhadap yang lain dijiwai oleh suasana toleransi.
6. Warga dari dua suku-bangsa yang berbeda dapat juga hidup berdampingan tanpa
konflik, kalau ada orientasi ke arah suatu golongan ketiga, yang dapat
menetralisasi hubungan antara kedua suku-bangsa tadi.
Realitas
suatu bangsa yang menunjukkan adanya kondisi keanekaragaman budaya, mengarahkan
pada pilihan untuk menganut asas multikulturalisme. Dalam asas multikulturalisme
ada kesadaran bahwa bangsa itu tidak tunggal, tetapi terdiri atas sekian banyak
komponen yang berbeda. Multikluturalisme menekankan prinsip tidak ada
kebudayaan yang tinggi dan tidak ada kebudayaan yang rendah di antara keragaman
budaya tersebut. Semua kebudayaan pada prinsipnya sama-sama ada dan karena itu
harus diperlakukan dalam konteks duduk sama rendah dan berdiri sama
tinggi.
Asas itu pulalah yang diambil oleh Indonesia, yang kemudian
dirumuskan dalam semboyan yaitu “bhineka tunggal ika”.
“Bhinneka Tunggal Ika” merupakan alat pemersatu bangsa.
Bhinneka Tunggal Ika merupakan
semboyan bangsa kita yang mengungkapkan persatuan dan kesatuan yang berasal
dari keanekaragaman. Walaupun kita terdiri atas berbagai suku yang
beranekaragam budaya daerah, namun kita tetap satu bangsa Indonesia, memiliki
bahasa dan tanah air yang sama, yaitu bahasa Indonesia dan tanah air Indonesia.
Begitu juga bendera kebangsaan merah putih sebagai lambang identitas bangsa dan
kita bersatu padu di bawah falsafah dan dasar negara Pancasila.
Realitas
historis menunjukkan bahwa bangsa Indonesia berdiri tegak di antara keragaman
budaya yang ada. Salah satu contoh nyata yaitu dengan dipilihnya bahasa Melayu
sebagai akar bahasa persatuan yang kemudian berkembang menjadi bahasa
Indonesia. Dengan kesadaran yang tinggi semua komponen bangsa menyepakati sebuah
konsensus bersama untuk menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan yang
dapat mengatasi sekaligus menjembatani jalinan antarkomponen bangsa.
Adat istiadat,
kesenian, kekerabatan, bahasa, dan bentuk fisik yang dimiliki oleh suku-suku
bangsa yang ada di Indonesia memang berbeda, namun selain perbedaan suku-suku
itu juga memiliki persamaan antara lain hukum, hak milik tanah, persekutuan,
dan kehidupan sosialnya yang berasaskan kekeluargaan.
Untuk dapat bersatu
kita harus memiliki pedoman yang dapat menyeragamkan pandangan kita dan tingkah
laku kita dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, akan terjadi persamaan
langkah dan tingkah laku bangsa Indonesia. Pedoman tersebut adalah Pancasila,
kita harus dapat meningkatkan rasa persaudaraan dengan berbagai suku bangsa di
Indonesia.
Membiasakan bersahabat
dan saling membantu dengan sesama warga yang ada di lingkungan kita, seperti
gotong royong akan dapat memudahkan tercapainya persatuan dan kesatuan bangsa.
Bangsa Indonesia harus merasa satu, senasib sepenanggungan, sebangsa, dan
sehati dalam kekuatan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya
merupakan satu kesatuan wilayah.
Dalam
pandangan Koentjaraningrat (1993:5) Indonesia dapat disebut sebagai negara
plural terlengkap di dunia di samping negara Amerika. Di Amerika dikenal
semboyan et pluribus unum, yang mirip dengan bhineka tunggal ika,
yang berarti banyak namun hakikatnya satu.
Semboyan Bhineka
Tunggal Ika memang menjadi sangat penting ditengah beragamnya adat dan budaya
Indonesia. Menjadi barang percuma, apabila semboyan penuh makna tersebut hanya
menjadi pelengkap burung garuda penghias dinding. Bhineka Tunggal Ika bermakna
berbeda beda tetapi tetap satu jua, sebuah semboyan jitu yang terbukti berhasil
menyatukan bangsa dengan sejuta suku, bangsa yang kaya akan ideologi, menjadi
sebuah bangsa yang utuh dan merdeka.
Bhinneka Tunggal Ika
merupakan alat pemersatu bangsa. Untuk itu kita harus benar-benar memahami
maknanya. Negara kita juga memiliki alat-alat pemersatu bangsa yang lain,
yakni:
1. Dasar Negara Pancasila
2. Bendera Merah Putih sebagai bendera kebangsaan
3. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa persatuan
4. Lambang Negara Burung Garuda
5. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
6. Lagu-lagu perjuangan
Masih banyak alat-alat pemersatu bangsa yang sengaja diciptakan agar
persatuan dan kesatuan bangsa tetap terjaga. Bisakah kamu menyebutkan yang
lainnya? Persatuan dalam keragaman memiliki arti yang sangat penting. Persatuan
dalam keragaman harus dipahami oleh setiap warga masyarakat agar dapat mewujudkan
hal-hal sebagai berikut :
1. Kehidupan yang serasi, selaras dan seimbang
2. Pergaulan antarsesama yang lebih akrab
3. Perbedaan yang ada tidak menjadi sumber masalah
4. Pembangunan berjalan lancar
Adapun sikap yang perlu dikembangkan untuk mewujudkan persatuan dalam
keragaman antara lain:
1. Tidak memandang rendah suku atau budaya yang lain
2. Tidak menganggap suku dan budayanya paling tinggi dan paling baik
3. Menerima keragaman suku bangsa dan budaya sebagai kekayaan bangsa yang tak
ternilai harganya
4. Lebih mengutamakan negara daripada kepentingan daerah atau suku
masing-masing
Kita mesti bangga, memiliki suku dan budaya yang beragam. Keragaman suku
dan budaya merupakan kekayaan bangsa yang tak ternilai harganya. Bangsa asing saja
banyak yang berebut belajar budaya daerah kita. Bahkan kita pun sempat
kecolongan, budaya asli daerah kita diklaim atau diakui sebagai budaya asli
bangsa lain. Karya-karya putra daerah pun juga banyak yang diklaim oleh bangsa
lain.
Toleransi Di Tengah
Keanekaragaman
Keanekaragaman yang ada di bangsa ini bisa menjadi sumber harmoni, namun
pada sisi yang lain juga bisa menjadi sumber konflik dan disintegrasi bangsa.
Oleh karenanya, sangat penting untuk mengelolah keanekaragaman tersebut melalui
pendekatan kebudayaan dan sejarah kebangsaan.
Keanekaragaman yang ada di bangsa ini tentunya tidak hanya menjadi fakta kehidupan, melainkan telah menjadi identitas kebangsaan yang tumbuh dan berkembang jauh sebelum bangsa ini menjadi satu kesatuan yang utuh, yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bhineka Tunggal Ika yang dicetuskan oleh salah seorang philosof lokal Nusantara, Mpu Tantular pada abad XIV ini telah menjadi simbol dan sekaligus menjadi semboyan persatuan bangsa kita sejak dari dulu, mulai dari Sabang sampai Merauke.
Keanekaragaman yang ada di bangsa ini tentunya tidak hanya menjadi fakta kehidupan, melainkan telah menjadi identitas kebangsaan yang tumbuh dan berkembang jauh sebelum bangsa ini menjadi satu kesatuan yang utuh, yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bhineka Tunggal Ika yang dicetuskan oleh salah seorang philosof lokal Nusantara, Mpu Tantular pada abad XIV ini telah menjadi simbol dan sekaligus menjadi semboyan persatuan bangsa kita sejak dari dulu, mulai dari Sabang sampai Merauke.
Konsep ini lahir dari sebuah fakta, dimana kehidupan sosial masyarakat
Indonesia sarat dengan keanekaragaman, baik agama, ideology, politik, budaya
dan ras yang tentunya keberadaannya tidak bisa dipungkiri oleh siapapun. Selain
itu, sembonyan Bhineka Tunggal Ika sekaligus menjadi bukti bahwasanya
kepedulian terhadap keanekaragaman dan pentingnya persatuan dari berbagai latar
belakang perbedaan telah menjadi kesadaran hidup bagi sebahagaian masyarakat
Indonesia sejak dari dulu.
Kesadaran ini terkontruksi dalam bentuk prilaku toleransi dengan melihat perbedaan bukan hanya sebagai bawaan hidup manusia, melainkan sebuah kekayaan yang harus dirayakan dan dilestarikan dalam peraktek kehidupan sosial masyarakat demi untuk memperkaya pemahaman dan keutuhan jalinan persaudaraan diantara sesama,sehingga dengan demikian, sangat jelas bahwasanya masyarakat Indonesia sejak dari dulu telah terbiasa dengan keanekaragaman.
Kesadaran ini terkontruksi dalam bentuk prilaku toleransi dengan melihat perbedaan bukan hanya sebagai bawaan hidup manusia, melainkan sebuah kekayaan yang harus dirayakan dan dilestarikan dalam peraktek kehidupan sosial masyarakat demi untuk memperkaya pemahaman dan keutuhan jalinan persaudaraan diantara sesama,sehingga dengan demikian, sangat jelas bahwasanya masyarakat Indonesia sejak dari dulu telah terbiasa dengan keanekaragaman.
Olehnya itu, sangat disayangkan jika belakangan ini, dominasi berbagai kepentingan
dan klaim kebenaran turut campur dalam megelolah keanekaragaman , sehingga
mengakibatkan kehidupan sosial bangsa ini semakin tercabik-cabik akibat letupan
konflik sosial yang hampir terjadi diberbagai wilayah bangsa ini. Fenomena
tersebut pun semakin memperjelas bahwasanya mengelolah keanekaragaman atau
pluralitas dan multikulturalisme bangsa bukanlah perkara mudah, apalagi di
tegah maraknya fundamentalisasi agama dan indentitas.
Meski demikian, patut pula untuk disyukuri karena bangsa ini masih bisa
berdiri kokoh dengan simbol dan indentitas keanekaragamannya, meski badai
kekerasan dalam bentuk teror dan konflik komunal, datang silih berganti menerpa
kehidupan sosial masyarakat bangsa ini.
Integrasi Bangsa
Keanekaragaman yang ada di bangsa ini bisa menjadi sumber harmoni, namun
pada sisi yang lain juga bisa menjadi sumber konflik dan disintegrasi bangsa.
Oleh karenanya, sangat penting untuk mengelolah keanekaragaman tersebut melalui
pendekatan kebudayaan dan sejarah kebangsaan. sebab struktur dasar masyarakat
bangsa ini adalah apa yang lahir dari rahim budaya dan tradisinya sendiri,
bukan apa yang datang dari luar (Barat dan Timur Tengah).
Terkait hal ini, menarik untuk mengutip pendapat Sri Sultan Hamengku Buwono
X, bahwasanya Pluralisme adalah kesadaran untuk menghargai agama dan perbedaan
yang ada pada orang lain dengan tetap mampu membedakan antara konsep pluralisme
ala Barat dan Indonesia. Bhineka tunggal ika adalah merupakan gagasan
pluralisme dan multikulturalisme ala Indonesia yang harus diwujudkan sebagai
strategi integrasi kebangsaan untuk semua lapisan perbedaan. (Sri Sultan
Hamengkubuwono, 2013).
Meski demikian, bukan berarti gagasan yang dilontarkan Sri Sultan tersebut
adalah bentuk eklusivisme pemikiran, dengan menafikan gagasan yang datang
dari luar, melainkan sebuah upaya untuk menyelami makna kearifan lokal bangsa
dengan mencoba mendialogkannya dengan berbagai gagasan yang sedang berkembang
tanpa harus tercerabut dari akar dan falsafah kebudayaan bangsa ini, sebab
menjadi seorang pluralis yang toleran tidak mesti harus kehilangan identitas.
Sehingga dengan demikian, wacana pluralisme dalam konteks Indonesia bukan lagi sebagai wacana baru, atau cara pandang dari hasil gagasan pluralisme ala Barat, melainkan betul-betul lahir dari hasil pengalaman dan reflesksi kehidupan sosial masyarakat Nusantara.
Sehingga dengan demikian, wacana pluralisme dalam konteks Indonesia bukan lagi sebagai wacana baru, atau cara pandang dari hasil gagasan pluralisme ala Barat, melainkan betul-betul lahir dari hasil pengalaman dan reflesksi kehidupan sosial masyarakat Nusantara.
Toleransi
Perbedaan tidak hanya terjadi karena foktor biologis, melainkan juga karena faktor Teologis, dimana perbedaan adalah sebuah keniscayaan Ilahiah yang tidak mungkin bisa dipungkiri keberadaanya. Perbedaan Agama, budaya dan identitas adalah sebuah skenario dan keniscayaan hidup yang berasal dari Tuhan untuk manusia, dan akan selamanya ada seiring dengan dinamika kehidupan ummat manusia di dunia ini.
Perbedaan tidak hanya terjadi karena foktor biologis, melainkan juga karena faktor Teologis, dimana perbedaan adalah sebuah keniscayaan Ilahiah yang tidak mungkin bisa dipungkiri keberadaanya. Perbedaan Agama, budaya dan identitas adalah sebuah skenario dan keniscayaan hidup yang berasal dari Tuhan untuk manusia, dan akan selamanya ada seiring dengan dinamika kehidupan ummat manusia di dunia ini.
Mengelolah keanekaragamana tersebut bukan perkara mudah, apalagi jika
hal tersebut sudah terkait pada persoalan politik, identitas dan akidah. Oleh
karenanya, dibutuhkan kerja keras dan kesabaran dalam berjuang. Pluralisme
adalah upaya untuk memperindah keragaman melalui sikap toleransi, bukan untuk
memperkeruh perbedaan apalagi menyelesaikan perbedaan dengan tindakan refresif
dan radikal.
Dalam konteks Indonesia, toleransi menjadi kunci utama pengelolaan keanekaragaman tersebut. Toleransi harus lahir dari kesadaran hidup tiap manusia untuk menghargai perbedaan, hidup berdampingan secara damai serta mampu berinteraksi dengan baik tanpa ada sekat perbedaan agama, suku dan budaya.
Dalam konteks Indonesia, toleransi menjadi kunci utama pengelolaan keanekaragaman tersebut. Toleransi harus lahir dari kesadaran hidup tiap manusia untuk menghargai perbedaan, hidup berdampingan secara damai serta mampu berinteraksi dengan baik tanpa ada sekat perbedaan agama, suku dan budaya.
Dampak Negatif Dari Keragaman Budaya daerah anatara lain:
5. Keragaman suku bangsa dan budaya mempersulit
pemerintahan untuk menetapkan kebijakan pembangunan.
6. Keragaman keadaan alam menghambat usaha pembangunan saran dan prasarana.
7. Keragaman sikap mental setiap suku bangsa menghambat partisipasi
masyarakat dalam kegiatan pembangunan.
8. Keragaman struktur budaya dapat menjadi
penghambat dalam pembentukan satu budaya.
9. Kurangnya dana Pembangunan
Cara Mengatasi akibat Keragaman Budaya di Indonesia.
Dampak mengatasi akibat Keragaman Budaya di Indonesia antara lain:
1. Terus menerus sikap mental yang berpartisipasi terhadap pembangunan.
2. Mengembangkan Budaya daerah yang luhur dalam rangka membentuk budaya.
3. Memeratakan pendidikan dan pengajaran keseluruhan wilayah Indonesia.
4. Meningkatkan Sumber Daya Manusia menjadi Manusia yang Cerdas, Bertanggung
Jawab.
No comments:
Post a Comment