Thursday, 5 July 2018

Makalah Akhlak

  Unknown       Thursday, 5 July 2018
BAB  I
PENDAHULUAN


A.        Latar Belakang Masalah
                        Nabi Muhammad SAW, diutus ke dunia ini membawa ajaran untuk menyempurnakan akhlaq mulia. Agama yang dibawanya justru mengatur kehidupan manusia di dunia ini untuk kebahagiaan ummat manusia di dunia dan di akhirat.
                         Seiring dengan cepatnya laju perkembangan zaman sebagai dampak dari masuknya berbagai arus globalisasi, baik globalisasi IPTEK, EKONOMI, SOSIAL, BUDAYA dan lain sebagainya mengakibatkan persaingan hidup menjadi semakin ketat dewasa ini.
                        Kita semua tentu sadar bahwa berkat perkembangan IPTEK yang demikian pesat berbagai kamudahan telah kita rasakan, Namun sungguh disesalkan, perkembangan yang demikian besar dan bermanfaat bagi kepentingan manusia itu tidak disertai perkembangan akhlak yang baik. Bahkan sering kita dengar nilai- nilai agama ( akhlak) generasi muda kita sudah sedemikian luntur dan merosotnya terlindas dampak arus globalisasi. Seperti penyalahgunaan obat- obat terlarang (NARKOBA), pemerkosaan, Free sex, perampokan, perkelahian (tawuran antar pelajar) dan lain sebagainya, sudah menjadi pemandangan umum.
                        Dalam kondisi seperti ini, pendidikan merupakan instrumen yang paling fundamental untuk menghadapi tantangan tersebut sehingga pemberdayaan kualitas Sumber Daya Manusia perlu mendapat perhatian lebih serius. Dengan demikian, perlu persiapan yang matang yang ditunjang oleh berbagai ilmu pengetahuan, termasuk di dalamnya pendidikan agama yang meliputi pendidikan akhlak dan moral, sehingga apabila seluruh bidang tersebut telah dikuasai, maka tujuan agar terbentuknya manusia generasi baru yang berkemampuan   IPTEK dan berwawasan IMTAQ tidak diragukan.           


B.                 Identifikasi Masalah

                        Sekiranya orang bertanya tentang akhlak Rasulullah, maka tentu saja akhlaknya sebagaimana dilukiskan dalam Al-Quran dan Al- hadits. Untuk mempelajari akhlak Rasulullah, perlu mendalami isi Al- Quran.
                         Namun, perlulah kiranya penyusun batasi bahasan- bahasan permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu meliputi :
1.       Apa yang dimaksud dengan akhlak/ akhlakul karimah dalam ajaran Islam ?
2.       Apa saja yang menjadi syarat dalam akhlak menurut ajaran Islam ?
3.       Bagaimana ciri- ciri akhlak Islam ?
4.       Bagaimana pembagian akhlak dalam rangka pembinaan akhlakul karimah menurut ajaran Islam

C.         Tujuan dan Kajian
                        Berdasarkan identifikasi permasalahan tersebut, maka tujuan dan kajian yang akan penyusun uraikan dalam makalah ini adalah: Mengetahui apa sebenarnya pengertian akhlak, baik secara etimologis maupun secara terminologi yang dikemukakan para ahli (Ulama Akhlak), Disamping itu kita perlu mengetahui syarat- syarat dan ciri-ciri akhlak menurut pandangan Islam, disamping memperoleh pengetahuan mangenai berbagai akhlak atau pembagian akhlak menurut ajaran Islam yang ada hubungannya dengan hak dan kewajiban, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial.
                         Berdasarkan tujuan- tujuan itulah, maka penyusun mencoba menganalisis bahan – bahan kajian dari berbagai disiplin ilmu dan mengemas uraian- uraian yang akan disampaikan  dalam Bab II berikut ini ;






BAB  II
AKHLAKUL  KARIMAH

A.     Pengertian Akhlak
                   Secara etimologis kata “ Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata Al-Khuluq yang berarti; tabiat, budi pekerti, atau kebiasaan (adat ).  Kalimat tersebut mengandung persesuaian dengan perkataan “Khalqun” yang berarti: kejadian, serta erat hubungannya dengan “Khaliq” yang berarti: Pencipta, dan “makhluq” yang berarti : yang diciptakan.
                   Perumusan pengertian “Akhlak” timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara Khaliq dengan makhluq dan antara makhluq dengan makhluq.
                   Adapun pengertian sepanjang terminologi yang dikemukakan oleh Ulama Akhlak antara lain sebagai berikut :
a.       Ilmu Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin.
b.       Ilmu Akhlak adalah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian tentang baik dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka.
          Dengan demikian dapat dikatakan bahwa akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia yang daripadanya lahir perbuatan- perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian.   
Jika keadaan hal tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut pandangan akal dan syara (hukum Islam ), maka disebut akhlak yang baik (mahmudah). Tetapi apabila bertolak belakang dengannya, disebutlah orang itu berakhlak buruk (mazmumah).
          Dengan demikian akhlakul karimah merupakan akhlak yang mulia menurut ajaran Islam seperti yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW  kepada ummatnya yang bersumber dari Al- Qur’anul Karim.

B.           Syarat- Syarat Akhlak
          Oleh karena akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat dalam jiwa                       
         seseorang, maka suatu perbuatan disebut akhlak apabila terpenuhi 2 (dua )    
         syarat
1)             Perbuatan itu dilakukan berulang- ulang. Apabila suatu perkerjaan atau            perbuatan hanya dilakukan sesekali saja tidaklah disebut akhlak. Misalnya,         seseorang yang jarang berderma tibs- tibs memberikan uang kepada orang      lain karena alasan tertentu. Tindakan tersebut tidak dapat disebut murah hati          atau berakhlak dermawan karena hal itu tidak melekat dalam jiwanya. Bukan     kebiasaannya.
2)             Perbuatan itu timbul dengan mudah tanpa dipikirkan atau diteliti terlebih         dahulu, sehingga ia benar- benar merupakan kebiasaan. Jika perbuatan itu          timbul karena terpaksa atau setelah dipikirkan dan dipertimbangkan secara          matang tidaklah disebut akhlak.

C.    Ciri- Ciri Akhlak Islam
          Akhlak dalam pandangan Islam menempati posisi yang sangat penting. Oleh karena itu, maka segala aspek ajaran agama selalu berorientasi pada pembentukkan dan pembinaan akhlak mulia, yang kemudian terkenal dengan sebutan Al- Akhlak Al- Karimah. Hal ini tercermin antara lain dalam sabda Rasulullah SAW.
         
           انمابعست لء تممامكارم الاخلاق


          “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”           (H.R. Ahmad, Baihaqi, dan Malik).
          اكمل المومنين ايمانااحسنهم خلقا
          “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik         akhlaknya” ( H.R. Tirmidzi).
          Tidak ada sesuatu yang lebih berat dari timbangan orang mukmin pada         hari kiamat daripada akhlak yang baik” ( H.R. Tirmidzi)

          “Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik adalah sesuatu yang paling           banyak membawa manusia ke dalam syurga” (H.R. Tirmidzi).    
                     Akhlak Nabi Muhammad SAW  biasanya disebut akhlak Islam, karena   akhlak ini bersumber dari Al- Quran. Oleh karena itu, Akhlak Islam mempunyai ciri- ciri tertentu yang membedakannya dangan akhlak wad’iyah ( ciptaan manusia). Adapun ciri- ciri akhlak Islam sebagaimana berikut ini :
1)             Kebaikannya bersifat mutlak ( Al- khairiyyah al- mutlaqah), yaitu kebaikan yang murni, baik untuk individu maupun masyarakat, di dalam lingkungan, keadaan, waktu, dan tempat apapun.
2)             Kebaikannya bersifat menyeluruh, yakni untuk seluruh ummat manusia di segala zaman,dan semua tempat.
3)             Tetap langgeng dan mantap, tidak berubah oleh perubahan zaman, tempat atau kehidupan masyarakat.
4)             Kewajiban yang harus dipatuhi. yaitu kewajiban yang terkandung dalam akhlak Islam merupakan hokum yang harus dilaksanakan sehingga ada sanksi hukum tertentu bagi orang yang tidak melaksanakannya atau melanggarnya.
5)             Pengawasan yang menyeluruh, artinya karena akhlak Islam bersumber dari Allah, maka pengaruhnya lebih kuat dari akhlak ciptaan manusia.       Misalnya seseorang yang tidak berani melanggar kecuali setelah ragu- ragu dan kemudian akan menyesali perbuatannya untuk selanjutnya bertobat dengan sungguh-sungguh dan tidak mengulanginya lagi. Ini terjadi karena agama merupakan pengawas yang kuat. Pengawas lainnya adalah hati nurani yang hidup yang didasarkan pada agama dan akal sehat yang dibimbing oleh agama serta diberi petunjuk.

D.    Pembagian Akhlak
                   Pada prinsipnya, ada 4 ( empat ) hal yang harus kita pahami dalam mencapai akhlak mulia (akhlakul karimah). Pertama berakhlak kepada Allah, kedua berakhlak kepada Rasul,  ketiga berakhlak kepada sesama manusia, dan keempat berakhlak kepada sesama makhluk hidup terutama hewan dan tumbuhan.

   1.  Berakhlak Kepada Allah
a.      Beriman : Meyakini bahwa Allah sungguh- sungguh ada. Dia mempunyai segala sifat kesempurnaan dan sunyi dari segala sifat kelemahan. Juga yakin bahwa Ia sendiri memerintahkan untuk diimani, yakni: Malaikat-Nya, Kitab yang diturunkan-Nya, Rasul dan Nabi-Nya, Hari kemudian beserta Qadla dan Qodar’ yang telah ditetapkan-Nya.
b.      Tha’at : Melaksanakan perintah- perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, sebagaimana difirmankan :
           وَاَطِيْعُواللّهَ وَرَسُوْلَ لَعَلّكُم تُرْ حَمُوْنَ 
          Ta’atlahkepada (perintah) Allah dan (perintah)Rasul-Nya supaya kalian         mendapat rahmat” (Q.S. Ali-Imran: 132)
c.       Sabar : Dalam mengarungi kehidupan di dunia ini, manusia tidak selamanya mengalami kesenangan  atau kebahagiaan. Ada masa- masanya manusia tertimpa musibah atau mengalami hal- hal yang tidak menyenangkan.                    Dalam hal inilah diperlukan adanya sikap (akhlak) muslim yang beriman          kepada Allah, diantaranya adalah sabar. Sabar artinya tabah dalam menghadapi     segala cobaan dari Allah.
                Memang kesabaran itu lebih pahit laksana jadam, tetapi buahnya lebih manis       dari madu. Adapun manfaat kesabaran itu dapat dinikmati setelah orang lulus       daripadanya, dengan memperoleh kemenangan.
               Allah menjanjikan  akan bersama- sama orang yang sabar. Firman-Nya :
                         اِنّ اللّهَ مَعَ الصّبِرِيْنَ
               Sesungguhnya Allah beserta orang- orang yang sabar  (Q.S. al-Anfal: 46)
         يايهاالذ ين امنوااستعينوبالصبروالصلوة انالله مع الصبر ين
               “Dan sesungguhnya akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan         sesuatu daripada ketakutan, kelaparan, kekurangan harta benda, jiwa dan buah- buahan. Sampaikanlah kabar gembira kepada oranng- orang yang sabar”.
                   ( Q.S. al- Baqarah : 155).
d.      Ikhlas : Yakni akhlaq dan kewajiban manusia beribadah hanya kepada Allah SWT dengan ikhlas dan pasrah, tidak boleh beribadah kepada apa dan siapa pun selain kepada-Nya.
                            وَمَااُمِرُوْا اِلاّلِيَعبُدُوااللّهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدّيْنَ
      Manusia tidak diperintah ibadah melainkan kepada Allah dengan tulus ikhlas, kebaktian semata- mata karena-Nya” (Q.S. Al-Bayyinah: 5)
e.        Tadlarru’ dan Khusyu’ : Dalam beribadah kepada Allah hendaklah bersifat  sungguh- sungguh, merendahkan diri serta khusyu’ kepada-Nya.
           قدافلح المومنون .الد ين هم في صلو تهم حاسعون

          Beruntunglah orang- orang yang beriman. Mereka yang khusyu’ dalam          shalatnya  (Q.S. Al-Mu’minun : 1-2)
f.       Ar-Raja’ dan Ad-Du’a : Manusia harus mempunyai pengharapan (ar-Raja’= optimisme) bahwa Allah akan memberikan rahmat kepadanya. Dengan sikap ar-Raja’ini maka manusia memanjatkan doa pengharapan atas rahmat-Nya. Allah menyuruh manusia untuk berdoa kepada-Nya, maka Dia akan mengabulkan doa hamba-Nya yang bersungguh- sungguh. Seperti dalam firman-Nya :
    
            وَقَالَ رَبُّكُمُ ادعُوْنِى اَسْتَجِْب لَكُمْ

               Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu
          (Q.S. Al-Mumin : 60)
                       الدعع مح العبده

          Doa itu adalah ibadah” ( H.R. Ahmad dan Bukhari)

      Doa sebagai ibadah dalam pelaksanaannya harus memperhatikan hal- hal berikut :
1)Hendaklah badan dalam keadaan bersih dari segala kotoran dan najis;
2)Sebaiknya menghadap kiblat;
3)Niat ikhlas disertai hati yang bersih;
4)Khusuk  sambil merendahkan diri yang disertai suara yang lemah lembut;
5)Yakinkan bahwa doa akan dikabulkan;
6)Berdoa yang wajar dan memungkinkan;
7)Tidak putus asa apabila belum dikabulkan;
8)Lebih baik berdoa yang berasal dari Al-Quran dan Hadits; serta
9)Mengerti dan memahami makna tujuan doa.
g.      Husnud-dhan : Yakni sikap manusia berbaik sangka kepada Allah. Janganlah kita mempunyai prasangka yang buruk kepada Allah.
      Rasulullah SAW, tiga hari sebelum wafatnya, berpesan :
                  لايمو تن احد كم الاوهومحسن باللّه الظنّ            
      Janganlah mati salah seorang dari kalian, melainkan dalam kadaan berbaik             sangka kepada Allah”.  (H.R. Muslim)

h.      Tawakkal : Mempercayakan diri kepada Allah dalam merencanakan sesuatu pekerjaan yang telah direncanakan dengan mantap

فاذاعزمت فتوكل عل الله انالله يحب المتو كلين

    Apabila engkau telah mempunyai kemauan yang keras (ketetapan   hati), maka percayakanlahdirimu kepeda Allah, karena Allah suka kepada orang-orang yang mempercayakan diri” ( QS.3 Ali Imran : 159 )

i.        Tasyakur dan Qana’ah : Berterimakasih atas pemberian Allah dan merasakan kecukupan atas pemberian-Nya itu.          Firman Allah:
وامابنعمةربك فحد ث 

                        Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)”. ( Q.S. adh-Dhuha : 11)
    واذ تاذ ن ربكم لبن شكر تم لازيد نكم ولبن كفر تم ان عذابى لشد يد
 
                Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka seesungguhnya azab-Ku sangat pedih  (Q.S. Ibrahim : 7)
j.       Malu : Sikap malu lebih patut ditujukan kepada Allah, yang dengan sikap itu seorang mukmin malu mengerjakan kejahatan dan malu apabila ketinggalan dalam kebaikan. Seorang mukmin yakin betul bahwa segala tingkah lakunya dilihat oleh Allah SWT, baik yang terbuka maupun yang tersembunyi.
k.      Taubat dan Istighfar : Manusia tidak lepas dari dosa dan noda. Dalam keadaan seseorang terjerumus ke dalam salah satu dosa, hendaklah manusia itu segera ingat kepada Allah, menyesali perbuatannya dan memohon ampun (istighfar) kepada-Nya serta kembali (taubat) dengan sebenar-benarnya taubat.
Sebagaimana firman Allah  SWT ;
يَاَيُّهَاالَدِ يْنَ تُوبُوْااِلَى اللَّةِ تَوْبَةً نَصُوْحًا عَسَ رَبّكُمْ اَيُّكَفِّرَعَنْكُ
سَيّاَ تِكُم وَيُْدْ خِلَكُمْ جَنَّتٍ تَجْرِ مِن تَحتِهَاالانهر             
          Hai orang-orang beriman, hendaklah kalian benar- benar taubat kepada    Allah, agar segala dosa kalian diampuni dan kalian dimasukkan ke dalam    surga yang di bawahnya mengalir sungai- sungai.  (Q.S. At-Tahrim: 8)

   2.  Berakhlak  Kepada Rasulullah
                   Allah telah mengutus Rasul dan Nabi-Nya yang terakhir, yakni Muhammad SAW, dimana manusia mempunyai sejumlah kewajiban kepadanya:

a.       Menerima ajaran yang dibawanya  :                                                                                                                              ومااتكم الرسوفخذوه ومانهكم عنه فنتهوا          
         Apa-apa yang dibawa oleh Rasul itu hendaklah kalian terima dan apa-                               apa yang dilarangnya, hendaklah kalian jauhi  (Q.S. Al- Hasyr : 7)
b.      Mengikuti sunnahnya: Adalah menjadi kewajiban bagi ummat untuk mengikuti jejaknya yang baik dalam ibadah maupun dalam akhlak. Sabda beliau:

                  عليكم بسنتي وسنة الخلفاءالراشد ين من بعدي

Hendaklah turut sunnahku (cara atau perjalananku) dan sunnah para    khulafaur-rasyidin sesudahku  (H.R. Abu Dawud)
c.       Mengucapkan salam dan shalawat kepadanya

         3.     Berakhlak Kepada Sesama Manusia

         a.       Prinsip Akhlak di Lingkungan Keluarga
1)      Akhlak Orang Tua Kepada Anak
                   Salah  satu nikmat dalam lingkungan keluarga adalah anak yang shaleh.             Untuk membina anak yang shaleh diperlukan asuhan yang baik dan      tepat    dari orang tua. Jika anak menjadi “salah asuhan”, maka menjadilah anak   yang salah yang menyengsarakan keluarga bahkan lingkungan         masyarakatnya.
                   Untuk membina anak menjadi shaleh, maka pihak orang tua         mempunyai sejumlah tugas dan tanggung jawab moral (akhlak) yang     perlu    dipenuhinya, meliputi:
(1)          Menjaga keselamatan anak: Dimulai sejak dalam kandungan rahim ibunya, anak memerlukan perhatian sehingga anak dapat lahir dengan selamat sehat wal’afiat;
(2)          Mendoakan keselamatan anak- anaknya;
(3)          Mengaqiqahkan dan memberi nama yang baik
(4)          Menyusukan dan memberi makan;
(5)          Memberikan kiswah (pakaian) dan tempat tidur yang layak;
(6)          Mengkhitankan;
(7)          Memberikan ilmu (pendidikan) yang berguna;
(8)          Mengawinkan jika sudah mencapai baligh.

2)      Akhlak Anak Kepada Orang Tua
                            Tiada orang yang lebih besar jasanya kepada kita, melainkan orang tua kita. Merekalah sebagai perantara lahirnya seorang manusia aying dunia. Keduanya telah menanggung kesulitan dalam memelihara dan merawat kita. Terutama ibu kita telah menderita kepayahan dan kelemahan selama berbulan-bulan lamanya ketika kita masih dalam rahimnya. Setelah kita lahir ke dunia ini, kita dirawat dan dibesarkannya dengan tanpa pamrih. Kasih  sayang yang tiada taranya telah mengantarkan seorang bayi menjadi tumbuh dewasa dan bayi mandiri.
                   Dalam hal inilah, ternyata ajaran Islam menempatkan kedua orang tua yang perlu dihormati setelah Allah dan Rasul-Nya.
 ووصيناالانسان بوالد يه احسناحملته امه كر هاووضعته كرها

               Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada ibu           bapaknya. Ibunya yang telah mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah pula” (Q.S. Al-Ahqaaf: 15)
                  
                   Sebagai timbal baliknya, maka Islam mengajarkan prinsip- prinsip akhlak yang perlu ditunaikan oleh anak kepada orang tuanya, antara lain sebagai berikut:
(1)          Patuh :  Mematuhi atau mentaati perintah orang tua, kecuali dalam hal ma’siat atau yang bertentangan dengan ajaran agama;
(2)          Ihsan : Berbuat baik yang sebaik- baiknya kepadanya, mengingat firman Allah:
وقضى ربك الاتعبد واالااياه وبالوالد ين احسانا                  Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik kepadaibu bapakmu dengan sebaik- baiknya”.  (Q.S. Al- Isra : 23)

(3)          Perkataan yang lemah lembut: Jangan sekali- kali berkata kasar atau membentaknya . Allah memperingatkan :

امايبلغن عند ك الكبراحد همااوكلهما 

فلا تقل لهمااف ولاتنهر هماوقل لهماقولا كر يما

             Maka sekali- kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ . Dan janganlah kamu membentak mereka. Tetapi hendaklah kamu berkata kepada keduanya dengan perkataan yang   mulia  ( sopan)”. (Q.S. Al- Isra : 23)
(4)          Bersikap merendah diri dan selalu mendoakannya (baik ketika mereka masih hidup, maupun setelah wafat). Dalam Al-Quran diperintahkan :
وخفض لهماجناح الذ ل من الر حمة وقلرب ارحمهماكما ربينى صغير

                      Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih aying. Dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, Ampunilah kepada ibu bapakku dan kasihanilah keduanya sebagaimana keduanya telah mengasihi daku ketika masih kecil”. (Q.S. Al- Isra: 24)
(5)          Membantu meringankan beban orang tua ; dan
(6)          Menjaga nama baik orang tua
(7)          Utamakan dahulu kepada ibu, karena berbakti kepada ibu itu pahalanya berlipat ganda.
         برّ الوالدةعلى الدضعفان
             “ Berbakti kepada ibu itu berlipat dua dengan berbakti kepada seorang ayah”.  (H.R. Ibnu Muni)

2).  Akhlak Suami Kepada Istri
                   Suami adalah pemimpin rumah tangga yang tertinggi berdasarkan statusnya sebagai pria yang lebih kuat (fisik dan nafqah). Dengan kelebihan itulah, maka suami dibebani akhlak dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan , antara lain:
a)             Menggauli istri dengan sopan ;
b)            Memberikan nafkah bathin;
c)       Memberi nafkah lahir;
                      Sejahat- jahatnya manusia ialah orang yang membikin sempit                                     (belanja) atas keluarganya  (H.R. Thabrani)
d)                 Menyimpan rahasia istri.

3).  Akhlak Istri Kepada Suami
         Sementara pihak istri berhak memperoleh pelayanan dari suaminya, maka dia pun mempunyai kewajiban akhlak yang perlu ditunaikan dengan baik, yang meliputi :
a)             Patuh kepada suami dan menjaga kehormatan diri;
فالصلحت قنتت حفظت للغيب بماحفظ الله 

                      Perempuan-perempuan yang baik itu ialah yang taat dan                                            menjaga (kehormatan diri dan harta suami) di waktu suaminya                                     tidak ada di rumah”  (Q.S. An-Nisa: 34)
b)            Melayani suami intuk tidur bersama;
c)             Menjaga dan mengurus harta suami;
d)            Berterima kasih atas pemberian suami;
                      Allah benci kepada wanita yang tidak berterima kasih kepada                                     suaminya, padahal dia perlu kepada suaminya”. (H.R. an-Nasai)
e)             Tinggal bersama dan tidak boleh keluar rumah tanpa izin suami; dan
f)             Menyimpan rahasia suami.

4).          Akhlak Kepada Tetangga
Tetangga adalah orang yang rumahnya berdekatan dengan rumah kita. Merekalah orang pertama yang memberikan pertolongan apabila kita terkena musibah, seperti sakit, meninggal dunia atau membutuhkan pertolongan lainnya. Oleh sebab itu, pergaulan dengan tetangga harus diperhatikan benar- benar.
         Menghormati tetangga akan menciptakan hubungan yang baik. Bentuk penghormatan kepada tetangga diantaranya adalah melalui ucapan, tingkah laku yang wajar yang tidak menyinggung perasaannya.
                  Sabda Rasulullah SAW :
       من كان يو من بالله واليوم الاخر فليكرم جاره

            Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, maka                           hendaklah memuliakan tetangganya”. (H.R. Bukhari- Muslim)    

        خيرالجيران عنداللهخيرهم لجاره

             Sebaik- baiknya tetangga di sisi Allah adalah yang paling baik terhadap tetangganya  (H.R. Ahmad,Turmudzi)
            
         Secara rinci hubungan bertetangga itu dapat dikemukakan sebagai berikut:
1)            Menolong atau membantu tetangga yang membutuhkan pertolongan;
2)            Menolong meringankan beban tetangga yang kurang mampu;
3)            Tidak berkata kasar sehingga menyakitkan hatinya atau menyibggung perasaannya;
      من كا ن يو من بالله واليوم الاخر فلايو ن جاره

                Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka      tidak boleh ia menyakiti tetangganya  (H.R. Bukhari)
4)            Membantu tetangga yang terkena musibah;
5)            Menjenguk tetangga apabila ia sakit;
6)            Turut berduka cita apabila ia meninggal dunia;
7)            Jangan memamerkan sesuatu, baik barang ataupun makanan kepada tetangga;
8)            Kepada aying tetangga harus saling menjaga keamanan dan ketertiban


                          Tidak akan masuk surga orang yang tetangganya tidak selamat                               dan aman dari kejahatan  (H.R. Muslim)

b.      Prinsip Akhlak Dalam Lingkungan Perguruan
             Sebagaimana kita ketahui, bahwa akhlak terdapat dalam setiap lingkungan pergaulan manusia, maka demikianlah dalam lingkungan perguruan, pendidikan dan pengajaran dimana terdapat hubungan antara guru dan murid terdapat pula prinsip- prinsip kesopanan yang perlu dilaksanakan oleh semua pihak.
(8)   Akhlak Guru Dalam Mengajar
a)     Niat ikhlas: Hendaklah guru mengajarkan ilmu yang dimilikinya dengan penuh keikhlasan hati karena mengharapkan keridloan Allah semata;
b)      Kasih sayang : Hendaklah seorang guru merasa diri sebagai orang tua yang memandang murid- muridnya seolah- olah sebagai anaknya sendiri. Dengan demikian guru menyayangi muridnya dan membimbingnya seperti kepada anaknya sendiri;
c)       Adil dan bijaksana: Seorang guru harus berlaku bijaksana dalam mengajar yakni harus memilih suatu sistim dan metode didaktik yang tepat serta adil atau tidak pilih kasih kepada muridnya;
d)      Menghargai waktu: Guru yang bijak adalah guru yang dapat menggunakan waktu mengajar secara tepat, untuk itulah dibutuhkan jadwal mengajar;
e)       Memberi teladan yang baik: Guru tidak hanya mengajar dalam bentuk lisan, namun yang terlebih penting adalah harus memberikan contoh perbuatan (teladan) dalam berakhlak yang baik yang mudah ditiru oleh murid- muridnya.

(9)   Akhlak Murid Kepada Guru
          Dalam menghadapi seorang guru, maka murid  pun harus melaksanakan prinsip- prinsip akhlak yang baik sesuai dengan kedudukannya selaku orang yang membutuhkan hikmah pengetahuan :
a)             Niat : Hendaklah seoranng murid memasang niat yang suci dalam hatinya untuk menjernihkan hati sehingga mudah menangkap pelajaran. Niat yang penuh keikhlasan menyingkirkan godaan syetan dan mengundang nur Ilahi.  Ilmu itu sesungguhnya cahaya Allah dan tidak akan diberikan kepada orang yang durhaka;
b)             Azam : Seorang murid haruslah memiliki kemauan yang keras untuk memahami ilmu;
   فا صب كما صبر اولواالعزم من الرس ولاتستعجل لهم
   
               Hendaklah engkau berhati teguh seperti keteguhan hati para Rasul yang                           memiliki kemauan keras” (Q.S. Al- Ahqaf: 35)
c)             Tekun : Memperhatikan pelajaran dengan serius atau penuh perhatian;
d)            Patuh dan hormat kepada guru: Bersikaplah patuh dan hormat kepada guru sebagaimana kita patuh dan menghormati orang tua. Berbicaralah dengan bahasa yang sopan dan ucapkanlah salam apabila bertemu dengan mereka disertai rasa hormat. Sabda Rasulullah SAW:


               Muliakanlah orang yang kamu belajar daripadanya                                                                                    (H.R. Abul Hasan al- Mawardi)

e)             Berterima kasihlah kepada guru : Karena apa pun alasannya mereka telah berjasa mendidik kita

               d. Prinsip Akhlak Dalam Kepemimpinan

          Kepemimpinan ummat adalah amanah yang tidal dapat lepas dari prinsip- prinsip akhlak. Padanya terdapat hak dan kewajiban moral yang timbal balik antara rakyat (ummat) dengan pemimpin (penguasa). Faktor moral atau akhlak ummat menentukan pwmbinaan kepemimpinan ummat.

1)    Akhlak Pemimpin (penguasa)
          Pada prinsipnya, setiap pemimpin perlu menghiasi diri dengan semua akhlakul karimah. Jika tidak demikian, sang pemimpin tidak akan sukses dalam misi kepemimpinannya. Sehubungan dengan itu, maka setiap pemimpin perlu memiliki sifat- sifat sebagai berikut :
a)             Beriman dan bertaqwa: Keimanan dan ketaqwaan itulah yang paling pokok dalam kepribadian seorang pemimpin. Jika tidak, maka tidak dapat diharapkan dari buah kepemimpinannya, kecuali kegagalan, maksiat dan kedhaliman.
b)             Kelebihan rohani dan jasmani: Pemimpin harus kuat fisik dan mentalnya untuk mengemban amanah kepemimpinan yang dipundakkan ummat kepadanya.
c)             Berilmu pengetahuan:
         Rasulullah SAW,memperingatkan :
               Apabila kepengurusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka                            tunggulah kehancurannya” (H.R. Bukhari)
d)            Berani : Pemimpin harus berani dalam berbuat kebenaran dan berani bertanggung jawab juga berani mengambil keputusan penting pada waktunya. Jika tidak, maka ia akan “dimakan” oleh waktu.
e)             Amanah (jujur) : Hanya pemimpin yang jujurlah yang dapat melaksanakan tugasnya dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab.
f)              Hikmah : Dalam mengambil langkah- langkah penting yang menentukan, perlu memiliki sikap bijaksana dalam tindakan.
g)             Lapang dada : Sifat ini memungkinkan seorang pemimpin suka bermusyawarah, tidak bersifat otokratis dan dictator, tenang dalam langkahnya dan tidak gegabah, berkepala dingiin atau bersedia menerima kritikan orang banyak.
h)    Penyantun dan pengasih: Tidaklah patut seorang pemimpin bersifat angkara        murka, pemarah , kejam, bengis dan sebagainya. Dalam Al- Quran dikemukakan:
 فبمارحمة من الله لنت لهم  ولوكنت فظاغليظ القلبل لانفضوا من حولك
                        Maka dengan rahnat Allah, engkau bersikap lemah lembut kepada                                mereka. Sekiranya engkau keras dan kejam tentulah mereka akan lari                               (meninggalkan engkau) dari sekelilingmu”  (Q.S. Ali-Imran: 159)
h)             Iklas dan rela berkorban: Sifat inilah yang memungkinkan seorang pemimpin melayani kepentingan rakyat dengan sungguh- sungguh. Jika tidak, maka pemimpin itu hanya akan bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri.
i)               Tekun dan sabar: Sikap inilah yang membuat pemimpin tahan uji, tidak mudah mundur dalam melaksanakan rencana yang telah digariskan,
j)               Adil: Rasulullah SAW, dalam salah satu Haditsnya menerangkan, diantara dolongan yang akan memperoleh perlindungan dari naungan Allah di kemudian hari ialah pemimpin yang adil.
k)             Pada prinsipnya setiap pemimpin perlu memiliki segala sifat- sifat mahmudah dan menjauhkan diri sifat- sifat mazmumah.

2)    Akhlak Rakyat Terhadap Pemimpin
          Sebagai timbal balik dari sikap pemimpin terhadap rakyat, maka rakyat pun memiliki sikap- sikap tertentu terhadap pemimpin yang di ajarkan oleh akhlak Islam.
a)             Patuh: Taat melaksanakn perintah dan peraturan yang telah digariskan oleh pemimpin, selama tidak menyimpang dari ketentuan Allah dan Rasul-Nya.

               “Adalah keharusan bagi setiap muslim, mendengar perintah (pemimpin)                             dan mematuhinya, baik apa- apa yang menyenangkan maupun yang tidak                                    menyenangkan, selama perintah itu bukan maksiat. Maka apabila                                            diperintah untuk maksiat, tidak boleh mendengar dan tidak boleh taat”                                                                                                                       (H.R. Bukhari)
b)             Nasihat:  Jika pada pemimpin ada tanda- tanda kesalahan dan penyimpangan, maka rakyat wajib menegurnya dan memberikan peringatan dengan nasihat yang baik (konstruktif). Jika tidah mengindahkan teguran dan meneruskan kedhalimannya, maka rakyat berhak memberhentikannya dan mengangkat pemimpin baru yang jujur dan bertanggung jawab.
              
                  Jihad yang paling mulia ialah perkataan yang benar kepada penguasa yang     
                    dhalim”  (H.R. Abu Dawud)
c)             D o a :  Seyogyanya rakyat harus selalu mendoakan pemimpinnya agar selalu diberi taufik dan hidayah oleh Allah SWT, sehingga kepemimpinannya berhasil dan berjalan pada garis yang diridlai Allah.
         d).     Silaturahmi
          Silaturahmi adalah menyambungkan rahmat serta kasih aying antara yang satu dengan yang lainnya. Menyambungkan rahmat serta kasih aying kepada orang lain akan membawa kelapangan rejeki serta akan memanjangkan umur atau tali persaudaraan. Dalam arti sekalipun seseorang sudah meninggal dunia, ia akan dirasakan masih hidup dan dikenang sepanjang hayatnya.

3.     Berakhlak Kepada Makhluk Lain

a).  Akhlak kepada Hewan
     Salah satu keharusan Allah Swt adalah diciptakannya hewan atau binatang          banyak ayat- ayat Al-Quran yang menunjukkan keberadaan serta kedudukannya guna kepentingan manusia itu sendiri.
            ومامن دابة فى الارض ولاطبريطيربجناحيه الاامم امشالكم 
        مافرطنافى الكتب من شي ثم الى ربهم يحشر ون

                   Dan tiadalah binatang- binatang yang ada di bumi dan burung- burung     yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat- umat (juga) seperti        kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam Al- Kitab, kemudian   kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan” (Q.S. Al-An’am: 38)    
          Dikatakan, bahwa hewan diciptakan guna memenuhi kebutuhan manusia. Dalam hal ini ,anusia dapat memanfaatkan keberadaannya, baik sebagai makanan atau minuman (diambil susunya) maupun sebagai kendaraan atau dimanfaatkan tenaganya.
          Adapun tatacara menyayangi (berakhlak) kepada hewan diantaranya adalah sebagai berikut :
(1)          Tidak menyakiti atau menyiksa  serta tidak membebani muatan yang terlalu berat;
(2)          Harus mempunyai sikap sayang . Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
ارحموا من فالارض يرحمكم من فى السماء  
              
               Sayangilah makhluk- makhluk yang ada di bumi, niscaya engkau akan                           disayang oleh (para malaikat) yang ada di langit” 
(3)          Dilarang mengadukan hewan atau binatang walaupun demi kesenangan pribadi;
(4)          Hewan peliharaan harus dirawat dengan baik;
(5)          Apabila hendak disembelih, hendaklah menggunakan tatacara atau ketentuan  yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

b.    Akhlak kepada Tumbuhan
            Tumbuh- tumbuhan yang ada di sekeliling kita adalah sarana kebutuhan  hidup manusia. Dan perlu disadari sebagian besar keperluan hidup manusia yang sangat pokok  berasal dari tumbuh- tumbuhan.
   Allah berfirman :
  ينبت لكم به الزرع والزيتون والنخيلوالاعناب ومن كل الثمرت  
   
                      ان فى ذ لك لاية لقوم يتفكر ون
   
            Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam- tanaman; zaitun,   korma, anggur, dan segala macam buah- buahan. Sesungguhnya yang             demikian itu benar- benar terdapat tanda- tanda( kekuasan Allah) bagi kaum   yang berfikir”             (Q.S. An- Nahl: 11)

          Demikian pentingnya tumbuh- tumbuhan bagi kehidupan manusia, menyebabkan kita harus memelihara sebaik- baiknya. Misalnya, ada tumbuh- tumbuhan yang dapat dimakan, baik buahnya, daunnya, batangnya, maupun umbinya, harus mendapat perawatan yang baik agar dapat tetap menghasilkan. Dengan cara  memberinya pupuk, disiangi, dan disiram serta jangan merusak tanpa suatu keperluan (seperti menebang pohon sembarangan dan merusak hutan). Nabi Muhammad SAW, sewaktu mengirimkan tentaranya dalam perang Muktah tahun 629 M, memberi peringatan dan nasihat untuk tidak  merusak atau menebang pohon.



BAB  III             
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan

                           Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penyusun dapat menyimpulkan     sebagai berikut :
1.       Pendidikan akhlak merupakan instrument yang paling fundamental untuk menyikapi dampak buruk dari arus globalisasi terutama yang menyangkut krisis dekadensi moral.
2.       Ilmu akhlak adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, antara yang terpuji dan tercela, ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia serta menyatakan tujuan yang harus dituju dalam perbuatan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka sehingga diperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
3.       Akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat pada jiwa seseorang yang daripadanya lahir perbuatan- perbuatan dengan mudah tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan ataupun penelitian.
4.       Akhlakul karimah merupakan ahklak mulia yang telah dibawa dan diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada ummatnya hingga akhir zaman yang berpedoman pada Al- Quran dan As-Sunah.
5.       Suatu perbuatan disebut akhlak apabila terpenuhi syarat; (1) perbuatan itu dilakukan berulang- ulang dan (2) perbuatan itu timbul dengan mudah tanpa perlu dipikirkan atau diteliti lebih dahulu sehingga benar- benar merupakan kebiasaan.
6.       Ciri- ciri akhlak Islam antara lain; Kebaikannya bersifat mutlak, menyeluruh, dan tetap langgeng/ mantap sampai akhir zaman serta kewajiban yang harus dipatuhi merupakan hukum yang harus dilaksanakan karena adanya sanksi bagi orang yang melanggarnya.
7.       Dalam mencapai  akhlakul karimah, pada prinsipnya ada empat hal yang harus dipahami menyangkut hak dan kewajiban manusia sebagai pelaku akhlak, antara lain; berakhlak kepada Allah, berakhlak kepada Rasulullah, berakhlak kepada sesama manusia dan berakhlak kepada makhluk lain terutama hewan dan tumbuhan.

B.                                        Saran- saran

                             Agar dalam upaya pembinaan akhlakul karimah yang diharapkan dapat tercapai dengan baik maka ada sejumlah saran yang harus diperhatikan, antara lain :
1.       Setiap jenjang dalam lembaga pendidikan baik formal maupun non-formal perlu mengupayakan sarana ibadah yang lebih kondusif, agar pembinaan akhlak dan ubudiyah dapat berjalan dengan baik dan seimbang.
2.       Perlu ditingkatkannya kegiatan- kegiatan keagamaan baik di lingkungan kelembagaan maupun dilingkungan masyarakat, misalnya diadakannya pengajian- pengajian rutin atau digalakannya pesantren- pesantren kilat bagi siswa- siswi sekolah, serta memberikan penyuluhan- penyuluhan keagamaan bagi anak usia remaja misalnya melalui kegiatan remaja mesjid.
3.       Setiap orang tua sudah selayaknya membina akhlak anggota keluarganya sedini mungkin, mengarahkan anaknya pada kegiatan- kegiatan yang bersifat positif, agar tidak terjerumus pada pergaulan yang membahayakan masa depannya kelak.
4.        Sebagai generasi tua sudah selayaknya kita menata diri dengan memperbaiki potensi diri dengan akhlakul karimah agar generasi muda kita mencontoh keteladanan kita melalui sikap atau perbuatan yang konkrit.
    
                 Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi civitas akademika STKIP SILIWANGI. Amin ….




DAFTAR  PUSTAKA


              Al- Quranul Karim.
              Al- Hadits  ( riwayat : Bukhori-Muslim, Tirmidzi, dln )
H. Hamzah Ya’qub, Etika Islam ; Pembinaan Akhlakul Karimah (Suatu Pengantar), Diponegoro, Bandung, 1996.

Nashruddin Thaha,  Ilmu Akhlak,      A.B. Sitti Syamsiyah,    Solo,
          1970

A. Sofyan Iskandar,  Pelajaran Pesantren Kilat Tingkat Sekolah Dasar,           Ketua KKG PAI Kecamatan Kadungora, Depdikbud Kecamatan Kadungora- Garut, 1997.

Dudung Abd. Rahman, Degradasi Fungsi Keluarga di Abad Modern,
          Media Pembinaan, Bandung, 1993.

KH. R. Totoh Abdul Fatah, Konsep Pembinaan Keluarga Sakinah, Media Pembinaan, Bandung, 1996.

logoblog

Thanks for reading Makalah Akhlak

Previous
« Prev Post

No comments:

Post a Comment