PENGGUNAAN MEDIA PENDIDIKAN
PADA PENGAJARAN MATEMATIKA
DI SEKOLAH DASAR
A. Latar Belakang
Upaya peningkata mutu pendidkan di Indonesia , khususnya peningkatan
mutu pendidikan matematika masih terus diupayakan mencari terobosan cara yang
lebih potensial, karena sangat jelas dan
nyata dalam kehidupan sehari-hari bahwa matematika merupakan induk dari ilmu
pengetahuan dan sains. Dalam berbagai
diskusi pendidikan di Indonesia
, salah satu sorotan rubric adalah mutu pendidikan yang dinyatakan bila
dibandingkan dengan mutu pendidikan di Negara lain.
Menurut hasil survey salah satu indicator tersebut adalah
mutu pendidikan matematika yang disinyalir tergolong memprihatinkan, yang
ditandai dengan rendahnya kualiatas hasil belajar dilihat dari nilai rata-rata
matematika khususnya di sekolah dasar (SD) yang masih jauh lebih rendah
dibandingkan dengan nilai mata pealajaran lainnya, bahkan banyak
diperbincangkan menjadi masaxlah nasional terutama tentang nilai ujian akhir SD
( UASBN) mata pelajaran matematika yang cenderung rendah dibandingkan dengan
mata pelajaran lainnya.
Sering dikemukakan dan dijabarkan oleh para tokoh
pendidikan baik dalam media massa
maupun dalam suatu penelitian. Bukan hanya dari hasil UASBN yang menunjukkan
bahwa nilai mata pelajaran matematika cenderung rendah, melainkan bahkan slah
atunya adalah hasil olympiade
matematika SMU tinkat nasional
menunjukkan hasil yang cenderung rendah dibandinkan dengan hasil mata pelajaran
lainnya.
Haal ini disebabkan oleh lemahnya pemahaman konsep dasar
matematika, dan siswa belum memahami formulasi, generalisasi, dan konteks
kehidupan nyata dengan ilmu matematika, bahkan diperolaeh keterangan bahwa 80 %
dari peserta memiliki pemahaman konsep dasar mataaematika yang sangat lemah
Untuk meniungkatkan kualitas pendidikan, maka diperlukan
berbagai upaya terobosan – terobosan, baik dalam pengembangan kukrikulum, inovasi
pembelajaran d
pemenuhan
kebutuhan akan sarana dan prasarana pendidikan
Untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa guru dituntut untuk menbuat dan
menciptakan pembelajaran lebih inovatif yang dapat mendorong siswa dapat
belajar secara optimal baik dalam
1
belajar
mandiri maupun pembelajaran di kelas.
Inovasi model-model pembelajaran sangat diperlukan terutama menciptakan
inovasi model pembelajaran baru yang dapat
memberikan hasil yang lebih baik, meningkatkan efisiensi dan efektifitas
pembelajaran menuju pembaharuan yang proporsional.
Agar pembelajaran lebih optimal maka
media pembelajaran harus efektif dan efisien sesuai dengan pokok bahasan yang
diajarka untuk meningkatkan prestasi dan kualitas hasil belajar siswa.
Dalam hal peningkatan mutu
pendidikan, guru ikut memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas hasi
belajar siswa terutama dalam belajar mataematika dan guru harus benar-benar
memperhatikan, memikirkan dan sekaligus merencanakan proses pembelajaran yang
menarik bagi siswa agar minat siswa dapat termotivasi, tumbuh semangat belajar
dan mau terlibat dalam proses pembelajaran yang aktif, sehingga pembelajaran
tersebut meanjadi lebih efektif (Slameto, 1987).
Untuk dapat mengajar dengan efektif
seorang guru harus banyak menggunakan
metaoda, sementara metoda dan sumber itu terdiri atas media dan sumber
pengajaran (Suryosubroto,1997). Di amping itu seorang pendidik dalam mengajar
pada proses pembelajaran hendaknya meanguasai bahan ajar dan memahami
teori-teori belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli, sehingga baaelajar
matematika lebih bermakna bagi siswa, sebab menguasai bahan ajar merupakan
syarat esensial bagi guru matematika, karena penguasaan materi saja belum cukup
untuk membawa peserta didik berpartisifasi secara intelektual (Hudoyo, 1988:7)
B.
Belajar Matematika
Untuk mengatasi dan meningkatkan mutu
pendidikan matematika yang selama ini
sangat
rendah, dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain meningkatkan metoda
dan kualitas guru agar memiliki dasar yang mantap, sehingga dapat mentrasfer
ilmu pengetahuan dalam mempersiapkan kualitas sumberdaya manusia.
Secara umum, pendidikan sebenarnya
mearupakan suatu factor rangkaian kegiata komunikasi antar manusia. Kegiatan
tersebut dalam dunia pendidikan disebut dengan kegiatan proses belajar mengajar
yang dipengaruhi oleh factor penentu keberhasilan siswa dalam belajar.
Sehubungan dengan factor yang
menentukan keberhasilan siswa dalam belajar ada beberapa factor yang
mempengaruhi keberhasilan siswa untuk belajar, yaitu :
2
- Faktor internal, yaitu
muncul dari dirinya sendiri.
- Faktor eksternal, yaitu
factor yang muncul dari luar diri sendiri (Slameto, 1987)
Selain itu matematika merupakan suatu
disiplin ilmu yang mempunyai kekhususan dibanding dengan disiplin ilmu lainnya
yang harus memperhatikan hakekat matematika dan kemampuan siswa dalam belajar.
Tanpa memperhatikan factor tersebut tujuan kegiatan belajar tidak akan
berhasil. Seseorang dapat dikatakan belajar bila dapat diasumsikan dalam diri
orang itu menjadi suatu proses kegiatan
yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku.
Perubahan tingkah laku ini dapat diamati dan
berlangsung dalam waktu yang relative lama disertai usaha yang dilakukan
sehingga orang tersebut dari yang tidak mampu mengerjakan sesuatu menjadi mampu
mengerjakan (Hudojo,1988)
Dalam proses belajar matematika, prinsip
belajar harus tterlebih dahulu dipilih, sehingga pada waktu mempelajari
matematika dapat berlangsung dengan lancer, misalnya; mempelajari konsep B yang
mendasarkan konsep A, seseorang perlu memahami lebih dahulu konsep A. tanpa
memahami konsep A tidak mungkin orang itu memahami konsep B. ini berarti mempelajari matematika harus
secara bertahap dan berurutan serta mendasarka pada pengalalaman belajar yang
lalu (Hudojo, 1988).
Daalam menjelaskan konsep baru atau membuat
kaitan antara materi yang telah dikuasai siswa dengan bahan yang disajikan
dalam pelajaran matematika, akan membuat siswa siap mental untuk memasuki
pesoalan – persoalan yang akan dibicarakan dan juga dapat meningkatkan minat
atau prestasi siswa terhadap materi
pelajaran matematika.
Sehubungan dengan hal di atas, kegiatan
belajar mengajar matematika yang terputus – putus dapat mengganggu proses
belajar mengajar. Hal ini berarti proses belajaar mengajar akan terjadi dengan lancer bila belajar itu sendiri dilakukan
secara continue (Hudojo, 1988
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa seorang akan
lebih mudah untuk mempaelajari sesuatu apabila belajar didasari pada apa yang
telah diketahui sebelumnya, karena dalam mempelajari materi matematika yang
beru, pengalaman sebelumnya akan mempengaruhi kelancaran proses belajar
matematika
C. Media Dalam Pendidikan
Media sangat berperan dalam meningkatkan kualitas
pendidikan, termasuk untuk peningkatan kualitas pendidikan matematika.
4
Media pendidikan dapat dipergunakan untuk membangun
pemahaman dan penguasaan obyek pendidikan.
Beberapa media pendidikan yang sering dipergunakan dalam
pembelajaran diantaranya; media cetak elektronik, model dan peta (Kreyenhbuhl,
1991)
Media cetak banyak dipergunakan untuk pembelajaran dalam
menjelaskan materi pelajaran yang kompleks sebagai pendukung bahan ajar.
Pembelajaran dengan menggunakan media cetak akan lebih
efektif jika bahan ajar sudah dipersiapkan dengan baik yang dapat memberikan
kemudahan dalam menjelaskan konsep yang diinginkan kepada siswa.
Media elektronik seperti video dapat dipergunakan di
dalam pembelajaran sains. Penggunaan video sangat baik dipergunakan untuk
membantu pembelajaran, terutama untuk memberikan penekanan pada mata pelajaran
yang sangat penting untuk diketahui oleh siswa.
Harus disadari bahwa video bukan diperuntukkan untuk
mengantungkan pengajaran pada materi yang yang diperlihatkan pada video,
sehingga pengaturan penggunaan waktu dalam menggunakan video sangat perlu,
misalnya maksimum 20 menit. Inovasi
model pembelajaran dengan menggunakan video dalam percobaan yang menuntut
ketrampilan seperti pada kegiatan praktikum sangat efektif bila dilakukan
dengan penuh persiapan.
Sebelum praktikum dimulai, video dipergunakan untuk
membantu siswa memberikan arahan terhadap apa yang harus mereka amati selama
percobaan. Selanjutnya video diputar kembali pada akhir praktikum untuk mengklarifikasi
hal-hal penting yang harus diketahui oleh siswa dari percobaan yang sudah
dilakukan (Situmorang, 2003).
Media lain yang dipergunakan dalam pembelajaran sains
adalah peta konsep. Penggunaan media petakonsep di dalam pendidikan sudah
dilakukan sejak tahun 1977, yaitu dalam pengajaran Biologi (Novak, 1977), dan
sejak itu media petakonsep berkembang dan telah dipergunakan dalam pembelajaran
sains.
5
Media petakonsep bertujuan untuk membangun pengetahuan
siswa dalam belajar secara sistematis, yaitu sebagai teknik untuk meningkatkan
pengetahuan siswa dalam penguasaan konsep belajar dan pemecahan masalah
(Pandley,dkk 1994).
Petakonsep merupakan media pendidikan yang dapat
menunjukkan konsep ilmu yang sistematis, yaitu dimulai dari inti permasalahan
sampai pada bagian pendukung yang mempunyai hubungan satu dengan lainnya, sehingga dapat membentuk pengetahuan dan
mempermudah pemahaman suatu topic pelajaran.
Lankah-langkah yang dilakukan dalam inovasi model
pembelajaran dengan media petakonsep adalah memikirkan apa yang menjadi “pusat”
topic yang akan diajarkan, yaitu sesuatu yang dianggap sebagai konsep “inti”
dimana konsep-konsep pendukung lain dapat diorganisasikan terhadap konsep inti,
kemudian menuliskan kata, peristilahan dan rumus yang memiliki arti, yaitu yang
mempunyai hubungan dengan konsep inti, dan pada akhirnya membentuk satu peta
hubungan integral dan saling terkait antara konsep atas-bawah-samping
(Situmorang, dkk., 2000).
Belajar akan mempunyai kebermaknaan yang tinggi dengan menjelaskan hubungan
antara konsep-konsep (Dahar, 1989:132). Berarti konsep dapat dipahami melelui
hubungan atau interaksinya dengan konsep yang lain. Salah satu cara untuk
menjelaskan dan mengaitkan hubungan antara konsep-konsep adalah petakonsep.
Media petakonsep merupakan mesia pendidikan yang dapat
menunjukkan konaep ilmu yang sistematis, yaitu dimulai dari inti permasalahan
sampai pada bagian pendukung yang mempunyai hubungan satu dengan yang lainnya,
sehingga dapat membentuk pengetahuan dan mempermudah pemahaman suatu topic
pelajaran (Pandley, dkk. 1994). Laanagkah yang dilakukan dalam membuat media
petakonsep adalah memikirkan apayang menjadi “pusat” topic yang akan diajarkan,
yaitu sesuatu yang dianggap sebagai konsep inti, kemudian menuliskan kata, peristilahan
dan rumus yang memiliki arti, yaitu yang mempunyai hubungan dengan konsep inti,
sehingga akhirnya membentuk satu peta hubungan integral dan saling terkait
antara konsep atas-bawah-samping (Nakhleh, 1994).
No comments:
Post a Comment