BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
1. Identifikasi
Masalah
Matematika dalam hal ini berhitung dan pemecahan
masalah, merupakan disiplin ilmu yang secara umum mendasari dan mendukung dalam
kehidupan sehari-hari dan perkembangan teknolog modern. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi memungkinkan
semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat, dan mudah dari
berbagai sumber dan tempat di dunia. Selain perkembangan yang pesat, perubahan
juga yang pesat. Oleh karena itu diperlukan kemampuan untuk memperoleh,
mengelola dan memanfaatkan informasi
untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah. Kemampuan ini membutuhkan
pemikiran, antara lain berpikir sistematis, logis, kritis yang dapat
dikembangkan melalui pembelajaran matematika.
Kemampuan berpikir sistematis, logis dan kritis
perlu dibangun melalui pendidikan, karena pendidikan merupakan aktifitas yang
paling penting, karena melalui proses itulah tujuan pendidikan akan dicapai.
Proses belajar pada dasarnya merupakan interaksi dinamis antar siswa dengan
guru dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini
interaksi mengisyaratkan adanya aktifitas setiap pihak, baik siswa yang belajar
maupun guru yang mengajar. Aktifitas tersebut terjalin dalam bentuk interaksi
kegiatan belajar mengajar
Sudah menjadi tekad dan semangat bersama bahwa
tujuan utama dari kegiatan belajar mengajar di kelas agar siswa menguasai
konsep-konsep dalam materi pelajaran sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka seorang guru melakukan berbagai
persiapan mengajar yang meliputi penyusunan rencana pembelajaran, pemilihan
metode yang akan digunakan penentuan sumber belajar
Namun demikian, ditataran pelaksanaannya dalam hal
ini dalam kenyataan yang umumnya muncul adalah masih terdapat siswa yang tidak
dapat menguasai materi pelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan,
setelah proses belajar mengajar berakhir.
Berdasarkan analisis terhadap hasil evaluasi mata
pelajaran Matematika Kelas III Sekolah Dasar Islam Terpadu Darul Muta”alimin Kecamatan Leles kabupaten Garut khususnya
kompetensi dasar keliling dan luas bangun datar (persegi dan persegi panjang),
menunjukkan bahwa tingkat penguasaan siswa terhadap materi tersebut masih
rendah. Hal tersebut terlihat dari kenyataan yang menunjukkan dari 35 siswa
hanya 25 orang yang berhasil memperoleh nilai pada tingkat penguasaan 65%
keatas.
Pada hasil evaluasi siswa di atas maka diperlukan
adanya perbaikan pembelajaran. Berdasrkan hasil analisis jelas bahwa dalam
meningkatkan hasil belajar siswa dalam menentukan keliling dan luas bagun datar
(persegi dan persegi panjang) tidak hanya diperlukan pembaharuan dan
penyempurnaan skenario pembelajaran. Hal ini sejalan dengan prilaku kognitif
menurut Piaget, dimana siswa kelas III SD berada pada tahap operasional
konkrit yang di tandai dengan kemampuan
berfikir abstrak belum berkembang sepenuhnya.
Untuk hal tersebut, salah satu usaha perbaikan yang
dapat dilakukan oleh guru adalah dengan menggunakan model pembelajaran,
penggunaan alat bantu pelajaran dapat berfungsi untuk membantu pemahaman konsep
yang terlebih dahulu harus menguasai metode penanaman konsep secara bermakna.
Dengan demikian untuk mempelajari konsep abstrak dalam Matematika, anak memerlukan objek kejadian konkrit.
2. Analisis
Masalah
Setelah
melakukan observasi serta melihat data nilai formatif yang dilaksanakan di
kelas III SDIT DARUL MUTA’alimin pada suatu pelajaran Matematika tentang menentukan
keliling dan luas bangun datar (persegi dan persegi panjang) dapat disimpulkan bahwa hanya terdapat 25
siswa dari 35 siswa yang mencapai tingkat penguasaan 65% keatas .
Selama
proses belajar mengajar berlangsung, siswa cenderung pasif, siswa terlihat
kurang tertarik terhadap materi yang sedang dipelajari, siswa tidak berani
menjawab pertanyaan.
Berdasarkan
data diatas, peneliti meminta bantuan teman sejawat untuk mengidentifikasi
sekaligus mendiskusikan kelemahan dari proses pembelajaran yang telah
dilakukan. Dari hasil diskusi dengan teman sejawat dan supervisor terungkap
beberapa masalah dalam pembelajaran yang perlu diperbaiki yaitu :
a. Siswa
banyak yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR)
b. Nilai/hasil
tes ulangan harian, UTS, UAS rendah
c. Kurangnya
pemanfaatan media pembelajaran yang dapat meningkatkan minat belajar anak
terhadap matematika
d. Metode
pembelajaran yang belum siap diterima siswa
e. Tingkat
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran rendah
f. Motivasi
siswa dalam mengikuti pelajaran kurang
g. Penjelasan
yang disampaikan guru sulit dimengerti oleh siswa
h. Siswa
kurang aktif selama proses pembelajaran berlangsung
i.
Siswa merasa
bosan terhadap materi yang dipelajari
3. Alternatif
dan Prioritas Pemecahan Masalah
Melalui
Pendekatan Pemahaman Konsep dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menentukan
keliling dan luas bangun datar (persegi dan persegi panjang) pada pembelajaran Matematika di Kelas III SDIT
DARUL MUTA’ALIMIN Kecamatan Leles
Kabupaten Garut.
B. Rumusan
Masalah
Dengan mengidentifikasi beberapa masalah
yang ada maka rumusan masalah Penelitian ini adalah :
“ Bagaimana Pendekatan Pemahaman Konsep
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SD dalam pembelajaran bangun
datar (perwegi dan persegi panjang) ?
C. Tujuan
Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Untuk
Meningkatkan hasil belajar siswa dalam menentukan keliling dan luas bangun
datar (persegi dan persegi panjang) pada pembelajaran Matematika di kelas III
SDIT DARUL MUTA’ALIMIN
.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Penelitian
Tindakan kelas ini mempunyai kegunaan dan manfaat yang cukup besar bagi siswa,
guru dan sekolah.
1. Manfaat
bagi siswa
a. Proses
belajar mengajar lebih menyenangkan dan bermakna
b. Meningkatkan
proses / hasil belajar siswa
2. Manfaat
bagi guru
a. Membantu
guru memperbaiki Pembelajaran
b. Membantu
Guru berkembang secara profesional
c. Meningkatkan
rasa percaya diri guru
d. Memungkinkan
Guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
3. Manfaat
bagi Sekolah
a. Menunjukkan
eratnya hubungan perkembangan sekolah dengan kemampuan Guru
b. Menciptakan
hubungan kolegial yang sehat.
4. Manfaat
bagi guru secara umum
E.
Hipotesis
Hi :enerapan
Pendekatan Penanaman Konsep dalam Pembelajaran Bangun Datar Belum Dapat
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III
Ho : Penarapan Pendekatan Penanaman Konsep
Dalam Pembelajaran Bangun Datar Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Sisiwa Kelas
III
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
Karakteristik
Peserta Didik
Dalam membahas karakteristik anak usia SD, mengkaji
sifat-sifat atau ciri khas yang terdapat pada anak-anak usia SD. Perkembangan
fisik dan intelektual anak usia 6-12
tahun. Perkembangan kognitif anak berlangsung secara teratur dan
berurutan sesuai dengan perkembangan umurnya. Maka pembelajaran harus di
rencanakan sedemikian rupa disesuaikan dengan perkembangan kecerdasan peserta
didik. Piaget mengemukakan proses perkembangan anak sampai mampu berfikir
seperti orang dewasa melalui empat tahap perkembangan yaitu :
a. Tahap
sensori motor ( 0 – 2 )
Kegiatan intelktual pada tahap ini hampir seluruhnya
mencakup gejala yang diterima secara langsung melalui indra. Pada saat anak
mencapai kematangan dan mulai memperoleh keterampilan berbahasa, mereka
mengaplikasikannya dengan menerapkannya objek-objek yang nyata. Anak mulai
memahami hubungan antara benda dengan nama yang diberikan kepada benda
tersebut.
b. Tahap
praoperasional ( 2 – 7 )
Pada tahap ini perkembangan sangat pesat. Lambang
–lambang bahasa yang dipergunakan untuk menunjukkan benda-benda nyata bertambah dengan pesatnya. Keputusan
yang diambil hanya berdasarkan intuisi, bukannya berdasarkan analisis rasional.
Anak biasanya mengambil kesimpulan dari sebagian kecil yang diketahuinya dari
suatu keseluruhan yang besar.
c. Tahap operasional konkret ( 7 – 11 )
Kemampuan berfikir logis muncul pada tahap ini.
Mereka dapat berfikir secara sistematis untuk mencapai pemecahan masalah. Pada
tahap ini permasalahan yang dihadapinya adalah permasalahan yang konkret.
d. Tahap
operasional formal ( 11 – 15 )
Tahap ini ditandai
dengan pola berfikir orang dewasa. Mereka dapat mengaplikasikan cara
berfikir terhadap permasalahan dari semua kategori, baik yang abstrak maupun
yang konkret. Pada tahap ini anak sudah dapat memikirkan buah pikirannya, dapat
membentuk ide-ide, berfikir tentang masa depan secara realistis.
Jerome S.Bruner (dalam Sumantri, 2014) dalam dunia
pendidikan umumnya dan pendidikan matematika khususnya ia telah menulis hasil
studinya tentang “ Perkembangan belajar “ yang merupakan suatu cara untuk
mendefinisikan belajar. Bruner menekankan bahwa setiap individu pada waktu
mengalami atau mengenal peristiwa atau benda di dalam lingkungannya, menemukan
cara untuk menyatakan kembali peristiwa atau benda tersebut di dalam pikirannya
yaitu suatu model mental tentang peristiwa atau benda yang dialaminya atau
dikenalnya.
Menurut Bruner, hal-hal tersebut dapat dinyatakan
sebagai proses belajar yang terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu :
a.
Tahap
Enaktif atau Tahap Kegiatan ( Enactive )
Tahap
pertama anak belajar konsep adalah berhubungan dengan benda-benda real atau
mengalami peristiwa di dunia sekitarnya. Pada tahap ini anak masih dalam gerak
reflek dan coba-coba, belum harmonis. Ia memanipulasikan, menyusun menjejerkan,
mengutak – ngatik, dan bentuk- bentuk gerak lainnya (serupa dengan tahap
sensori motor dari piaget ).
b.
Tahap
Ikonik atau Tahap Gambar ( Iconic )
Pada
tahap ini, anak telah mengubah, menandai, dan menyimpan peristiwa atau benda
dalam bentuk bayangan mental. Dengan kata lain anak dapat membayangkan kembali
atau memberikan gambaran dalam pikirannya tentang benda atau peristiwa yang
dialami atau dikenalnya. Pada tahap enaktif, walaupun peristiwa itu telah
berlalu atau benda real itu tidak lagi berada di hadapnnya ( tahap pre-operasi
dari Piaget ).
c.
Tahap
Simbolik ( Simbolic )
Pada
tahap terakhir ini anak dapat mengutarakan bayangan mental tersebut dalam
bentuk simbol dan bahasa. Apabila ia berjumpa dengan suatu simbol maka bayangan
mental yang ditandai oleh simbol itu akan dapat dikenalnya kembali. Pada tahap
ini anak sudah mampu memahami simbol-simbol dan menjelaskan dengan bahasanya (
Serupa dengan tahap operasi konkret dan formal dari piaget).
akan mengajarkan matematika kepada para siswanya,
haruslah mengetahui objek yang akan diajarkannya, yaitu matematika. Dalam
mempelajari matematika tentunya wajar kalu di antara kita, atau di antara siswa
kita ada yang bertanya “ Apakah matematika itu? “
Ruseffendi (1989 dalam Karso) menyatakan bahwa
matemtika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat atau
teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak
didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya.
Menurut Reys ( 1984) mengatakan bahwa matematika adalah telaahan tentang pola
dan hubungan, suatu jalan atau pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa dan
suatu alat. Sedangkan menurut Klne ( 1973 ) bahwa matematika itu bukan
pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi
keberadaannya untuk membantu manusia memahami, menguasai permasalahan sosial,
ekonomi dan alam.
Pada pembelajaran matematika guru seyogianya
mengetahui hal ini sehinngga dapat menyiapkan kondisi bagi siswanya agar mampu
menguasai konsep-konsep yang akan dipelajari mulai dari yang sederhana sampai
sampai pada yang lebih kompleks. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Bruner, Gagne, dan Dienes.
Selanjutnya menurut Herman Hudoyo ( 1990, dalam Karso ) secara singkat dapat
dikatakan bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide, konsep-konsep abstrak yang
tersusun secara hierarkis dan penalarannya deduktif. Sejalan dengan ini menurut
Tambunan (1987,h.29) menyatakan bahwa, matematika adalah pengetahuan mengenai
kuantiti dan ruang, salah satu cabang dari angka-angka perhitungan yang
merupakan bagian dari hidup manusia. Matematika menolong manusia memperkirakan
secara eksak berbagai ide dan kesimpulan. Matematika adalah pengetahuan atau
ilmu mengenai logika dan problem-problem menarik. Matematika membahas
faktor-faktor dan hubungan-hubungannya, serta membahas problem ruang dan
bentuk. Matematika adalah ratunya ilmu.
A. Teori
Pembelajaran Pendekatan Pemahaman Konsep
Dalam
model pembelajaran dengan pendekatan pemahaman konsep adalah proses kegiatan
belajar mengajar yang merupakan kelanjutan dari model pendekatan penanaman
konsep. Dalam pemahaman konsep proses pembelajarannya memberikan penekanan
supaya para siswa menguasai ciri-ciri, sifat-sifat, dan penerapan dari konsep yang telah dipelajarinya pada tahap penanaman
konsep. Oleh karena itu dalam menyusun rencana
kegiatan belajar mengajar harus mengungkapkan penggunaan atau penguasaan
konsep-konsep yang telah dipelajari pada tahap penanaman konsep.
Dalam
pemahaman konsep, para siswa perlu mendapat pengalaman dengan konsep yang
bervariasi, melakukan penerapan konsep, dan teknik-teknik penerapan konsep. Hal
ini diperlukan untuk dapat menggunakan
konsep-konsep tersebut dalam menyelesaikan persoalan yang terkait . Dalam tahap
pemahaman konsep ini tentunya kita harus tetap memperhatikan keterkaitan diantara komponen-komponen model
pembelajaran matematika di SD .
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
a.
Metode
Penelitian
Metode penelitian ini didesain
menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif menurut Robert Donmoyer (dalam Given,
2008: 713), adalah pendekatan-pendekatan terhadap kajian empiris untuk
mengumpulkan, menganalisa, dan menampilkan data dalam bentuk numerik daripada
naratif. Proses pengukuran
adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini
memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris
dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif.
Penelitian kuantitatif banyak dipergunakan
baik dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial,
dari fisika
dan biologi
hingga sosiologi
dan jurnalisme.
Pendekatan ini juga digunakan sebagai cara untuk meneliti berbagai aspek dari pendidikan.
Istilah penelitian kuantitatif sering dipergunakan dalam ilmu-ilmu sosial untuk
membedakannya dengan penelitian
kualitatif.
b.
Populasi,
Sampel, dan Teknik Sampling
Penelitian ini dilaksanakan di SDIT
Darul Muta’alimin Kecamatan Leles kelas IV dengan jumlah siswa 25 orang. Sampel
yang diambil adalah 10 orang dengan cara acak.
c.
Instrumen
Pengumpul Data
1) Tes
Tes adalah alat untuk memperoleh data tentang
perilaku individu ( Allen dan Yen, 1979: 1). Karena itu, didalam tes terdapat sekumpulan pertanyaan yang harus
dijawab atau tugas yang harus dikerjakan, yang akan memberikan informasi
mengenai aspek psikologis tertentu ( sampel perilaku ) berdasarkan jawaban yang
diberikan individu yang dikenai tes tersebut ( anastari, 1982:22 ).
Dengan demikian tes adalah
prosedur yang sistematis. Ini berarti butir tes disusun berdasarkan cara dan
aturan tertentu, pemberian skor harus jelas dan dilakukan secara terperinci, serta individu yang menempuh tes tersebut
harus mendapat butir tes yang sama dan dalam kondisi yang sebanding. Selain itu
tes berisi sampel perilaku, yang berarti kelayakan tes tergantung pada sejauh
mana butir tes siswa adalah tes pelajaran matematika yang pada umumnya disusun
oeh guru sendiri.
2) Observasi
Observasi atau pengamatan adalah salah satu metode dalam pengumpulan
data saat membuat sebuah karya tulis ilmiah. Nawawi dan Martini mengungkapkan
bahwa observasi adalah pengamatan dan juga pencatatan sistematik atas
unsur-unsur yang muncul dalam suatu gejala atau gejala-gejala yang muncul dalam
suatu objek penelitian. Hasil dari observasi tersebut akan dilaporkan dalam
suatu laporan yang tersusun secara sistematis mengikuti aturan yang berlaku.
Sedangkan
menurut Prof. Heru, observasi adalah studi yang dilakukan secara sengaja dan sistematis,
terarah dan terencana pada tujuan tertentu dengan mengamati dan mencatat
fenomena-fenomena yang terjadi dalam suatu kelompok orang dengan mengacu pada
syarat-syarat dan aturan penelitian ilmiah. Dalam suatu karya tulis ilmiah,
penjelasan yang diutarakan harus tepat, akurat, dan teliti, tidak boleh
dibuat-buat sesuai keinginan hati penulis.
3) Angket
Angket adalah suatu alat pengumpul data
yang berupa serangkaian pertanyaan yang diajukan pada responden untuk mendapat
jawaban (Depdikbud:1975)
Angket adalah suatu daftar atau kumpulan pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis juga ( WS. Winkel, 1987). Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan komunikasi dengan sumber data ( I. Djumhur, 1985 )
Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang tidak
memerlukan kedatangan langsung dari sumber data ( Dewa Ktut Sukardi, 1983 ).
Kuesioner adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang/anak yang ingin diselidiki atau responden (Bimo Walgito, 1987).
Angket adalah suatu daftar atau kumpulan pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis juga ( WS. Winkel, 1987). Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan komunikasi dengan sumber data ( I. Djumhur, 1985 )
Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang tidak
memerlukan kedatangan langsung dari sumber data ( Dewa Ktut Sukardi, 1983 ).
Kuesioner adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang/anak yang ingin diselidiki atau responden (Bimo Walgito, 1987).
Dari beberapa pengertian diatas dapat
disimpulkan pengertian angket adalah suatu alat pengumpul data yang berupa
serangkaian pertanyaan tertulis yang diajukan kepada
subjek untuk mendapatkan jawaban secara tertulis juga.
subjek untuk mendapatkan jawaban secara tertulis juga.
Jenis angket yang saya gunakan dalam
penelitian ini adalah angket tertutup dimana jawaban atas pernyataan atau
pertanyaan dari angket sudah disediakan, responden tinggal membubuhi tanda (x)
pada kolom yang telah disediakan.
Penelitian dilakukan selama dua bulan. Lebih
rincinya dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
No.
|
Kegiatan
|
Bulan :
|
Bulan :
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|||
1.
|
Tahap persiapan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
a.
|
Penyusunan proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
b.
|
Penyusunan instrumen
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
c.
|
Kerjasama/koordinasi
lapangan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Tahap pelaksanaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
a.
|
Persiapan lapangan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
b.
|
Pengumpulan data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
c.
|
Konfirmasi dan validasi hasil pengolahan data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
d.
|
Analisis dan penafsiran hasil penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Tahap pelaporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
a.
|
Laporan Awal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
b.
|
Laporan Akhir
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
e.
Personalia Penelitian
Identitas
Peneliti
Nama : Endang Tri Wahyuningsih
Jenis Kelamin :
Perempuan
NIM : 822172248
TTL : Bandung,11 Mei 1973
Jabatan penelitian :
Ketua
Nama : Selian Hadiyati Rohmat, S.Pd.I
Jenis Kelamin :
Perempuan
NIY : 8920120230
TTL : Bandung, 14 Juli 1992
Jabatan penelitian :
Anggota
BAB IV
BIAYA PENELITIAN
1.
Gaji/Honor
Pelaksana Kegiatan
|
Bulan Kerja
|
Satuan (Rp)
|
Biaya Total (Rp)
|
Honorarium
Ketua
|
2
|
1.500.000
|
3.000.000
|
Honorarium
Anggota peneliti
|
2
|
1.000.000
|
2.000.000
|
Total gaji dan upah pelaksana
|
5.000.000
|
2.
Bahan habis
pakai
Jenis Bahan
|
Jumlah
|
Harga satuan (Rp)
|
Biaya Total (Rp)
|
Kertas
HVS
|
2 rim
|
40.000
|
80.000
|
Tinta
Printer
|
1 buah
|
300.000
|
300.000
|
Transper
Data Ke CD
|
2
buah
|
50.000
|
100.000
|
Total biaya bahan habis pakai
|
480.000
|
3.
Peralatan
Jenis Peralatan
|
Jumlah
|
Harga Satuan (Rp)
|
Biaya Total (Rp)
|
Sewa
komputer
|
1
unit/30hari
|
50.000
|
1.500.000
|
Sewa
printer
|
1
unit/10 hari
|
50.000
|
.500.000
|
Total biaya peralatan
|
2.000.000
|
4.
Lain-lain
Jenis pengeluaran
|
Pelaksana/volume
|
Biaya
|
Biaya total (Rp)
|
Konsumsi
|
2 orang
|
50.000
|
100.000
|
Transportasi
|
2 orang
|
50.000
|
100.000
|
Dokumentasi
|
1 paket
|
1.000.000
|
1.000.000
|
Penyusunan
Laporan Akhir
|
1 paket
|
500.000
|
1.000.000
|
Penjilidan
Laporan Akhir
|
1 paket
|
500.000
|
1.000.000
|
|
3.200.000
|
||
Total biaya yang dibutuhkan
|
10.680.000
|
SIMPULAN
, SARAN DAN TINDAK LANJUT
A.
Simpulan
Hasil analisis data dan
pembahasan hasil penelitian meningkatkan prestasi belajar siswa tentang
keliling dan luas bangun datar (persegi dan persegi panjang) dengan metode pemahaman konsep di SDIT Darul Muta’alimin Kecamatan Leles
Kabupaten Garut dapat disimpulkan sebagai berikut : Penggunaan metode pemahaman
konsep pada pembelajaran Matematika dengan materi keliling dan luas sangat
efektif untuk menarik minat siswa terhadap pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa
Untuk meningkatkan kemampuan guru
menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa tentang keliling dan luas bangun datar (persegi dan
peregi panjang) menggunakan metode Pemahaman Konsep di SDIT Darul Muta’alimin kecamatan
Leles Kabupaten Garut perlu beberapa upaya yaitu:
1. Menyusun
RPP harus berorientasi pada karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
( KTSP ) .
2. Penetapan
indikator hasil belajar selain di sesuaikan dengan materi pembelajaran,
3. Alokasi
waktu pembelajaran
4. Strategi
pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran.
5. Penetapan
langkah-langkah pembelajaran disusun sesuai dengan karakteristik materi
pembelajaran media yang akan digunkan .
6. Penetapan
instrumen evaluasi yang akan digunakan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran
B.
Saran
dan Tindak Lanjut
Penelitian tindakan kelas yang telah
dilakukan peneliti sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa tentang
keliling dan luas pada pembelajaran Matematika pada setiap siklusnya memperlihatkan
peningkatan. Oleh karena itu, penggunaan metode pemahaman konsep pada
pembelajaran Matematika tentang keliling dan luas yang mengacu pada
temuan-temuan penelitian, berdasarkan pengalaman ini peneliti menyampaikan
beberapa saran sebagai berikut :
1. Saran
untuk Guru
Guru harus lebih
perhatian terhadap setiap proses pembelajaran yang telah dilakukan, sehingga
dapat mengidentifikasi setiap kekurangan dan kelebihan dari penyelenggaraan
pembelajaran yang dilaksanakan. Apabila ada kekurangan selama refleksi
sebaiknya segera melakukan perbaikan bisa dengan refleksi diri atau bisa
melalui penelitian tindakan kelas. Selain itu terus jalin bentuk kerjasama
antar guru untuk saling tukar pengalaman dalam mengembangkan dan
memperbaiki kualitas proses
pembelajaran.
Dengan adanya peningkatan profesionalisme guru akan
berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan
pencapaian hasil belajar siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal ( KKM
).
2. `Saran
untuk kegiatan peneliti lebih lanjut
Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan menggunakan metode pemahaman konsep tentang
keliling dan luas pada pembelajaran Matematika untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa. Hal ini terbukti dari meningkatnya hasil evaluasi siswa pada
pembelajaran keliling dan luas di kelas 3 SDIT Darul Muta’alimin Kecamatan Leles
Kabupaten Garut.
Maka
peneliti menyarankan penggunaan metode pemahaman konsep pada pembelajaran
Matematika keliling dan luas di Sekolah Dasar.
DAFTAR
PUSTAKA
Mustaqim
Burhan dan Astuty Ary, 2008, Ayo Belajar
Matematika untuk SD dan MI Kelas
III. Jakarta : BSE.
Nasution. S. 2005. Berbagai
Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Slameto, 1999, Faktor-Faktor
yang Terkait dengan Rendahnya Tingkat Pencapaian Hasil Belajar Matematika,
Salatiga : Satya Widya.
Sobel Max A dan
Maletsky Evan M, 2002, Mengajar
Matematika : Sebuah Buku Sumber Alat Peraga, Aktivitas dan Strategi,
Jakarta : Erlangga.
Sudjana, Nana. 1989. Cara
Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
No comments:
Post a Comment