KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Pertama kami panjatkan Puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya yang berjudul “AL-MATIN”.
Makalah ini berisikan tentang
Pengertian Al-Matin, Firman Allah di Asmaul Husna Al-Matin, dan Sikap atau
akhlak kita terhadap Asmaul Husna Al-Matin. Semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan kita semua.
Saya menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima
kasih kepada Allah SWT. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kami.
Amin
Wassalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Kadungora, September 2017
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A.
Latar
Belakang...................................................................................................... 2
B.
Rumusan
Masalah................................................................................................. 2
C.
Maksud dan
Tujuan.............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3
A.
Pengertian
Al-Matin.............................................................................................. 3
B.
Firman Allah
dalam Al-Matin............................................................................... 4
C.
Akhlak kita
terhadap Asmaul Husna Al-Matin.................................................... 6
BAB III PENUTUP................................................................................................................. 8
A.
Kesimpulan........................................................................................................... 8
B.
Saran..................................................................................................................... 8
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Allah SWT mempunyai sifat-sifat yang
agung, mulia, dan besar yang tidak terdapat pada semua makhluknya. Oleh karena
itu semua makhluknya harus menyembah kepada-Nya. Namun, sifat-sifat Allah SWT
tersebut tidak hanya tergambar dalam sifat wajib-Nya, melainkan juga dari nama
nama baik yang menyertai-Nya (Asma’ul Husna). Firman Allah SWT dalam QS.
Al-Hasyr ayat 24: “Dia-lah Allah yang menciptakan, Yang mengadakan, Yang
membentuk Rupa, Yang mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya
apa yang ada di langit dan bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.
Apabila seseorang menyatakan diri
mencintai Allah SWT, maka hal ini bisa dibuktikan dari seberapa sering ia
menyebut nama-Nya. Menyebut Allah SWT dapat dilakukan dengan menyebut
kalimat-kalimat tayyibah atau menyebut nama-nama Allah SWT dalam Asmaul Husna.
Keduanya merupakan proses zikir (mengingat) kepada Allah SWT. Firman Allah SWT
dalam Al-quran : “Hanya milik Allah asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya
dengan menyebut nama Asmaul Husna itu.” (QS. Al-A’raaf : 180). Berdasarkan ayat
diatas, kita diperintahkan untuk selalu menyebut nama-nama Allah SWT yang
terhimpun dalam Asmaul Husna. Semua kegiatan yang dialakukan sebaiknya
didahului dengan menyebut nama-Nya (terwujud dalam kalimat basmalah).
Allah SWT memerintahkan untuk menyebut-Nya dengan
Asmaul Husna sebagai pujian dan pengantar doa kepada-Nya. Dalam berdoa kita
pasti meminta sesuatu, dengan memuji nama-Nya terlebih dahulu, harapan akan
terkabulnya doa kita tentu akan semakin besar. Dengan memuji nama-Nya terlebih
dahulu, harapan akan terkabulnya doa kita akan tentu akan semakin besar. Dalam salah
satu hadist nya Rasulullah menjelaskan : “Sesungguhnya Allah SWT mempunyai
Sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu, barang siapa yang
menghafalkannya, maka ia akan masuk surga.” (HR.Bukhari). Hal ini menunjukan
apabila kita mengenal Asmaul Husna dengan bersungguh-sungguh, menghafal,
kemudian memahami maknannya serta beribadah kepada Allah maka akan menjadi
penguat iman yang paling besar, bahkan mengenal Asmaul Husna dan sifat-Nya
merupakan dasar iman, di mana iman seseorang itu kembali kepada dasar yang
Agung ini.
B. Rumusan
Masalah
a)
Apa
pengertian dari Al-Matin ?
b)
Apa saja
Firman Allah SWT dalam Asma’ Al-Matin?
c)
Bagaimana
akhlak kita terhadap Asma’ Al-Matin ?
C. Maksud dan
Tujuan
Maksud
penulisan tugas makalah ini adalah :
1.
Mengembangkan
wawasan penulis tentang akidah khususnya Asmaul Husna.
2.
Mengenal
Asmaul Husna ”Al-Matin” dengan bersungguh-sungguh, memahami maknanya serta
beribadah kepada Allah SWT sebagai penguat iman.
3. Tujuan penulis makalah ini ialah
Untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh guru bidang studi Pendidikan
Agama Islam.
4. Penyusunan ini juga untuk membuka
jendela pengetahuan tentang pengertian dari Asma’ Al-Matin. Untuk
mendeskripsikan isi dan pokok yang terkandung dalam Asma’ Al- MAtin.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Al-Matin
Allah SWT memiliki Asmaul Husna
Al-Matin artinya bermakna kokoh, kuat, dan tidak goyah. Kata ini biasa
dipergunakan untuk menujukan sifat benda secara fisik. Karena Allah SWT maha
suci dari segala sifat fisik, maka makna kekokohan dalam asma’ Al-Matin
menunjuk kepada dahsyatnya kekuatan yang dimiliki-Nya.
Allah SWT menjanjikan kebahagiaan
dan surga bagi hamba yang mengikuti perintah-Nya, dan Allah SWT menjanjikan
kehidupan yang saling bermusuhan dan panas serta neraka bagi yang mengingkari
dan menolak aturan-aturan-Nya. Ini semua tidak akan pernah berubah sampai
kapanpun karena Asmaul Husna Al-Matin sesuai dengan QS. Az-Zariyat/51:58 :
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ
الْمَتِينُ
Artinya : Sesungguhnya Allah SWT Dialah Maha pemberi
rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.
Abdul Matin adalah hamba yang dikaruniai keyakinan
sangat kokoh kepada kekuasaan Allah. Ia yakin pada perlindungan Allah. Tak ada
yang dapat membuatnya takut,, khawatir, atau cemas. Ia berpegang teguh kepada
agama Allah, sehingga tak ada yang dapat memalingkannya. Tak ada apa pun yan
dapat mengalahkan jika ia bersama Allah SWT.
Berdasarkan ayat ini, para ulama menetapkan nama
Al-Matin ( Yang Maha Kokoh sebagai salah satu nama-nama Allah Azza wa Jalla
yang maha indah.
Penjabaran Makna Allah Al-Matin
·
Ibnu Faris menjelaskan
bahwa materi dasar dari nama ini ( yaitu huruf mim, ta’ dan nun) menunjukkan
kekokohan pada sesuatu, yang disertai makna tinggi.
·
Al-Fairuz
Abadi menjelaskan di antara makna dasar kata ini adalah permukaan bumi yang
sangat kokoh dan tinggi.
·
Imam Ibnul
Atsir mengatakan “ Arti nama Allah Al-Matin adalah Yang Maha Kuat dan
Kokoh, yang dalam melakukan semua perbuatan-Nya, Allah Azza wa Jalla tidak
merasa susah, berat maupun payah.”
Nama Allah Azza wa Jalla yang maha mulia ini maknanya
hampir sama dengan beberapa nama Allah Subhanahu wa Ta’ala yang maha agung
lainnya, yaitu : “Al-Qawiy” (Yang Maha Kuat), “Al-Aziz”(Yang Maha Perkasa), dan
“Al-Qadir” (Yang Maha Mampu/Berkuasa).
Asmaul Husna ini sangat dekat dengan
Asma’ Al-Qawiyy. Jika Al-Qawiyy menunjuk kesempurnaan kekuasan-Nya. Al-Matin
adalah Asma’ yang menerangkan sempurnanya ke-Qawiyy-an Allah SWT. Ia menunjukan
hebatnya kekuatan Allah SWT. Tidak ada yang dapat selamat dari kekuatan-Nya.
Kekuatan dan sempurnanya kekokohan Allah SWT.
B.
Firman Allah
dalam Asma’ Al-Matin
Makna Al-Matin adalah Yang Maha
Kuat, sedangkan Al-Qawiy adalah Yang tidak ada sesuatupun yang mampu
menundukkan dan menghalangkan-Nya, serta menolak ketentuan-Nya. Dia (Maha Mapu)
memberlakukan perintah dan ketentuan-Nya kepada semua makhluk-Nya (tanpa ada
satupun yang menghalangi). Dia mampu memuliakan siapapun yang dikehendaki-Nya
dan mampu menjadikan hina siapapun yang dikehendaki-Nya. Allah Azza wa
Jalla mampu menolong siapa yang dikehendakin-Nya serta tidak menolong siapa
yang dikehendaki-Nya. Segala daya dan kekuatan hanya milik Allah SWT, tidak
akan ada orang yang mendapatkan kemenangan kecuali orang yang ditolong-Nya
serta tidak akan ada yang mendapatkan kemuliaan kecuali orang yang
dimuliakan-Nya. Orang yang tidak ditolong oleh Allah SWT pasti akan kalah dan
orang yang dihinakan-Nya pasti akan hina.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
Artinya :
Jika Allah menolong kamu, maka tak ada seorangpun yang
dapat mengalahkan kamu, dan jika Allah membiarkan kamu (tidak memeberi
pertolongan) , maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain)
dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaknya orang-orang mu’min
bertawakkal kepada Allah saja [Ali’Imran/3:160}.
Dalam ayat lain, Allah SWT berfirman :
Artinya:
“Dan seandainya orang-orang yang berbuat zhalim
itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan
itu milik Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksa-Nya. Niscaya mereka
menyesal.” [Al-Baqarah/ 2:165].
Syaikh Abdurrahmân as-Sa’di rahimahullah ketika
menafsirkan ayat di atas, beliau rahimahullah mengatakan, “Artinya, Dialah yang
memiliki semua kekuatan dan keperkasaan. Dengannya, Allâh Azza wa Jalla
menciptakan benda-benda yang sangat besar (di alam semesta), di langit maupun
di bumi, dan mengatur semua urusan yang tampak maupun tidak tampak.
Kehendak-Nya berlaku pada semua makhluk-Nya, apa yang
dikehendaki-Nya pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendaki-Nya pasti tidak
akan terjadi. Orang yang berpaling dari-Nya tidak akan lepas, (karena) tidak
ada sesuatupun yang luput dari kekuasaan-Nya. Di antara (bukti) kemahakuatan
dan kemahaperkasaan-Nya adalah : Allâh mampu memberikan rezki kepada semua
makhluk di alam semesta, Dia mampu membangkitkan manusia pada hari kebangkitan
setelah tubuh mereka hancur membusuk.
Tidak ada seorang manusiapun yang luput dari-Nya (pada
hari kebangkitan) dan Dia Maha mengetahui apa yang dihancurkan oleh bumi
seperti tubuh-tubuh mereka, maka Maha Suci (Allah) Yang Maha Kuat Lagi Maha
Perkasa”
Diantara
bukti kemahaperkasaan-Nya adalah Allâh Azza wa Jalla mampu memenangkan dan memberikan
pertolongan kepada para Nabi dan pengikut mereka meskipun jumlah dan persiapan
mereka sangat sedikit, sementara jumlah dan persiapan musuh-musuh mereka sangat
banyak. Allâh berfirman :
كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً
بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
Artinya:
“Berapa
banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak
dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar [Al-Baqarah/
2:249].”
Dalam ayat
lain, Allâh Azza wa Jalla berfirman :
كَتَبَ اللَّهُ لَأَغْلِبَنَّ أَنَا وَرُسُلِي ۚ إِنَّ
اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ
Artinya:
Allah telah menetapkan, “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti
menang”. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa [ Al-Mujadilah/ 58:21].
Dan diantara
bukti kemahaperkasaan-Nya adalah Allâh Azza wa Jalla mampu menimpakan
kebinasaan kepada orang-orang yang berbuat zhalim dan menimpakan berbagai macam
azab kepada yang berbuat maksiat di dunia. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
كَدَأْبِ آلِ فِرْعَوْنَ ۙ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ
ۚ كَفَرُوا بِآيَاتِ اللَّهِ فَأَخَذَهُمُ اللَّهُ بِذُنُوبِهِمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ
قَوِيٌّ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Artinya:
“(Keadaan
mereka) serupa dengan keadaan Fir’aun dan pengikut-pengikutnya serta
orang-orang sebelum mereka. Mereka mengingkari ayat-ayat Allâh, maka Allâh
menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya. Sesungguhnya Allâh Maha Kuat lagi Amat
keras siksa-Nya [al-Anfâl/8:52].”
Juga
firman-Nya:
Artinya:
“Dan apakah
mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi, lalu memperhatikan bagaimana
kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Mereka itu adalah lebih hebat
kekuatannya daripada mereka dan (lebih banyak) peninggalan mereka di muka bumi,
maka Allâh mengazab mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Dan mereka tidak
mempunyai seorang pelindungpun dari azab Allâh. Yang demikian itu adalah karena
telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang
nyata lalu mereka kafir; maka Allâh mengazab mereka. Sesungguhnya Dia Maha Kuat
lagi Maha Keras hukuman-Nya [Al-Mu’min (Al-Ghâfir)/40:21-22].”
Dan termasuk
bukti kemahaperkasaan-Nya adalah Dia Maha Mampu Melakukan apa yang
dikehendaki-Nya, sehingga tidak ada sesuatupun yang terjadi di alam semesta ini
baik berupa gerakan atau diam, tinggi atau rendah, mulia atau hina, kecuali
dengan izin-Nya semata, tanpa ada yang mampu menghalangi dan mengalahkan-Nya,
sebagaimana dalam firman-Nya :
أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ اللَّهُ
رَبُّ الْعَالَمِينَ
Artinya:
“Ingatlah,
menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allâh. Maha suci Allâh, Rabb semesta
alam [al-A’râf/7:54]”
Juga dalam
firman-Nya :
Artinya:
“Apa saja
yang Allâh anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun
yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allâh maka tidak ada
seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana [Fâthir/35:2].”
Juga
termasuk bukti kemahakuasaan-Nya adalah berbagai bentuk adzab pedih yang
disediakan-Nya bagi penghuni neraka di akhirat nanti, serta berbagai macam
kenikmatan dan kesenangan yang berlimpah ruah, tidak terputus dan
terus-menerus, yang Allâh Azza wa Jalla sediakan bagi penghuni surga.
C. Akhlak Kita Terhadap Asmaul Husna
Al-Matin.
Keimanan yang benar terhadap nama
Allâh Yang Maha Agung ini akan membuahkan dalam hati seorang hamba perasaan
tunduk, merendahkan diri, takut dan selalu bersandar kepada Allâh Jalla
Jalaluhu semata, serta selalu bertawakal (berserah diri), taat, memasrahkan
segala urusan dan berlepas diri dari (segala) daya dan kekuatan kecuali dengan
(pertolongan)-Nya.
Berikut ini sikap atau akhlak kita terhadap Asmaul
Husna Al-Matin :
1. Beristiqamah
(meneguhkan pendirian).
2. Beribadah
dengan kesungguhan hati, tidak tergoyahkan oleh bisikan menyesatkan.
3. Terus
berusaha dan tidak putus asa, serta bekerjasama dengan orang lain sehingga
menjadi lebih kuat.
4. Menerapkan
sikap disiplin dalam kehidupan sehari-hari.
5. Bekerja sama
dengan orang lain sehingga lebih kuat.
6. Memenuhi
kebutuhan pribadi dengan mandiri.
7. Berusaha
menggunakan kekuatan yang dimiliki dalam hal-hal yang di ridhai Allah.
8. Berusaha
untuk menjadi orang mukmin yang kuat, baik dari segi fisik, ekonomi maupun dari
segi keilmuan (intelektual).
9. Sadar jika
meminta pertolongan meminta hanya kepada Allah SWT. Semata, dan tidak akan
meminta kepada yang lain sebab hanya Allah yang memiliki kekuatan yang
sempurna.
10. Dengan
memahami dan menghayati makna Asma’ul husna Al-matin, hendaknya kita menerapkan
sikap – sikap yang ada diatas.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kita harus
menyakini Allah SWT memiliki Asmaul Husna Al-Matin artinya bermakna kokoh,
kuat, dan tidak goyah. Kata ini biasa dipergunakan untuk menujukan sifat benda
secara fisik. Karena Allah SWT maha suci dari segala sifat fisik, maka makna
kekokohan dalam asma’ Al-Matin menunjuk kepada dahsyatnya kekuatan yang
dimiliki-Nya. Oleh karena itu, sifat Al-Matin
adalah kehebatan perbuatan yang sangat kokoh dari kekuatan yang tidak ada
taranya. Dengan begitu, kekukuhan Allah SWT yang memiliki rahmat dan adzab terbukti
ketika Allah SWT memberikan rahmat kepada hamba-hambanya.
Kekuatan dan kekukuhanya tidak terhingga dan tidak terbayangkan oleh
manusia yang lemah dan tidak memiliki daya upaya. Jadi karena kekukuhanya,
Allah SWT tidak terkalahkan dan tidak tergoyahkan. Siapakah yang paling kuat
dan kukuh selain Allah SWT? Tidak ada satu makhluk pun yang dapat menundukan
Allah SWT meskipun seluruh makhluk di bumi ini bekerjasama. Allah SWT berfirman
dalam surat Az-Zariyat ayat 58 :
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
Artinya :
“Sungguh Allah SWT, dialah pemberi rezeki yang
mempunyai kekuatan lagi sangat kukuh.”
B. Saran
Beribadahlah kepada Allah SWT
berdasarkan Asma’ul Husna ini. Karena Ia Maha Penerima Taubat, berdzikir
dengan-Nya karena Ia Maha Mendengar, beribadah dengan raga karena Ia Maha
Melihat, dengan seterusnya.
Sebagai umat Muslim sudi kiranya
Kita “memahami maknanya, dan mempercayainya”, atau mampu melaksanakan
kandungan-Nya, atau juga mempercayai kandungan makna-maknanya, menghafal, memahami
maknanya dan mengamalakan kandungannya. Itu semua Insya Allah dapat memperoleh
curahan rahmat Ilahi sesuai niat dan usahanya.
Juga senantiasa melakukan hal
terpuji lainnya baik di sekolah, keluarga maupun di masyarakat. Kemudian
membiasakan diri untuk mengamalkan hasil pembelajaran dengan baik dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment